Anda di halaman 1dari 28

TATA CA R A P EN YELES A IA N

KER UG IA N N EG A R A DI
LI N G KUN G AN KEM EN TER IA N
KOM UN I KA SI D AN
IN FOR M ATIKA

Budi Priyono
Staf Ahli Menteri Bidang Hukum
Kementerian Komunikasi dan Informatika
Disampaikan pada : Sosialisasi di Bandung, 30
Agustus 2013

PENGANTAR
Ucapan
Bung
Karno
dalam
Rapat
Besar
Pembahasan Rancangan Undang-Undang Dasar
pada tanggal 15 Juli 1945. Wajib kita merenungkan
segala hal dengan sedalam-dalamnya, wajib kita
membuka kitab sejarah, histori, sebab sebagai
salah seorang mahaguru, yaitu Prof. Sir John Seeley,
pernah berkata :
Wij studeren historie om wijs te worden van
te voren, Kita mempelajari sejarah untuk menjadi
lebih bijaksana terlebih dulu.

I. MENGAPA PERLU PENGATURAN


TERHADAP KERUGIAN NEGARA?
SKEMA PEMBINAAN PNS
PROFESIONALISME

PENGETAHUAN
KEAHLIAN
KETERAMPILAN

Pembinaan
PNS
PERILAKU

HUKUM
DISIPLIN
KODE ETIK PNS

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Formasi
Pengadaan
Pengangkatan
Penempatan
Diklat
Pemindahan
Promosi
Penggajian
Pemberhentian

OPTIMALISASI
TUGAS-TUGAS
PNS DI BIDANG
PEMERINTAHAN
DAN
PEMBANGUNAN
(PEMBERIAN
PELAYANAN
KEPADA
MASYARAKAT)

Setiap kerugian negara yang disebabkan oleh


tindakan melanggar hukum atau kelalaian
seseorang harus segera diselesaikan sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Pada hakekatnya setiap kerugian negara yang
terjadi harus diupayakan pengembaliannya dari
pihak
yang
bertanggung
jawab.
Bahwa
penyelesaian kekurangan perbendaharaan dan
kerugian negara sangat penting dalam rangka
pengamanan keuangan negara.

Pengelolaan kekayaan negara merupakan tugas yang


harus dilaksanakan secara cermat, teliti serta menggunakan
sistem administrasi yang profesional sesuai dengan
ketentuan yang berlaku, sehingga dapat dihindari hal-hal
yang dapat menimbulkan kerugian bagi negara.
Untuk itu para pengelola kekayaan negara semakin
dituntut untuk meningkatkan profesionalismenya agar
kerugian negara dapat terhindarkan, karena dalam
pengelolaan kekayaan negara baik secara langsung atau
tidak langsung dimungkinkan terjadinya kelalaian, tindakan
melanggar hukum dan atau suatu keadaan diluar
kemampuan manusia (force majeure) yang mengakibatkan
timbulnya kerugian negara.
Sedangkan kerugian negara, baik berupa uang maupun
barang yang terjadi karena kehilangan atau perbuatan lain
berupa kejahatan atau kelalaian, wajib diupayakan
penyelesaiannya.

II. DASAR HUKUM

UU No 17 Tahun 2003 Tentang


Keuangan negara
Pasal 35 ayat (1)
Setiap Pejabat Negara dan pegawai Negeri bukan
bendahara yang melanggar hukum atau melalaikan
kewajibannya baik langsung atau tidak langsung yang
merugikan
keuangan
negara
diwajibkan
mengganti
kerugian dimaksud
Pasal 35 ayat (4)
Ketentuan mengenai penyelesaian kerugian negara diatur di
dalam undang-undang mengenai Perbendaharaan Negara.

UU No 1 Tahun 2004 Tentang


Perbendaharaan Negara
Pasal 59 ayat (3)

Setiap
pimpinan
kementerian
negara/lembaga/kepala satuan kerja perangkat
daerah dapat segera melakukan tuntutan ganti
rugi, setelah mengetahui bahwa dalam
kementerian negara/lembaga/ satuan kerja
yang bersangkutan terjadi kerugian akibat
perbuatan dari pihak mana pun ;

Pasal 60 ayat (2)

Segera setelah kerugian negara tersebut


diketahui, kepada bendahara, pegawai negeri
bukan bendahara, atau pejabat lain yang
nyata-nyata
melanggar
hukum
atau
melalaikan kewajibannya segera dimintakan
surat pernyataan kesanggupan dan/atau
pengakuan bahwa kerugian tersebut menjadi
tanggung jawabnya dan bersedia mengganti
kerugian negara dimaksud.

Pasal 60 ayat (3)

Jika Surat Keterangan Tanggung Jawab Mutlak


(SKTJM) tidak mungkin diperoleh atau tidak dapat
menjamin
pengembalian
kerugian
negara,
Menteri/pimpinan lembaga yang bersangkutan
segera mengeluarkan Surat Keputusan Pembebanan
Penggantian Kerugian sementara kepada yang
bersangkutan ;
Pasal 63 ayat (2)

Tata cara tuntutan ganti kerugian negara/daerah


diatur dengan peraturan pemerintah.

UU No 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan


Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan
Negara
Pasal 23 ayat
(1)

Menteri melaporkan penyelesaian kerugian


negara/daerah kepada BPK selambat-lambatnya
60 (enam puluh) hari setelah diketahui terjadinya
kerugian negara ;
(2) BPK memantau penyelesaian pengenaan
ganti kerugian negara terhadap pegawai negeri
bukan bendahara dan/atau pejabat lain pada
Kementerian ;

KEPPRES NO 42 TAHUN 2002

Pasal 8 ayat (1) huruf :

Kementerian wajib mengintensifkan


penagihan dan pemungutan piutang negara
b.

c. Kementerian wajib melakukan penuntutan


dan pemungutan ganti rugi atas kerugian
negara

Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan


Republik Indonesia Nomor 3 Tahun
2007 tentang Tata Cara Penyelesaian
Ganti Kerugian Negara terhadap
Bendahara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 147);

III. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2013

Tentang
Tata Cara Penyelesaian Kerugian Negara
Di Lingkungan Kementerian Komunikasi dan
Informatika
Terdiri dari 8 BAB dan 74 pasal
2. SISTEMATIKA
1.

BAB I KETENTUAN UMUM


BAB II RUANG LINGKUP KERUGIAN NEGARA

BAB III PELAPORAN PENYELESAIAN KERUGIAN NEGARA


BAB IV PROSES PENYELESAIAN TUNTUTAN
PERBENDAHARAAN DAN PENGHAPUSAN
KEKURANGAN UANG, SURAT BERHARGA,
BARANG NEGARA, DAN PENIADAAN SELISIH
DARI PERHITUNGAN BENDAHARA
BAB V PROSES PENYELESAIAN TUNTUTAN GANTI RUGI
KEPADA PEGAWAI NEGERI SIPIL, PIHAK KETIGA,
PEGAWAI BUKAN PEGAWAI NEGERI SIPIL, DAN
PEMBEBASAN PENGHAPUSAN TAGIHAN NEGARA

BAB VI UPAYA DAMAI


BAB VII KADALUWARSA
BAB VIII KETENTUAN PENUTUP
3.PASAL PASAL PENTING
BAB IIRUANG LINGKUP NEGARA
BAGIAN KESATU
UMUM
PASAL 2
(1) Penyelesaian Tuntutan Kerugian Negara harus segera diselesaikan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(2)Ruang lingkup pengaturan penyelesaian kerugian negara meliputi :
a. Tuntutan perbendaharaan; dan
b. Tuntutan ganti rugi
(3)Tuntutan perbendaharaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a berlaku bagi Bendahara.
(4)Tuntutan ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b berlaku bagi :
a. Pegawai Negeri Sipil bukan Bendahara dan CPNS
b. Pegawai bukan Pegawai Negeri Sipil yang bekerja dilingkungan Kementerian Komunikasi dan
Informatika termasuk di Badan Layanan Umum; dan
c. pihak ketiga.

BAGIAN KEDUA
WEWENANG PENYELESAIAN KERUGIAN NEGARA

(1)
(2)

(3)
(4)

PASAL 3
Pengenaan ganti kerugian negara terhadap Bendahara ditetapkan oleh Badan
Pemeriksa Keuangan.
Pengenaan ganti kerugian negara terhadap Pegawai Negeri Sipil bukan
Bendahara, Calon Pegawai Negeri, pegawai bukan Pegawai Negeri Sipil di
lingkungan Kementerian Komunikasi dan Informatika dan Pihak Ketiga
ditetapkan oleh Menteri.
PASAL 4
Untuk menyelesaikan Tuntutan Kerugian Negara sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat (1), Menteri membentuk Penyelesaian Kerugian Negara.
Tim Penyelesaian Kerugian Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mempunyai tugas, sebagai berikut :
a. meminta informasi, data, saran dan pertimbangan serta melakukan
koordinasi dengan satuan kerja dengan instansi terkait;
b. melakukan penelitian, verifikasi dan memproses kasus kerugian negara di
lingkungan Kementerian Komunikasi dan Informatika.
c. memberikan masukan, saran, dan pertimbangan kepada Menteri dalam
pengambilan keputusan penyelesaian kerugian negara; dan
d. membuat laporan mengenai penyelesaian kerugian negara kepada Menteri.

BAGIAN KETIGA
Informasi Kerugian Negara
PASAL 5
(1) Informasi tentang Kerugian Negara dapat diketahui dari :
a. pengawasan yang dilaksanakan oleh atasan langsung;
b. hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan;
c. hasil pemeriksaan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan;
d. hasil pemeriksaan oleh Inspektorat Jenderal;
e. media massa dan media elektronik;
f. pengaduan masyarakat;
g. perhitungan ex officio;
h. hasil verifikasi; dan
i. sumber informasi lainnya
(2) Informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dijadikan sebagai dasar
bagi Kepala Satuan Kerja dalam melakukan tindak lanjut penyelesaian
Kerugian Negara.

PASAL 6
(1)

(2)

(3)

Setiap pegawai yang karena jabatan atau tugas dan fungsinya memakai/
menggunakan Barang Milik Negara, wajib memelihara dan mengamankan
Barang Milik Negara yang menjadi tanggung jawabnya.
Setiap pegawai yang memakai / menggunakan Barang Milik Negara yang
karena sesuatu hal menyebabkan kerugian negara, wajib segera melaporkan
kerugian negara tersebut kepada atasannya dan secara hierarkhis
melaporkan kejadian tersebut sampai kepada pimpinan Eselon yang terkait.
Barang siapa yang memakai/meminjam/menggunakan Barang Milik Negara
karena sesuatu hal menyebabkan hilangnya Barang Milik Negara dan
mengakibatkan kerugian negara baik disebabkan oleh karena adanya unsur
kelalaian maupun tidak, wajib melaporkan kepada:
(a) Kepolisian setempat dan dilengkapi dengan Berita Acara Olah Tempat
Kejadian Peristiwa hilangnya Barang Milik Negara dimaksud; dan
(b) Atasan langsungnya dan / atau Kepala Satuan kerjanya secara tertulis.

PASAL 7
(1) Atasan langsung atau Kepala Satuan Kerja setelah mengetahui dan / atau
memperoleh informasi laporan dimaksud dalam Pasal 6 wajib melakukan
penelitian / pemeriksaan / pembuktian terhadap kebenaran laporan dan
melakukan tindakan untuk memastikan :
a. peristiwa terjadinya kerugian negara;
b. jumlah kerugian negara;
c. siapa saja yang tersangkut (Pegawai Negeri Sipil, CPNS, Pegawai
Bukan PNS, Pejabat lainnya atau pihak ketiga);
d. unsur salah (besar/kecilnya kesalahan) dari masing-masing pihak;
e. keterangan lain yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan.
(2) Apabila informasi tersebut terkait dengan kerugian negara yang menjadi
tanggung jawabnya, maka Kepala Satuan Kerja wajib meneliti kembali
apakah hal tersebut telah memenuhi syarat untuk ditindaklanjuti dalam
rangka proses penyelesaian TKN.

BAB VI UPAYA DAMAI


PASAL 64
Disamping diatur dalam Pasal 64, upaya damai juga bisa
dilihat dalam Pasal 46, Pasal 55 ayat (3) dan Pasal 58 ayat
(3)
1. Persyaratan Upaya Damai :
Adapun persyaratan dalam penyelesaian kerugian
negara melalui upaya damai yaitu :
a. Jumlah kerugian negara harus telah pasti
b. Kesalahan cukup jelas dan diakui oleh yang
bersangkutan dengan sadar tanpa paksaan.
c. Ada kesanggupan membayar dari pihak
bersangkutan maximal dilunasi dalam 2 (dua) tahun
dengan jaminan yang minimal nilainya sama dengan
nilai kerugian negara.
d. Mendapat persetujuan dari pihak.

2. Pelaksanaan Upaya Damai :


Setelah persyaratan terpenuhi, untuk penyelesaian
kerugian negara melalui upaya damai, maka yang
bersangkutan
membuat
Surat
Keterangan
Tanggungjawab Mutlak (SKTM) yang dibuat rangkap 4
(empat) bermaterai cukup yang seluruhnya ditanda
tangani asli oleh yang bersangkutan diketahui oleh
atasan langsung dan saksi-saksi untuk disampaikan
kepada:
a. Sekretaris Jenderal Cq. Biro Keuangan
b. Kepala kantor / satuan kerja yang
bersangkutan
c. Inspektur Jenderal
d. Bendaharawan kantor / satuan kerja yang
bersangkutan.

3. Isi SKTM antara lain :


a. Pengakuan bahwa yang bersangkutan
bertanggung jawab atas kerugian negara.
b. Kesanggupan membayar / mengganti
kerugian negara tersebut secara sempurna,
baik secara tunai ataupun dengan cara
mengangsur dalam jangka waktu tidak lebih
dari 2 (dua) tahun.
c. Kesediaan untuk memberi jaminan yang
nilainya minimal sama besar dengan nilai
kerugian negara.
d. Pernyataan tidak akan menarik kembali
apa yang telah dinyatakan dalam SKTM
tersebut.

4. Konsekuensi dibuatnya SKTM :


Mengingat SKTM memiliki sifat mengikat para pihak yang
menandatangani, sehingga memiliki konsekuensi sebagai berikut :
a. Apabila ternyata dikemudian hari pembayaran angsuran
tidak menjamin (melampaui 2 tahun) maka yang bersangkutan
telah dinyatakan ingkar janji dan proses TP/TGR dapat
dilanjutkan.
b. Yang bersangkutan tidak dapat mengajukan banding
kepada pejabat yang lebih tinggi.
c. SKTM dapat dipergunakan untuk melakukan eksekusi, baik
terhadap barang yang dijaminkan maupun terhadap gaji atau
penghasilan lainnya.
d. Apabila dianggap perlu, SKTM tersebut dapat dipakai
sebagai dasar untuk melakukan penyitaan atas harta
kekayaan milik yang bersangkutan dengan perantaraan pihak
yang
berwajib
maupun
BUPLN.
e. Apabila yang bersangkutan meninggal dunia, sementara
angsuran belum lunas, maka pejabat yang menandatangani
SKTM segera memberitahukan pada ahli warisnya.

5.

Tata Cara pembayaran / penggantian melalui upaya damai:


Pembayaran kerugian negara melalui upaya damai dapat
dilakukan dengan cara membayar sekaligus tunai (lunas), dengan
mengangsur maupun mengganti barang yang sama jenisnya, kualitas
dan kuantitasnya.
Apabila kerugian negara diselesaikan dengan cara mengangsur,
harus memenuhi persyaratan antara lain :
a. Maksimal 30% dari gaji pokok ditambah penghasilan yang
sah (untuk yang tidak/belum kawin)
b. Maksimal 25% dari gaji pokok ditambah penghasilan lain
yang sah (untuk yang kawin)
c. Bila kerugian negara sedemikian besarnya, sehingga tidak
dapat ditutup dengan pemotongan gaji selama 2 (dua) tahun,
maka kepada yang bersangkutan ditegaskan bahwa harta milik
pribadinya akan disita untuk menutup hutangnya kepada
negara.

6. Syarat Jaminan
Untuk menjamin pelunasan kerugian
negara diperlukan adanya jaminan dan
jaminan tersebut harus mengandung
kejelasan tentang :
a. Jenis barang
b. Lokasi barang
c. Surat / bukti kepemilikan (asli)
d. Nilai perkiraan barang harus lebih
besar nilainya dari jumlah kerugian
negara.

IV. BEBERAPA PASAL YANG PERLU


DIKOREKSI
1. Pasal 46

Pegawai Negeri Sipil bukan Bendahara setelah menerima


pemberitahuan tertulis sebagaimana dimaksud dalam Pasal
41, seharusnya tertulis Pasal 45
2. Pasal 55 ayat (3)
Untuk Penggantian kerugian negara sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) lebih dahulu diselesaikan dengan upaya
damai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12, barangkali
seharusnya Pasal 40 ayat (3)
3. Pasal 58 ayat (3)
Untuk penggantian kerugian negara sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1)lebih dahulu diselesaikan dengan upaya damai
sebagaimana dimaksud dalam pasal 12.

V. PENUTUP

Rabbana laa tu-aakhidznaa in nasiinaa au


akhthanaa
Ya Tuhan kami janganlah Engkau hukum kami,
jika kami lupa atau kami bersalah.

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai