Anda di halaman 1dari 64

KELOMPOK 5 FARMAKOGNOSI

1. Aulia Yulfa Brilian

(M0615006)

2. Fathya Ulfa

(M0615015)

3. Kirana Rizky

(M06150)

4. Rahmatul Lailiah

(M0615036)

5. Waliyyin Razan Q.

(M0615047)

Penyiapan dan
Pembuatan Serbuk
Simplisia
Tujuan Percobaan :
Mampu mengolah hasil panen tanaman obat
menjadi simplisia yang terhindar dari degradasi
kandungan senyawa kimia
Mampu mengolah simplisia menjadi
simplisia dengan derajat halus tertentu

serbuk

Freeze drying adalah sebuah metode khusus


untuk pengeringan dengan prinsip berdasar pada
proses sublimasi yaitu perubahan bentuk ari fase
padat (es) menjadi fase gas atau uap. Kehebatan
dari freeze drying adalah dapat mengubah es
menjadi uap tanpa harus melewati fasa cair
disebut dengan keadaan dibawah triple point.
Namun perubahan dari fasa padat menjadi fasa
gas ini membutuhkan waktu yang cukup lama jika
dibandingkan
pengeringan
umum,
sehingga
menjadikannya sebuah kelemahan bagi metode
freeze drying.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan

Pisau

Blender

Refrigerator

Spatula

1 buah

Stamfer

1 buah

Desikator

1 buah

Gelas Beaker

2 buah

500
gram

Loyang

2 buah

Cawan Pertri

7 buah

Freeze Dryer

1 buah

Alumunium Foil
Secukupnya

Ayakan no.18

3 buah
1 buah
1 buah

1 buah

Bahan yang digunakan


Rimpang Temulawak

Cara Kerja
Rimpang Temulawak
- Disortir
- Dibersihkan dan dicuci
Rimpang Temulawak
- Ditiriskan
- Dirajang dan diblender
Rimpang Temulawak
- Dimasukkan cawan petri
- Dimasukkan deep freezer
Rimpang Temulawak
Beku
- Dimasukkan alat freeze dryer

- Dicek secara berkala


Temulawak Kering

- Diayak dengan ayakan no.18


- Dimasukkan wadah dan disimpan pada
desikator
Simplisia Temulawak

Hasil
Parameter

Sebelum

Sesudah

Berat

500 gram

130,28 gram

Warna

Oranye Tua

Oranye

Bentuk

Rajangan Kasar

Serbuk

Bau

Khas Temulawak

Khas Temulawak

Pembahasan
Hasil simplisia yang diperoleh dari metode freeze
drying secara fisik memiliki tampilan yang bagus. Dari segi
fisik baik warna maupun tekstur dapat dikatakan lebih baik
karena hampir sama dengan awalnya jika dibandingkan
dengan metode pengeringan oven dimana warna yg
diperoleh lebih tua dan kecoklatan. Hal ini bisa terjadi karena
pengeringan freeze drying menggunakan suhu dan tekanan
yang rendah sehingga tidak merusak zat warna dan senyawa
aktif lain yang ada pada temulawak segar.
Menurut beberapa penelitian mengenai freeze drying
juga seperti yang dilakukan oleh (Pujihastuti,2009) dan
(Yulvianti et al,2015) menyatakan bahwa memang freeze
drying dapat menjamin kualitas senyawa aktif dalam
simplisia hasilnya.

Dokumentasi

PERCOBAAN 3
Penetapan Kadar Sari yang Larut dalam Air dan
Sari yang Larut Etanol
Tujuan :
1. Dapat mengetahui seberapa besar kandungan
senyawa yang ada dalam pelarut.
2. Dapat mengetahui pelarut yang cocok
digunakan untuk melarutkan.

Alat dan Bahan


BAHAN

ALAT

1.

Cawan porselin 2 buah

2.

Oven

1 buah

3.

Gelas ukur

1 buah

4.

Neraca analit

1 buah

5.

Batang pengaduk

1 buah

6.

Water bath +

1 buah

Kompor listrik

1.

Serbuk TemulawaK 10 g

2.

Kloroform

3.

Etanol 70 %

33 ml
100 ml

7.

Gelas beker

2 buah

4.

Aquades

67 ml

8.

Corong

1 buah

5.

Alumunium Foil

Secukupnya

9.

Kain flanel

1 buah

Cara Kerja
1. Penetapan kadar sari yang larut dalam air
2. Penetapan kadar sari yang larut dalam etanol

1. Larut dalam air

2. Larut dalam etanol

5 g serbuk temulawak
dimaserasi dengan
33ml kloroform + 67ml
aquadest
diaduk 1-2 disaring
dikocok 15
dengan kain flanel dibiarkan 24 jam

5 g serbuk
temulawak
dimaserasi dengan
100ml etanol
70 %
diaduk 1-2 disaring dikocok 15
dengan kain flanel dibiarkan 24 jam

20 ml filtrat
diuapkan hingga
kering
di water bath
filtrat mengering
diuapkan pada suhu 105 C

bobot tetap
dihitung
kadar sari larut air

20 ml filtrat
diuapkan hingga kerin
di water bath
filtrat
mengering
diuapkan pada suhu 105 C
bobot tetap
dihitung
kadar sari larut
etanol

Data hasil percobaan


Jenis penetapan kadar
sari

Berat cawan
kosong
(gram)

Berat cawan +
filtrat (gram)

Berat
filtrat
(gram)

Kadar

Larut air

45.81

46.482

0.672

67.2 %

Larut etanol

57.6275

57.76

0.1225

12.25 %

Pembahasan
Pada percobaan kali ini, dilakukan penetapan kadar sari larut air dan
larut etanol dari simplisia temulawak. Untuk penetapan kadar sari larut
air, digunakan air yang dijenuhkan dengan kloroform. Sedangkan untuk
penetapan kadar sari larut etanol, digunakan etanol 70%. Penetapan ini
berdasarkan pada jumlah kandungan senyawa dalam simplisia yang
dapat tersari dalam pelarut, yaitu air dan etanol.
Prinsip percobaan = penentuan kadar sari berdasarkan jumlah
kandungan senyawa dalam simplisia yang dapat tersari dalam pelarut
tertentu, yaitu air dan etanol.
Penjenuhan tersebut bertujuan agar pelarut tidak menarik kembali
senyawa lain yang semipolar, tetapi sari dalam simplisia.
Pengadukan bertujuan untuk mempercepat tingkat kelarutan, sehingga
kadar yang tersari dalam pelarut semakin banyak.
Pendinginan dilakukan dengan seksama karena dapat mempengaruhi
massa filtrat yang telah dipanaskan dalam cawan.
Penjenuhan dengan kloroform tidak diperlukan karena etanol sudah
merupakan pelarut organik universal yang dapat menyari secara baik
senyawa dalam simplisia.
Pada penetapan kadar sari simplisia temulawak, didapat kadar sari larut

Pada percobaan ini yang digunakan teknik maserasi. Maserasi


merupakan metode perendaman sampel dengan pelarut organik,
umumnya digunakanpelarut organik dengan molekul relatif kecil dan
perlakuan pada temperatur ruangan, akanmudah pelarut terdistribusi
ke dalam sel tumbuhan.
Metode maserasi ini sangat menguntungkan karena pengaruh suhu
dapat dihindari, suhu yang tinggi kemungkinan akan mengakibatkan
terdegradasinya senyawa-senyawa metabolit sekunder. Pemilihan
pelarut yang digunakan untuk maserasi akan memberikan efektivitas
yang tinggi dengan memperhatikan kelarutan senyawa bahan alam
dalam pelarut akibat kontak langsung dan waktu yang cukup lama
dengan sampel (djarwis, 2004).
Salah satu kekurangan dari metode ini adalah membutuhkan waktu
yang lama untuk mencari pelarut organik yang dapat melarutkan
dengan baik senyawa yang akan diisolasi dan harus mempunyai titik
didih yang tinggi pula sehingga tidak mudah menguap (manjang,
2004).
Dimaserasi 24 jam bertujuan agar zat aktif yang ada padasimplisia
dapat terekstraksi dan tertarik oleh pelarut tersebut.

Ketika penentuan kadar sari larut air, simplisia


ditambahkan kloroform terlebih
dahulu,penambahan kloroform tersebut bertujuan
sebagai zat antimikroba atau sebagai pengawet.
Sementara pada penentuan kadar sari larut etanol
tidak ditambahkan kloroform, karena etanol sudah
memiliki sifat antibakteri jadi tidak perlu
ditambahkan kloroform.

Dokumentasi

PERCOBAAN 4
PENETAPAN KADAR MINYAK ATSIRI, UJI
INDEKS BIAS DAN UJI BOBOT JENIS
Tujuan : untuk mengetahui dan
menetapkan kadar minyak atsiri, uji
indeks bias dan uji bobot jenis

Metodologi Percobaan
ALAT
1. Pipet tetes
2. Gelas bekker

1 buah
2 buah

3. Gelas ukur

1 buah

4. Bak air

1 buah

5. Timbangan analit 1 buah


6. Piknometer

1 buah

7. Refraktomter

1 buah

BAHAN
8. Aquades

400ml

9. Minyak kayu putih

5 ml

DATA HASIL PERCOBAAN


1. Uji kadar minyak atsiri ( tidak dilakukan)
2. Uji indeks bias

Sampel

Minyak kayu
putih

Indeks bias

1,450- 1,470

Suhu

290 C

3. Uji bobot jenis


Bobot
(gram)

Massa jenis

Piknometer kosong

12,3 g

Piknometer + air suhu


250C

18,16 g

Air suhu 250 C

5,86 g

Piknometer + minyak
kayu putih suhu 250 C

17,4 g

minyak kayu putih suhu


250 C

5,1 g

Air

1,172
g/ml

Cara Kerja
1. Uji kadar minyak atsiri (tidak dilakukan)
2. Uji bobot jenis
3. Uji indeks bias

1. UJI BOBOT JENIS


Piknometer kosong
1. Ditimbang dengan neraca
analit
ditambahkan
Aquadest2.
5 ml
diperoleh
Piknometer berisi
aquadest
1. Didinginkan hingga suhu 25C
dengan termometer
2. Dijaga suhu tetap
3. ditimbang
Piknometer berisi
aquadest suhu 25C

1. Ditimbang dengan neraca


analit
2. Dicatat
3. Diganti isi piknometer
Minyak kayu putih 5 ml
dengan
Diperoleh
Piknometer berisi minya
kayu putih
1. Didinginkan hingga suhu 25C
dan diukur dengan termometer
2. Dijaga suhu tetap 25C
3. Ditimbang
Piknometer berisi minya kayu
putih suhu 25C
1. Diperoleh
2. dihitung
Data hasil uji bobot ekstrak
cair

2. UJI INDEKS BIAS


Minyak kayu putih
1. Diambil dengan pipet
tetes
2. Ditetesi pada prisma dan
dibersihkan dengan
Alkohol dan tissu
1. Dipastikan refraktometer
menyala dan terpasang
aliran listrik
2. Ditutup
3. Diatur gelap dan terang alat
refraktometer
4. Diamati dan diperoleh
Indeks bias minyak
kayu putih

Pembahasan
Uji indeks bias bertujuan untuk mengetahui indeks bias dari minyak
kayu putih dengn alat refraktometer
Indeks bias adalah perbandingan kecepatan cahaya dalam udara
dengan kecepatan cahaya dalam zat tersebut
Prinsip kerja refraktometer yaitu memanfaatkan reaksi cahaya
polikromatis dari sinar lampu yang menyinari day light plate
Saat penggunaan refraktometer dikalibrasi dengan aquades yang
bertujuan untuk mengetahui dan memastikan kerja alat masih baik
dan untuk mengetahui ketepatan pengukuran indeks bias pada suhu
ruang (290 C)
Dari hasil percobaaan diperoleh nilai indeks bias dari minyak kayu
putih 1,454. hal ini sesuai dengan literatur, dimana nilai indeks bias
berkisar 1,450- 1,470 (Ketaren, 1985).
Perbedaan hasil indeks bias dari tiap zat dapat disebabkan karena
perbedaan besar sudut kritis yang terbentuk dan kerapatan suatu
zat.

Bobot jenis merupakan bilangan murni tanpa dimensi yang


dapat diubah menjadi kerapatan.
Bobot jenis digunakan sebagai salah satu metode analisis yang
berperan dalam menentukan senyawa cair, digunakan pula
untuk uji identitas dan kemurnian dari senyawa obat.
Pengukuran digunakan piknometer, keuntungannya adalah
mudah dalam pengerjaannya. Namun ketelitiannya kurang
Dalam percobaan digunakan suhu 25C
Didapat masa jenis air 1,175gr/ml dan minyak kayu putih
sebesar 1,02gr/ml serta bobot jenis 0,82.
Menurut standar SNI bobot jenis minyak kayu putih sebesar 0,90,93.
Dimungkinkan terdapat kotoran dalam minyak kayu putih
Selainn itu faktor lain juga dapat
temperatur, massa zat dan volume zat.

memengaruhi

seperti

PERCOBAAN 5
PENETAPAN KADAR ABU DAN KADAR
ABU TAK LARUT DALAM ASAM
Tujuan : Untuk memberikan gambaran
kandungan mineral internal dan eksternal

ALAT DAN BAHAN


ALAT
1. Kurs silikat
2. Sendok

1 buah
1 buah

3. Neraca analitik 1 buah


4. Desikator

1 buah

5. Cawan

1 buah

6. Penjepit

1 buah

7. Furnace
BAHAN

1 buah

1. Serbuk simplisia temulawak


gram

CARA KERJA

Ditimban
g dicatat

Dipanaskan
pada suhu
8000C

didingink
an

dikeluarkan

dipanaska
n

ditambah

ditimban
g

dihhitun
g

HASIL
PERLAKUAN
Kurs silikat dipijarkan

HASIL
Berat awal : 17,6 gram ;
berat setelah
dipijarkan : 17,69 gram

Kurs silikat dimasukkan


sampel

Berat : 18,69 gram

Kurs abu setelah


dipijarkan + kurs

Berat : 17,75 gram

Berat abu total

0,06 gram

Kadar abu total

6%

PEMBAHASAN
Kadar abu adalah zat organik sisa hasil pembakaran
suatu bahan organik
Prinsipnya yaitu bahan yang akan dianalisa kandungan
kadar abunya dioksidasi zat organiknya pada suhu
tinggi.
Dilakukan dengan metode langsung tidak diberikan
reagen tertentu.
Kadar abu diperiksa untuk memberi gambaran
kandungan mineral internal dan eksternal dalam
simplisia dan besarnya cemaran

Abu yang larut dalam air adalah selisih dari berat


abu mula-mula denga berat abu yang ada di dalam
residu.
Didapat kadar abu larut dalam air sebesar 6%
Kadar abu temulawak sebesar 3,67% (Yusron
dkk,2009)
Kadar abu temulawak kering dari kabupaten
Purworejo sebesar 3,29%
Ketidaksesuaian disebabkan karena tercemarnya
temulawak sebelum proses pengolahan, tercemar
saat proses pengolahan atau penyimpanan.
Kadar abu yang tinggi menunjukan adanya
pengotor lain seperti pasir. Hal ini bisa terjadi
karena proses yang dilakukan kurang stabil.

PERCOBAAN 6
SUSUT PENGERINGAN
Tujuan : untuk memberi batas
maksimal tentang besarnya
senyawa yang hilang pada
proses pengeringan

Metodologi Percobaan
A. Alat
1. Botol timbang
2. Oven

1 buah
1 buah

3. Desikator

1 buah

4. Neraca analit

1 buah

5. Sendok

1 buah

6. Cawan Porselen
7. Penjepit

1 buah

1 buah

B. Bahan
8. Serbuk Temulawak

1 gram

Cara Kerja
1. Kalibrasi botol timbang
Botol timbang kosong

Ditimbang
Botol timbang kosong
Dipanaskan di oven pada suhu 1050C
selama 30 menit, hingga bobot konstan

Botol timbang panas


Botol timbang dingin
Berat botol timbang dicatat
Berat konstan bobot yang
telah dikalibrasi

2. Uji Susut Pengeringan


1 g simplisia temulawak dimasukkan botol timbang
yang sudah dikalibrasi dan diratakan timbang
Dipanaskan di oven pada suhu 1050C selama 30 menit
Simplisia dalam botol timbang panas
Didinginkan di desikator
Simplisia dalam botol timbang dingin
Ditimbang
Berat simplisia dan botol timbang
Dipanaskan dioven pada suhu 1050C selama 10 menit
Simplisia dalam botol timbang panas
Didinginkan di desikator
Simplisia dalam botol timbang dingin
Ditimbang
Simplisia dalam botol timbang dingin

Dihitung
Susut Pengeringan

Data Hasil Percobaan


No.
1.

Perlakuan
Botol timbang kosong+ tutup

Hasil
44,54 g

2.

Botol timbang kosong+ tutup, dipanaskan dioven suhu 1050C 44,59 g


selama 30 menit lalu didinginkan di desikator

3.

Bobot botol timbang + simplisia

45,61 g

4.

Botol timbang + simplisia temulawak , dipanaskan dioven

45,47 g

suhu 1050C selama 30 menit lalu didinginkan di desikator


5.

Botol timbang + simplisia temulawak , dipanaskan dioven

45, 47 g

suhu 1050C selama 10 menit lalu didinginkan di desikator


6.

Persentase Susut Pengeringan

12 %

PEMBAHASAN
Prinsip : Pengukuran sisa zat setelah pengeringan pada
temperature 1050C selama 30 menit atau sampai berat
konstan yang dinyatakan dalam nilai prosen.
Susut pengeringan adalah persentase senyawa yang hilang
selama proses pemanasan tidak hanya menggambarkan air
yang hilang, tetapi senyawa lain yang hilang ( senyawa
yang volatile misalnya minyak atsiri).
Metode
yang
digunakan
dalam
penetapan
susut
pengeringan adalah metode gravimetri. Gravimetri adalah
salah satu metode analisis kuantitatif suatu zat atau
komponen yang telah diketahui dengan cara pengukuran
berat komponen dalam keadaan murni setelah melalui
proses pemisahan.
Digunakan pengering oven dan desikator sebagai
pendingin.Dimana, prinsip kerja oven adalah alat sterilisasi
dengan uap panas kering, protein mikroba akan mengalami
dehidrasi hingga mengalami terjadi kekeringan lalu
teroksidasi oleh oksigen diudara sehingga mikroba akan

Lanjutan
Tujuan pemanasan botol timbang adalah untuk mendapatkan berat
konstan botol timbang.
Menurut literature semakin lama pengeringan maka semakin besar
nilai susut pengeringannya. Pada simplisia temulawak ini mengandung
minyak menguap, jadi susut pengeringan ini tidak bisa dikatakan
identik dengan kadar air, karena berat simplisia yang berkurang bukan
hanya disebabkan kehilangan air, namun juga zat lain seperti minyak
atsiri. Sedangkan kurkumin dalam bentuk kristal mempunyai titik lebur
183- 1850C. Jadi pada suhu 1050C Kristal kurkumin tidak ikut menguap.
Jadi pada susut pengeringan simplisia temulawak ini akan kehilangan
senyawa sebesar 12% selama proses pengeringan. Senyawa yang
hilang paling banyak adalah minyak menguap dan air. Memurut
standar dari MMI yaitu nilai dari susut pengeringan adalah kurang atau
sama dengan 10%. Sehingga nilai susut pengeringan yang didapat
tidak memenuhi persyaratan MMI.

DOKUMENTASI

PERCOBAAN 7
UJI PENDAHULUAN
Tujuan : Untuk mengetahui kandungan
kimia dalam simplisia temulawak secara
kualitatif

Metodologi Percobaan
A. Alat
1. Tabung reaksi

5 buah

2. Rak tabung reaksi


3. Corong gelas

1 buah

2 buah

4. Pipet tetes 2 buah


5. Penangas Air

2 buah

6. Sendok 2 buah
7. Neraca Analit

1 buah

8. Batang pengaduk

1 buah

9. Cawan porselin 4 buah


10. Gelas ukur 2 buah
11. Gelas bekker
12. Ph meter

2 buah

1 buah

B. Bahan
1. Serbuk Temulawak 3,2 gram
2. KOH 0,1 N
4 ml
3. H2O2
3 tetes
4. Asam asetat glasial 1 tetes
5. Toluen
3 ml
6. Aquadest
35 ml
7. FeCl3
3 tetes
8. NaCl 2%
1 ml
9. Larutan gelatin 1% 2 ml
10. Kertas saring
4 buah

Cara Kerja

1. Uji
Pendahuluan
Serbuk temulawak
2g
Dipanaskan dengan
air 10 ml Selama 30
menit dipenangas

Larutan
temulawak
Disaring
Larutan kuningmerah
Ditamba
h
Larutan KOH 3
tetes
Warna larutan
menjadi lebih
intensif

2. Uji Antrakinon
Simplisia temulawak
100mg + KOH 5N 2 ml
+ H2O2 Dipanaskan
3 tetes

dipenangas 2
menit

3. Uji Saponin
Simplisia
temulawak 100
mg
Dimasukkan tabung
reaksi ditambah
aquades 10ml
ditutup;dikocok

Suspensi

Disaring setelah dingin

Filtrat
Ditambah as. Asetat
hingga ph 5

Larutan ph 5

Larutan
temulawak

Dibiarkan posisi
tegak 30menit

Terbentuk buih/
tidak

Ditambah toluene 3ml lapisan


atas dipisahkan dengan pipet

Lapisan Atas
Dimasukkan tabung + KOH 0,5 N 3
tetes

Warna Merah

4. Uji Polifenol
Simplisia temulawak
500 g

Ditambah air 5 ml,


dipanaskan 10 menit di
penangas

Larutan simplisia
panas Disaring saat panas
Filtrat
Setelah dingin
ditambah

Pereaksi FeCl3 3
tetes

Warna hijau biru

5. Uji Tanin
Simplisia
temulawak 500mg
Ditambah air 10ml
dipanaskan 30 menit
dipenangas
Larutan simplisia

panas

Disaring

Filtrat

Ditambah NaCl 2% 1 ml
Disaring bila terbentuk endapan/
suspensi

Filtrat
Ditambah gelatin 1% 2ml
Endapan

HASIL
Nama Uji

Kondisi awal

Kondisi akhir

Keterangan

Uji pendahuluan

Larutan berwarna
kuning

Larutan berwarna
merah

Mengandung
kromofor

Uji Antrakinon

Larutan bening
kekuningan

Larutan tidak
berubah warna

Tidak terdapat
antrakinon

Uji Polifenol

Larutan berwarna
oranye gelap

Larutan berwarna
oranye gelap

Tidak terdapat
polifenol

Uji Tannin

Larutan berwarna
kuning

(+)NaCl tidak ada


endapan
(+)gelatin tidak
ada endapan

Tidak terdapat
tannin

Uji saponin

Kuning dengan
endapan

Tidak terbentuk buih

Tidak terdapat
senyawa saponin

PEMBAHASAN
Uji pendahuluan dialkukan untuk mengetahui apakah
simplisia temulawak mengandung senyawa kimia
Jika larutan berwarna kuniing sampai merah
menunjukan adanya kromofor (flavonoid, antrakinon,
dll) dengan gugus hidrofilik (gugus hidroksil).
Saat uji dilakukan terbentuk warna merah
Hasil positif simplisia temulawak terdapat gugus
kromofor

Uji Antrakinon
Pemanasan pada saat uji berfungsi untuk
mempercepat reaksi.
Penambahan KOH dan H2O2 untuk melarutkan
antrakinon agar terpisah dari bagian serbuk
Uji positif terbentuk larutan berwarna merah
Dalam percobaan larutan hanya bening

Uji Polifenol
Pemanasan melarutkan polifenol
agar terpisah dari serbuk
(+)FeCl3 untuk membentuk
kompleks polifenol.
Uji (+) terbentuk warna biru
kehijauan.
Dalam praktikum hanya warna oranye
kecoklatan tidak ada polifenol
Skrining fitokimia ada polifenol
dalam temulawak

Uji Tanin
(+)NaCl adar terbentuk garam
tannin.
(+) gelatin untuk mengendapkan
garam yang terbentuk
Uji positif terbentuk endapan
Dalam praktikum tidak terdapat
endapan tidak ada tanin
Dalam skrining fitokimia tidak ada tanin
dalam temulawak

Uji Saponin
Uji positif terbentuk buih setelah
dikocok dan dibiarkan.
Dalam percobaan tidak ada buih
tidak mengandung saponin
Dalam skrining fitokimia terdapat
sedikit saponin dalam temulawak

Percobaan 8
Identifikasi Kandungan Kimia (Kuantitatif)

Tujuan
1. Mengetahui dan memahami cara identifikasi
kompenen kimia suatu senyawa dengan Metode
instrument densitometri

Alat dan Bahan


Alat

Bahan

1.

Plat KLT

1 lembar

2.

Mikropipet

1 buah

1.

Simplisia temulawak

3.

Gelas beker

2 buah

2.

Diklorometana

24.25ml

4.

Gelas ukur

2 buah

3.

Metanol

0.75ml

5.

Kain flanel

1 buah

4.

Kertas saring

1 buah

6.

Kaca arloji

1 buah

5.

Etanol

101ml

7.

Cawan porselin

1 buah

8.

Gelas chamber

1 buah

9.

Neraca analit

1 buah

10.

Densitometer

1 buah

5g

Cara Kerja
1. Penyiapan Sampel
5 g sampel simplisia temulawak

ditambah

100 ml etanol

dimaserasi 1
hari
Larutan maserasi
diaduk dan disaring dengan flanel
filtrat
dievaporasi pada water bath
filtrat kental
sampel

diencerkan

Etanol secukupnya

2. Uji KLT

sampel

Larutan standar

ditotolkan pada plat KLT


7 totolan
(2 sampel, 5 standar)
dimasukkan chamber
KLT
Fase gerak
Diklorometana : metanol
(97:3)
dielusi dan
dihitung
Nilai Rf

3. Uji Densitometer

Bercak / noda kromatogram pada


plat KLT
dimasukkan
densitometer
diperoleh
hasil

Data Hasil Percobaan


Larutan

Luas Area

125 ppm

25806.5

250 ppm

48287.2

500 ppm

54705.1

1000 ppm

51122.2

Sampel 1

45253.5

Sampel 2

57293.2

PEMBAHASAN
Pertama dilakukan maserasi, prinsipnya adalah
ekstraksi zat aktif yang dilakukan dengan merendam
serbuk dalam pelarut yang sesuai dalam beberapa hari
pada temperatur kamar terlindung dari cahaya.
Etanol digunakan karena lebih selektif, kapang dan
kuman sulit tumbuh dalam etanol, tidak beracun,
netral, absorbsinya baik, dan dapat melarutkan
kurkumin.
Dilakukan uji KLT. Prinsipnya adalah adsorbsi dan partisi
dimana adsorbsi adalah penyerapan pada permukaan,
sedangkan partisi adalah penyebaran atau kemampuan
suatu zat yang ada dalam larutan untuk berpisah

TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai