Anda di halaman 1dari 5

Diskriminasi gender

Posisi Perempuan Pekerja

S.SARWONO

PENDIDIKAN

Anak perempuan dianggap tidak perlu


mengikuti pendidikan tinggi2 sebab tempat
mereka di rumah (pembodohan perempuan).
Setelah SD anak perempuan sering putus
sekolah
Hampir satu milyar penduduk dunia buta
aksara, dua-pertiganya perempuan.
Buta aksara mengurangi kemampuan ekonomis
perempuan, meningkatkan ketergantungan
kepada laki2, memaksa perempuan untuk
tinggal dirumah, membuat mereka tidak
mengerti tentang hak2 mereka dan tidak
mampu mengurus harta miliknya sendiri.
S.SARWONO

Perempuan yang berhasil mencapai


pendidikan tinggi pun sering kali
diperlakukan tidak adil dlm pekerjaan,
karena dianggap menyaingi laki2 (gajinya
lebih kecil dari laki2 dan pengembangan
karirnya dibatasi). Contoh : perempuan
pekerja di Jepang
Di India perempuan yang berpendidikan
hanya 30 % nya yang bekerja. Perusahaan/pabrik hanya mau menerima laki-laki.
S.SARWONO

KEMISKINAN

Banyak rumahtangga yang dikepalai oleh


perempuan. 85 % dari rumahtangga
single parent dikepalai oleh perempuan
dan biasanya lebih miskin dari rumah
tangga yang dikepalai laki2
60 % dari orang yang tinggal sendirian di
rumah adalah perempuan (janda atau
tidak pernah menikah)
Perempuan seringkali tidak diberi hak
untuk memperoleh akses terhadap
sumber2 yang ada
S.SARWONO

Yg paling miskin dari golongan miskin


adalah perempuan (70%) krn kekurangan
akses utk mencapai sumber dan kurang
kapasitas utk keluar dari kemiskinan
(feminization of poverty)
Untuk membantu golongan miskin, kaum
perempuan diberikan proyek mikrokredit. Organisasi2 mikro-kredit se
dunia telah membantu lebih dari 22 juta
penduduk, yang sebagian besar adalah
perempuan. Pemrakarsa mikro-kredit
(Yusuf, di Bangladesh) diberi Hadiah
Nobel utk perdamaian thn 2006
S.SARWONO

Anda mungkin juga menyukai