Syndrome
Nabila 11.115
Definisi
Penyakit sistem saraf perifer yang ditandai dengan
serangan mendadak paralisis atau paresis otot.
suatu proses autoimun poliradikulo neuropati yang akut,
progresif, dan biasanya fatal yang menyerang sistem
saraf perifer, dicetuskan oleh proses infeksi akut
(pernapasan dan GIT)
Terjadi akibat serangan autoimun pada mielin yang
membungkus saraf perifer (demielinasi)
Sinonim
Epidemiologi
Etiologi
BELUM DIKETAHUI SECARA PASTI
Sekitar 75% dari seluruh kasus onsetnya didahului oleh
infeksi virus atau bakteri.
Infeksi virus : CMV, EBV, flu, common cold, hepatitis
Infeksi bakteri : Campilobacter jejuni, Mycoplasma
pneumonie
Pembedahan
Penyakit sistemik : SLE, keganasan, tiroiditis
Pasca vasinasi : Vaksinasi influenza, rabies.
Respon Imun (autoimun)
GANGLIOSID
kompleks glycosphingolipids
yang mengandung satu atau
lebih residu sialic acid, yang
terdapat pada permukaan sel
schwan dan mielin saraf
perifer.
Subtipe
AIDP
Merupakan bentuk GBS yang paling umum terjadi. Lebih
banyak menyerang orang dewasa. Penyembuhannya
cepat, terdapat antibody anti-GM1 (>50%)
Karena demielinisasi segmental saraf tepi
Menyerang permukaan sel schwann lalu menyebabkan
kerusakan myelin yang luas, sehingga mengaktifkan
makrofag dan juga terdapat infiltrasi dari limfosit
Variasinya : kerusakan axon sekunder
AMAN
AMSAN
Biasanya menyerang orang dewasa. Jarang terjadi.
Penyembuhannya lambat, kadang tidak sempurna. Mirip
dengan AMAN.
Terjadi kerusakan axonal
Patologinya mirip AMAN tapi juga menyerang saraf
sensoris dengan kerusakan axon yang berat
MF
Menyerang dewasa dan anak-anak, jarang,
bermanifestasi sebagai descending paralisis,
kebalikan dari GBS. Biasanya menyerang otototot okular terlebih dahulu, terdapat kelainan
ophtalmoplegi, ataxia, areflexia. Terdapat
antibodi anti-GQ1b (90%).
Terjadi demielinisasi
Patogenesis
Infeksi (virus atau bakteri) dan antigen lain
sel Schwann mereplikasi diri mengaktivasi
sel limfosit T mengaktivasi proses
pematangan limfosit B & memproduksi
autoantibodi spesifik Autoantibodi
mendestruksi myelin/axon sel saraf tidak
dapat mengirimkan sinyal secara efisien Otot
kehilangan kemampuan merespon perintah otak
Immunopatologi
Mekanisme autoimun !
Px fisik
Kelainan Motorik
Manifestasi utama adalah kelemahan otot-otot tubuh yang
berkembang secara simetris sepanjang waktu dalam beberapa
hari atau minggu. Umumnya kelemahan dimulai dari tungkai
bawah lalu meluas ke tubuh, otot-otot interkostal, leher dan
otot-otot wajah atau kranial (N. Cranial VII,VI,III,V,IX,X) yang
terkena belakangan (Paralisis Ascendens).
Kelemahan otot terjadi sangat cepat sehingga atrofi otot tidak
terjadi. Tonus otot menurun, refleks-refleks tendon menurun
atau hilang, tidak terdapat refleks patologik.
Kelainan Sensorik
Kelainan Otonom
Gejala yang timbul mempunyai bentuk sesuai dengan saraf otonom yang rusak,
dapat berupa penurunan fungsi simpatis atau parasimpatis atau menunjukan salah
satu fungsi yang berlebihan.
Sinus takhikardia bahkan sampai terjadi aritmia jantung.
Postural Hipotensi
Penurunan tekanan sistolik hilangnya sistem simpatik pada refleks pembuluh
darah atau gangguan sistem aferen dari arteriol baroreseptor.
Gejala Hipertensi. Diduga ada kaitannya dengan peningkatan aktivitas renin
angiostensin.
Inkontinensia urine / Retensio urine.
Hilangnya fungsi kelenjar keringat
Flushing pada wajah ( kemerahan ).
Px Penunjang
Dx Banding
Miastenia gravis akut Otot mandibula penderita GBS tetap kuat,
sedangkan pada miastenia otot mandibula akan melemah setelah
beraktivitas; selain itu tidak didapati defisit sensorik ataupun arefleksia.
Thrombosis arteri basilaris Pada GBS, pupil masih reaktif, adanya
arefleksia
Paralisis periodik Ditandai oleh paralisis umum mendadak tanpa
keterlibatan otot pernafasan dan hipo atau hiperkalemia.
Botulisme Didapati pada penderita dengan riwayat paparan makanan
kaleng yang terinfeksi. Gejala dimulai dengan diplopia disertai dengan
pupil yang non-reaktif pada fase awal, serta adanya bradikardia; yang
jarang terjadi pada pasien GBS.
Acute anterior poliomyelitis asymmetry of paralysis, signs of
meningeal irritation, fever, and CSF pleocytosis
Komplikasi
gagal nafas
pneumonia aspirasi
kontraktur sendi
deep vein thrombosis
Treatment
Hindari komplikasi gagal nafas
pertimbangan ventilasi mekanik selama 24
jam setelah onset.
Intubasi endotrakeal
Karbamazepin (tegretol) dan Gabapentin
(nerontin) telah digunakan sebagai
tambahan untuk menghilangkan nyeri.
Pencegahan DVT unfractionated heparin
Prognosis
dapus
Hughes R, Anthony VS, Jean CR, et all.
Immunotherapy for Guillain-Barre
syndrome: asystematicreview. Brain
2007;130:2245-2257
Harsono. Kapita Selekta Neurologi.
Yogyakarta: Gajah Mada University Press,
2007