Dokter Pembimbing :
dr. H. Abdul Wahid Usman, Sp.PD
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. AS
Usia
Alamat
Cianjur
: 59 tahun
: Cilaku,
Pekerjaan : Wiraswasta
mebel
Status : Menikah
Agama
: Islam
Keluhan Utama
Sesak sejak 1
minggu yang lalu
Riwayat
Penyakit
Dahulu
Riwayat Alergi
Riwayat
Penyakit
Keluarga
Riwayat
Psikososial
PEMERIKSAAN FISIK
Pasien laki-laki berusia 59 tahun
tampak sakit sedang, kesadaran
compos mentis dan masih bisa
berkomunikasi dengan baik. TD
130/80 mmHg, nadi 80 kali/menit
reguler isi cukup, pernapasan 28
kali/menit, suhu 36.5 C.
STATUS GENERALIS
Kepala : normochepal
Rambut
: tidak rontok
Alis
: tidak rontok
Mata
Hidung
Bibir
Thoraks:
Cor : I : ictus cordis tidak terlihat
P : ictus kordis teraba di ICS V line midclavicula
A : BJ I dan II reguler, gallop (-), murmur (-)
Pulmo : I : bentuk thoraks simetris
P : tidak ada nyeri tekan, vocal fremitus sama di paru dekstra
dan sinistra
P : sonor diseluruh lapang paru
A : vesikuler (+/+), rhonki (+/+), wheezing (+/+)
Abdomen
: I : datar
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tanggal
Pemeriksaan
Hasil
Nilai
Satuan
Rujukan
17 Feb
2016
Hematologi
13.4
13.5-18.0
g/dl
9.700
4.000-10.000 /uL
Glukosa darah
Glukosa darah
70
70-110
mg%
249
<200
mg/dL
190
<150
mg%
33
15-37
U/L
134
16-63
U/L
Ureum
45
10-50
mg%
Kreatinin
0.67
0.5-1.0
mg%
Asam urat
5.0
3.4-7.0
mg%
Hb
Leukosit
KIMIA KLINIK
sewaktu
Lemak
Cholestrol total
Trigliserida
Fungsi Hati
AST (SGOT)
ALT (SGPT)
Fungsi Ginjal
Serologi
Widal
Salmonela Typhi-O
Positif (+)1/80
Negatif
Salmonela Typhi-H
Imunoserologi
Hepatitis Marker
HBsAg
Non reactive
Non reactive
Index
URINE
Berat Jenis
1.015
1.013-1.030
pH
6.0
4.6-8.0
Nitrit
Negatif
Negatif
Protein Urin
Negatif
Negatif
mg/dL
Glukosa (reduksi)
Normal
Normal
mg/dL
Keton
Negatif
Negatif
mg/dL
Urobilinogen
Normal
Normal
UE
Bilirubin
Positif
Negatif
mg/dL
Eritrosit
Negatif
Negatif
/uL
Leukosit
Negatif
Negatif
/uL
Mikroskopis
Leukosit
3-6
1-4
/LPB
Eritrosit
0-1
0-1
/LPB
Epitel
3-4
DAFTAR MASALAH
1.
2.
Riwayat asma
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10. Hiperlipidemia
11. Peningkatan SGPT tanpa
peningkatan SGOT
12. Test widal positif
13. Bilirubin urine positif
14. Leukosit urine meningkat
15. HBsAg non-reactive
16. USG perlemakan hati
ANALISA MASALAH
Chronic Bronchitis
Chronic Obstructive Pulmonary Disease
Asthma
Pneumonia
Spontaneous Pneumothorax
Process
Elevated pressure in pulmonary capillary bed
with transudation of fluid into interstitial spaces
and alveoli, decreased compliance (increased
stiffness) of the lungs, increased work of
breathing
Excessive mucus production in bronchi,
followed by chronic obstruction of airways
Overdistention of air spaces distal to terminal
bronchioles, with destruction of alveolar septa
and chronic obstruction of the airways
Bronchial hyperresponsiveness involving
release of inflammatory mediators, increased
airway secretions, and bronchoconstriction
Abnormal and widespread infiltration of cells,
fluid, and collagen into interstitial spaces
between alveoli. Many causes
Inflammation of lung parenchyma from the
respiratory bronchioles to the alveoli
Leakage of air into pleural space through blebs
on visceral pleura, with resulting partial or
complete collapse of the lung
Sudden occlusion of all or part of pulmonary
arterial tree by a blood clot that usually
originates in deep veins of legs or pelvis
Overbreathing, with resultant respiratory
alkalosis and fall in the partial pressure of
carbon dioxide in the blood
Spontaneous
Pneumothorax
Acute
Pulmonary
Embolism
Anxiety
With More often occurs at rest Breathing in and out of a
Hyperventilation
than after exercise. An paper
or
plastic
bag
upsetting event may not sometimes
helps
the
Timing
Dyspnea may progress slowly,
or suddenly as in acute
pulmonary edema.
Chronic Bronchitis
Chronic productive cough
followed by slowly progressive
dyspnea
Chronic
Obstructive Slowly progressive dyspnea;
Pulmonary Disease
relatively mild cough later
Asthma
Anxiety
Setting
History of heart disease or its
predisposing factors
History
of
smoking,
air
pollutants, recurrent respiratory
infections
History
of
smoking,
air
pollutants, sometimes a familial
deficiency in alpha1-antitrypsin
Environmental and emotional
conditions
Varied. Exposure to one of
many substances may be
causative.
Varied
Often a previously healthy
young adult
Postpartum or postoperative
periods; prolonged bed rest;
congestive heart failure, chronic
lung disease, and fractures of
hip or leg; deep venous
thrombosis (often not clinically
apparent)
Other manifestations of anxiety
KASUS
Often cough,
paroxysmal
dyspnea,
wheezing
-
orthopneu,
nocturnal
sometimes
2. RIWAYAT ASMA
DEFINISI
Asma adalah penyakit heterogen yang biasanya ditandai oleh peradangan
saluran napas yang kronis. Penyakit ini diketahui dari riwayat gejala-gejala
penyakit pernapasan seperti wheezing, sesak napas, sesak dada, dan batuk
yang kadang timbul bersama dengan keterbatasan saat eksiprasi.
(GINA Report 2015 hal 2)
ETIOLOGI
1.
2.
3.
Obat-obatan
seperti
aspirin
atau
obat
anti-inflamasi
5.
6.
Aktivitas fisik
http://www.nhlbi.nih.gov/health/health-
DIAGNOSIS ASMA
Increased probability that symptoms are due to asthma
if:
More than one type of symptom (wheeze, shortness
of breath, cough, chest tightness)
Symptoms often worse at night or in the early
morning
Symptoms vary over time and in intensity
Symptoms are triggered by viral infections, exercise,
allergen exposure, changes in weather, laughter,
irritants such as car exhaust fumes, smoke, or strong
smells
Decreased probability that symptoms are due to asthma
if:
Isolated cough with no other respiratory symptoms
Chronic production of sputum
Shortness of breath associated with dizziness, lightheadedness or peripheral tingling
Chest pain
Exercise-induced dyspnea with noisy inspiration
GINA 2015
(stridor)
Chronic
insufficiency
Lymphedema
TEORI
KASUS
Klasifikasi
a. Increase hydrostatic pressure in the veins Increase hydrostatic pressure in
and capillaries.
the veins and capillaries.
When legs are dependent from prolonged - When legs are dependent
standing or sitting
from
prolonged standing or
b. Decreased cardiac output.
sitting
Congestive heart failure
c. Low albumin and decreased intravascular
colloid oncotic pressure.
Nephrotic syndrome
Chirrhosis
Malnutrition
d. Drug use
venous Chronic obstruction and from incompetent valves in deep venous system
Ulceration
Tumor
Fibrosis
Inflammation
TEORI
EDEMA PARU KARDIAK
Riwayat
Penyakit
Penyakit jantung
Ortopneu
KASUS
EDEMA
PARU
KARDIAK
NON
penyakit
Akral hangat
Pulsasi nadi meningkat
Tidak terdengar gallop
Tidak ada distensi vena
jugularis
Ronkhi kering
EKG : normal
Ro : belum dilakukan
PCWP tidak dilakukan
Echo : belum dilakukan
KRITERIA MINOR
Ronki paru
Dypneu deffort
Kardiomegali
Hepatomegali
Efusi pleura
Gallop s3
TEORI
KASUS
Diagnosis
decompensasi cordis
bila
ditemukan
minimal 1 kriteria
mayor dan 2 kriteria
minor.
Pada
kasus,
ditemukan 5 kasus
mayor
dan
3
kriteria minor.
Maka
dapat
didiagnosis sebagai
decompensasi
cordis.
KLASIFIKASI DAN
SEVERITY
Kapasitas Fungsional
Class I
Class II
fisik.
Aktivitas
fisik
biasa
mengakibatkan
istirahat
Pasien dengan penyakit jantung dengan keterbatasan pada
aktivitas fisik. Sedikit aktivitas menyebabkan kelemahan,
sesak, palpitasi atau nyeri angina; yang hilang dengan
Class IV
istirahat
Pasien dengan penyakit jantung dengan ketidakmampuan
untuk melakukan aktivitas fisik apapun. Keluhan gagal
jantung atau sindroma angina masih dirasakan meskipun
saat istirahat. Jika melakukan aktivitas fisik, maka rasa tidak
nyaman bertambah.
ETIOLOGI
Sindrom koroner akut : infark miokard /
angina pectoris tidak stabil dengan iskemia
yg bertambah luas
Tamponade jantung
Diseksi aorta
Krisis hipertensi
Infeksi
Asma
Penyalahgunaan obat
Penggunaan alkohol
4. DEMAM
MEKANISME DEMAM
Pirogen eksogen
Pirogen
Menuju Hipotalamus
TIPE DEMAM
Demam Septik
Demam Remiten
Demam Intermiten
Demam Kontinyu
Demam Siklik
DEFINISI
PPOK adalah penyakit paru kronik yang ditandai oleh hambatan aliran udara
di saluran nafas yang bersifat progresif nonreversible atau reversible parsial.
(Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan PPOK di Indonesia 2006)
PPOK ditandai adanya obstruksi saluran nafas, biasanya progresif dan tidak
sepenuhnya reversible, keadaan tersebut ada hubungan antara respon
inflamasi di paru-paru oleh partikel berbahaya atau gas toksis. (GOLD 2010)
FAKTOR RISIKO
GAMBARAN KLINIK
PATOFISIOLOGI
STADIUM PPOK
Stadium I (mild)
Stadium II (moderate)
>80%
Batuk kronis & berdahak
Individu tidak sadar fungsi parunya
tidak normal
FEV1 <80%
Sesak nafas yang berkembang
menjadi batuk kronis
Individu sudah mencari perhatian
medis
kronis
Eksaserbasi berulang
LANGKAH DIAGNOSTIK
Anamnesis
PEMERIKSAAN FISIK
Inspeksi
Palpasi
Sela iga melebar
Perkusi
Hipersonor
Auskultasi
Suara nafas vesikuler atau melemah
Terdapat ronkhi dan atau mengi pada waktu bernafas biasa atau pada
ekspirasi
Ekspresi memanjang
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
PENATALAKSANAAN
Dalam penatalaksanaan PPOK menurut Global Initiative for
Chronic Obstructive Lung Disease 2006, terdapat 4 komponen
yaitu :
Menilai dan evaluasi penyakit (dengan spirometri/anamnesis)
Mengurangi faktor risiko (paparan asap rokok, polusi, bahan
kimia tertentu)
Penanganan PPOK saat stabil (pendidikan, non-farmakologik &
farmakologik)
Penanganan eksaserbasi akut
NON FARMAKOLOGI
Rehabilitasi
Pemberian nutrisi yang sesuai (tinggi kalori rendah
karbohidrat & tinggi protein)
Terapi oksigen (hipoksemia kronis)
Bantuan alat ventilasi mekanik (jika memerlukan)
Intervensi bedah
Transplantasi paru-paru mungkin dipertimbangkan.
FARMAKOLOGI
Inhalasi bronkodilator
Glukokortikosteroid oral
Antibiotik (jika ada infeksi)
Alat bantu nafas
KOMPLIKASI
Gagal napas
Infeksi berulang
Kor Pulmonal
PENCEGAHAN
obat-obatan
adekuat,
KESIMPULAN
impuls
iritasi
yang
datang
dari
traktus
Peningkatan
asam
lambung
Merangsang
reseptor
tegangan
dan
hypotalamu
s
Mual
Peradangan
lambung
Pengeluaran
zat vas aktif
Lambung
edema
Permeabilita
s kapiler
pembuluh
darah
GEJALA KLINIS
Bentuk ringan dari hepatitis alkoholik mungkin tidak memperlihatkan
gejala yang nyata, tanda-tanda dan gejala yang termasuk :
1. Kehilangan nafsu makan
2. Mual dan muntah
3. Nyeri abdomen dan nyeri tekan
4. Menguning dari kulit dan mata (jaundice)
5. Demam
6. Pembengkakan abdomen akibat penumpukan cairan (asites)
7. Fatigue
PATOFISIOLOGI
Hepatitis alkoholik terjadi ketika hati dirusak oleh alkohol yang diminum.
Zat etanol turunan dari alkohol dalam bir, anggur dan minuman keras
lainnya menghasilkan bahan kimia yang sangat beracun, seperti
asetaldehida. Zat ini memicu peradangan kimia yang menghancurkan sel-sel
hati. Kemudian, jaringan-jaringan seperti bekas luka, dan knot kecil
jaringan menggantikan jaringan hati yang sehat, mengganggu kemampuan
hati untuk berfungsi. Jaringan parut ini bersifat ireversibel, yang disebut
sirosis, merupakan tahap akhir dari penyakit hati alkoholik.
DIAGNOSIS KLINIS
KESIMPULAN
Ronki kering
Bunyi yang terputus, terjadi oleh getaran dalam lumen saluran
nafas akibat penyempitan.
Terjadi pada mukosa atau adanya sekret yang kental dan lengket.
Terdengar lebih jelas pada ekspirasi walaupun pada inspirasi sering
terdengar juga. Suara ini dapat terdengar di semua bagian bronkus,
makin kecil diameter lumen, makin tinggi dan makin keras
nadanya. Wheezing merupakan ronki kering yang tinggi nadanya
dan panjang yang biasa terdengar pada serangan asma.
WHEEZING
Wheezing merupakan suara nafas seperti musik yang terjadi
karena adanya penyempitan jalan udara atau tersumbat sebagian.
Obstruksi seringkali terjadi sebagai akibat adanya sekresi atau
edema. Dapat didengar baik pada saat inspirasi maupun ekspirasi.
Biasanya
disebabkan
oleh
bronkospasme,
edema
mukosa,
Inflamasi
intestinum
saat
bakteri
masuk
ke
lambung,
yang
ditangkap
oleh
reseptor
lambung.
Tingginya
level
asam
Bakteri
yang
retikuloendotelial
masuk
dapat
ke
organ
mengakibatkan
dan
menekan
nerfus,
10. HIPERLIPIDEMIA
keadaan
yang
ditandai
oleh
peningkatan kadar
Peningkatan
kadar
lipoprotein
dalam
darah
dapat
berupa :
Kadar LDL dan kolesterol total (hiperkolesterolemia)
Kadar trigiserida atau minyak (hipertrigliseridemi)
JENIS-JENIS HIPERLIPIDEMIA
Hiperlipidemia primer
Disebabkan oleh karena kelainan genetik
Pada umumnya tidak ada keluhan, kecuali pada keadaan
yang agak berat tampak adanya xantoma (penumpukan
lemak di bawah jaringan kulit).
Hiperlipidemia sekunder
Peningkatan kadar lipid darah disebabkan oleh suatu
penyakit tertentu dan bersifat reversibel
Diabetes melitus, gangguan tiroid, penyakit hepar,
penyakit ginjal, penggunaan obat tertentu
Hiperlipidemia herediter
Kadar kolesterol dan trigliserida yang sangat tinggi, yang
sifatnya diturunkan
PENYEBAB HIPERLIPIDEMIA
Primer
Faktor keturunan (genetik)
Sekunder
Usia
Jenis kelamin
Riw. Keluarga dengan hiperlipidemia
Obesitas
Gaya hidup
Penggunaan alkohol
Merokok
DM tidak terkontrol
Penggunaan obat yang dapat mengganggu
metabolisme lemak: estrogen, pil kb, kortikosteroid,
diuretik tiazid (pada keadaan tertentu
GEJALA HIPERLIPIDEMIA
aterosklerosis
dan
penyakit
jantung
koroner.
Enzim
Transaminase
atau
disebut
juga
enzim
Terdapat
transaminase
yaitu
transaminase
dan
dua
serum
serum
jenis
enzim
glutamat
serum
oksaloasetat
glutamat
piruvat
transaminase (SGPT).
Pemeriksaan SGPT adalah indikator yang lebih sensitif
terhadap
kerusakan
hati
dibanding
SGOT.
Hal
ini
Kerusakan
membran
sel
menyebabkan
enzim
Glutamat
Tinjauan Klinis
Enzim SGOT dan SGPT dapat meningkat karena adanya
gangguan fungsi hati, dan penanda kerusakan sel lainnya,
yang salah satu penyebabnya adalah proses infeksi yang
disebabkan oleh virus.
Peningkatan SGOT/SGPT > 20 kali normal : hepatitis viral
akut, nekrosis hati (toksisitas obat atau kimia)
Peningkatan 3-10 kali normal : infeksi mononuklear,
hepatitis kronis aktif, sumbatan empedu ekstra hepatik,
sindrom Reye, dan infark miokard (SGOT>SGPT)
Peningkatan 1-3 kali normal : pankreatitis, perlemakan hati,
sirosis Laennec, sirosis biliaris
Pemeriksaan SGPT adalah indikator yang lebih
sensitif terhadap kerusakan hati dibanding SGOT. Hal ini
dikarenakan enzim GPT sumber utamanya di hati,
sedangkan enzim GOT banyak terdapat pada jaringan
terutama jantung, otot rangka, ginjal dan otak.
UJI WIDAL
Pembentukan
aglutinin
akhir
minggu
demam
Mencapai puncak minggu ke4
Aglutinin O menetap setelah 4-6 bulan
Aglutinin H menetap 9-12 bulan
pertama
Sirosis Hepatis
Anamnesis :
nausea,
muntah,
fatigue,
malaise, atralgia, myalgia, sakit
kepala (1-5 hari sebelum ikterus
timbul), urin pekat, feses pucat,
demam tidak terlalu tinggi
Anamnesis :
Edema tungkai / asites
Perut membesar, nyeri abdomen
Anoreksia, dispepsia
Jaundice, gatal, warna urin lebih gelap dan feses
lebih pucat
Perasaan mudah lelah, lemas & bb
Riw : jaundice, hepatitis, obat obatan hepatotoksik,
transfusi darah
Psikososial : riw. Kebiasaan minum alkohol
Riw. Keluarga : peny. Hati, peny. autoimun
Pemeriksaan Fisik :
Ikterus,
hepatomegali, splenomegali
Pemeriksaan Fisik :
Ikterus, clubbing finger, white nails, pigmentasi,
purpura, spider naevi, eritema palmaris, asites, hati
bisa membesar/normal/mengecil, splenomegali
Laboratorium :
SGOT, SGPT, Bilirubin
IgM anti HAV (+)
Laboratorium :
SGOT / SGPT tapi tidak begitu tinggi
Alkali fosfatase 2-3x dari batas N
Bilirubin dapat / Normal, Albumin
Waktu protrombin : memanjang
Anemia, trombositopeni, leukopeni, netropenia
Usg hati : Massa? Sudut hati? Permukaan? Ukuran?
Sirosis lanjut -> hati mengecil, nodular, perm.
frekuensi,
Pielonefritis
disuria Anamnesis :
malaise,
mual,
muntah,
sakit panggul
Pemeriksaan Fisik :
Pemeriksaan Fisik :
Pemeriksaan Penunjang :
Piuria
Bakteriuria
PATOGENESIS
hit pertana akibat
penumpukan lemak
hepatosit yang dapat
terjadi karena berbagai
keadaan (dislipidemia,
diabetes melitus, dan
obesitas)
Adanya peningkatan
massa jaringan lemak
tubuh, khususnya pada
obesitas sentral
meningkatkan
penglepasan asam
lemak bebas
menumpuk di dalam
hepatosit.
Terjadi peningkatkan
oksidasi dan esterifikasi
lemak
MANIFESTASI KLINIS
Sebagian besar pasien dengan perlemakan hati
nonalkoholik tidak menunjukkan gejala maupun tandatanda adanya penyakit hati.
Beberapa pasien melaporkan adanya rasa lemah,
malaise, keluhan tidak enak dan seperti mengganjal di
perut kanan atas.
Pada kebanyakan pasien, hepatomegali merupakan satusatunya kelainan fisik yang didapatkan. Umumnya
pasien dengan perlemakan hati nonalkoholik ditemukan
secara kebetulan pada saat dilakukan pemeriksaan lain,
misalnya dalam medical check-up. Sebagian lagi datang
dengan komplikasi sirosis seperti asites, perdarahan
varises, atau bahkan sudah berkembang menjadi
hepatoma.
KESIMPULAN
Berdasarkan analisis masalah, didapatkan diagnosis
pada kasus ini adalah :
1. demam typhoid
2. decomp cordis FC III
3. hepatitis
4. asma bronkhial
5. gastropati
6. hiperkolesterolemia
TERIMA KASIH