CRS Diare

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 39

Case Report Session:

Diare Akut Disentri +


Dehidrasi RinganSedang
MUHAMMAD ILHAM M., NASTITI YUSRIN,
FADHILAH RATIH, ILMA ARIFANI

Laporan
Kasus

Identitas pasien

Nama: By. S

Jenis Kelamin: Perempuan

Umur pasien: 11 bln

Tgl lahir: 10 Mei 2015

Tgl masuk rumah sakit: 10 Maret 2016

Tgl pemeriksaan: 14 Maret 2016

Anamnesis

Keluhan Utama:
Mencret
Anamnesis Khusus:
Pasien menderita diare sejak hari Jumat (6 hari). Diare disertai dengan
lendir, darah dan tanpa ampas. Frekuensi diare pada hari pertama
adalah 15x. Sedangkan, hari-hari berikutnya sekitar 8x/hari. Volume
kotoran dalam sekali BAB ialah sekitar 25 cc. Kotoran memiliki
konsentrasi cair, berwarna hijau dan berbau menyengat. Diare disertai
dengan demam sejak hari pertama. Diare disertai dengan nyeri perut.
Tidak ada riwayat muntah. Pasien tidak meminum susu formula dan
meminum obat antibiotik sebelumnya. Pasien tidak pernah
menggunakan botol susu. Sumber air minum dibuat sendiri dengan
cara direbus. Pasien tidak pernah mengalami kejang sebelumnya.

Anamnesis khusus : (lanjutan)


Pasien tidak berobat sebelumnya. Pasien jarang mengalami diare. Tidak ada
keluarga yang sedang menderita diare.

Riwayat makan :
0-6 bulan : ASI eksklusif
6 bulan-sekarang : MP ASI (bubur sayur, nestle, buah)
Sumber air: air mentah yang direbus

Riwayat imunisasi :
Lengkap

Riwayat alergi:
Tidak ada

Riwayat pertumbuhan dan perkembangan:


BB naik sedikit. Sesuai dengan usia perkembangan.

Pemeriksaan Fisis
Status Gizi

BB: 7 kg

BB/U: <-1 SD

PB: 67 cm

PB/U: <-1 SD

LK: 42,4 cm

LK/U: median

BB/PB: median
Tanda vital :

KU: CM, rewel

N: 104X/mnt

R: 30x/mnt

S: 36.7 C

Pemeriksaan Fisis

KEPALA:
Ubun-ubun besar
sedikit cekung,
mata cekung, air
mata tidak ada,
konjungtiva tidak
anemis, sklera
tidak ikterik,
pernapasan cuping
hidung tidak ada,
sianosis perioral
tidak ada, mukosa
mulut kering

LEHER:
KGB tidak teraba

THORAKS:
PULMO: gerak dan
bentuk simetris.
Tidak ada retraksi
dinding dada. VBS
kiri=kanan.
CARDIO: Bunyi S1
S2 murni reguler.

Pemeriksaan Fisis

ABDOMEN
Datar, lembut.
Tidak ada
retraksi
epigastric.
Bising usus
meningkat.
Hepar dan lien
tidak teraba.
Turgor kembali
lambat

ANOGENITALIA
:
Tidak ada
kelainan
genital. Tidak
ada perianal
rash.

EXTREMITAS:
Akral hangat.
CRT normal.

Usulan Pemeriksaan

Darah rutin

Elektrolit

Feses rutin

Hasil Laboratorium
Diketahui Hb 11,9g/dL, leukosit 17,000
Pada pemeriksaan feses rutin ditemukan gambaran sebagai berikut:

Makroskopis:

Warna : hijau

Konsistensi : cair

Bau : amis

Lendir : +

Darah : -

Mikroskopis:

Leukosit : 4-11

Eritrosit : 0-1

Amoeba : - (bukan amebiasis)

Diagnosis Kerja
Diare akut dysentriform + dehidrasi ringan-sedang
Differential diagnosis:

Diare akut ec virus

Diare akut ec EIEC

Penatalaksanaan

Cefotaxime 3 x 350 mg

Zinc syr 20mg 1x1 10 hari

Paracetamol syr 120ml/cth 3x1 cth

Oralit 525mg (75mg/kgBB) dalam 3


jam

Probiotik

Re evaluasi setelah pemberian ORS

Prognosis

Quo ad vitam: dubia ad bonam

Quo ad funtionam: dubia ad bonam

Pembahasan

Definisi

Diare adalah buang air besar (BAB) dengan


konsistensi yang lebih lunak/cair yang terjadi
dengan frekuensi sebanyak > 3x dalam 24
jam

Epidemiologi

Diare merupakan penyebab kematian tertinggi


ke-2 pada balita yang sebetulnya merupakan
penyakit yang dapat dicegah dan diobati

Tiap tahunnya diare menyebabkan kematian


760.000 balita

Diare merupakan penyebab utama malnutrisi


pada balita

5 Provinsi dengan insiden diare tertinggi


adalah Aceh, Papua, DKI Jakarta, Sulawesi
Selatan, dan Banten

Faktor Risiko

Tidak diberi ASI

Gizi buruk (underweight <-3 OR 9.5, wasted <


-3 OR 6.3)

Penggunaan air yang tidak bersih

Tidak mencuci tangan

Defisiensi zinc, vitamin A

Pembuangan BAB sembarangan

Etiologi
Infeksi (gastroenteritis)
Virus: Rotavirus, Norwalk virus,
Adenovirus
Bakteri: E. coli, Shigella,
Salmonella, Vibrio, Yersinia,
Campylobacter
Parasit: Entamoeba histolytica,
Giardia lamblia, Cryptosporidium
parvum

Non-Infeksi
Malabsorpsi nutrien: defisiensi
laktase kongenital, gangguan
penyerapan karbohidrat, lemak
Imun/inflamasi: alergi makanan ,
defisiensi imun
Gangguan motilitas: thyrotoxicosis
Neoplasia: tumor yang
mensekresi hormon
neuroendokrin (apudoma) seperti
Zollinger Ellison, VIPoma, dll.
Diare karena substansi eksogen:
intake berlebih terkait minuman
bersoda, antasida atau laksatif
mengandung Mg(OH)2, minuman
mengandung methylxantines
(cola, kopi, teh)

Etiologi

Penyebab tersering berdasarkan


usia:
0-11 bulan: Rotavirus, Cryptosporidium, ETEC,
Shigella, Adenovirus
12-23 bulan: Rotavirus, Shigella,
Cryptosporidium, ETEC, Aeromonas
24-59 bulan: Shigella, Rotavirus,
Campylobacter, Vibrio, ETEC

Patomekanisme

Sekretorik

Terjadi aktivavsi adenil


siklase karena adanya
toksin misal Vibrio cholera,
ETEC (enterotoxigenic E.
coli), dll. ATP cAMP,
akumulasi cAMP
menyebabkan sekresi aktif
air, Cl-, Na+, HCO3- ke
lumen usus

Patomekanisme

Invasif

Non-dysentriform: Tidak
berdarah, umumnya
karena Rotavirus. Invasi
menyebabkan kerusakan
vili sehingga defisiensi
laktase.

Dysentriform: Berdarah,
umumnya karena Shigella,
Salmonella, EIEC. Invasi
membentuk mikroulkus,
BAB berlendir dan
berdarah.

Patomekanisme

Osmotik

Terjadi karena tekanan


osmotik lumen tinggi
sehingga menarik cairan
dari intrasel, umumnya
karena malabsorpsi
karbohidrat. Akumulasi
laktosa menyebabkan
tingginya tekanan osmotik
lumen.

Manifestasi Klinis

Feses cair dapat disertai lendir maupun darah

Tidak selalu disertai dengan demam (EHEC,


ETEC, Clostridium)

Keluhan lain umumnya mual, muntah, kram


dan nyeri perut

Manifestasi tambahan: adanya dehidrasi,


gangguan elektrolit, dll.

Diagnosis

Anamnesis

Lama, frekuensi, volume, konsistensi, ada tidaknya


darah/lendir pada feses

Bila terdapat mual/muntah: volume, frekuensi muntah

Frekuensi, volume buang air kecil

Ada tidaknya demam, batuk, atau gejala lainnya seperti


kejang, riwayat campak.

Riwayat nutrisi sebelum sakit

Tipe dan jumlah cairan serta makanan selama diare

Obat-obatan yang diminum

Riwayat imunisasi

Diagnosis

Pemeriksaan Fisis

Cek keadaan umum, kesadaran, tanda vital

Cek tanda dehidrasi:

Tanda utama: gelisah/rewel, lesu/letargi/koma, rasa


haus, turgor kulit abdomen menurun atau tidak

Tanda tambahan: ubun-ubun besar, kelopak mata, air


mata, mukosa bibir, mulut, dan lidah

Diagnosis

LIHAT :
- Keadaan
Umum
- Mata
- Haus

- Air mata
- Mulut/lidah

Sadar
*gelisah
atau
Normal
rewel
Minum
normal, Cekung
tidak
*Kehausan,minu
kehausan
m
dengan
Basah
semangat
Basah
Kering
Kering
RASAKAN :

Cubit pada kulit Kembali dengan


*Kembali dengan
abdomen
cepat
lambat
SIMPULKAN
Tanpa Dehidrasi
Jika terdapat 1
tanda * ditambah
1 atau lebih
tanda lain pada
gejala B maka
dehidrasi ringan
sedang
TERAPI
Rencana A
Rencana B

*Lesu atau tidak


sadar
Cekung
*Minum
sedikit
atau tidak bisa
minum
Sangat Kering
Sangat Kering

*Kembali sangat
lambat
Jika terdapat 1
tanda * ditambah
1 atau lebih
tanda lain pada
gejala C maka
dehidrasi sedang
berat
Rencana C

Diagnosis

Cek Permasalahan Lainnya

Apakah ada lendir/darah pada feses anak?

Apakah anak malnutrisi? Timbang berat badan dan buka


baju anak untuk dilakukan pemeriksaan pada bahu, lengan
atas, pinggul dan paha untuk melihat ada tidaknya muscle
wasting (marasmus) serta cek apakah ada edema atau
tidak.

Apakah anak batuk? Jika iya, cek kecepatan nafas dan lihat
apakah bernafas normal atau tidak, apakah dada pasien

Cek suhu badan, karena demam dapat menjadi pertanda


dehidrasi berat

Diagnosis

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan feses rutin

Makroskopis: konsistensi, warna, lendir, darah, bau

Mikroskopis: leukosit, eritrosit, parasit, bakteri

Kimia: pH, clinitest, elektrolit (Na, K, HCO3)

Pada dehidrasi berat: darah rutin, analisa gas darah,


elektrolit

Diagnosis Banding
Diagnosis
Akuta

Cholera
Dysentri

Diare dengan

Gejala
> 3x mencret/ hari
<14 hari
Tidak ada darah
Diare berlebihan dengan dehidrasi
berat
kultur vibrio cholerae (+)
Darah pada feses
Nyeri perut
Demam
Kejang
Letargi
Dehidrasi
Diare disertai malnutrisi berat

Tata Laksana Diare Akut Tanpa Darah

Tujuan dari tatalaksana:

Mencegah dehidrasi;

Melakukan tatalaksana untuk dehidrasi;

Mencegah kekurangan nutrisi

Mengurangi durasi dan keparahan diare,


serta kejadian diare berulang, dengan
memberi zinc

Rencana A
Prinsip 1: Beri anak cairan yang lebih dari biasanya untuk
mencegah dehidrasi

Pada perawatan diare di rumah, orangtua pasien harus


mendapatkan edukasi mengenai pemberian cairan tambahan,
pemberian suplemen zinc, meneruskan pemberian makan, dan
jika diare terjadi lagi berikan cairan tambahan sesuai dengan
kebutuhan anak. ASI eksklusif tetap diberikan dengan
menambahkan oral rehydration solution (ORS) atau air putih
sebagai tambahan ASI. Berikan cairan sebanyak banyaknya
sampai diare berhenti. Setiap sehabis diare berikan:

Anak < 2 tahun: 50-100 ml (1/4 gelas besar)

Anak 2 10 tahun: 100-200 ml ( gelas besar);

Anak yang lebih tua dan dewasa: sebanyak yang diinginkan.

Prinsip 2: Beri suplemen zinc (10 - 20 mg) untuk


anak setiap hari, 10 14 hari

Pemberian zinc dapat mengurangi resiko dehidrasi dan


durasi serta keparahan dari diare. Zinc dapat
menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide
Synthase), dimana ekskresi enzim ini meningkat selama
diare dan mengakibatkan hipersekresi epitel usus. Zinc
juga berperan dalam epitelisasi dinding usus yang
mengalami kerusakan selama diare. Dosis pemberian
zinc pada balita:

Umur < 6 bulan : 10 mg per hari (1/2 tablet) selama 10


hari

Umur > 6 bulan : 20 mg per hari (1 tablet) selama 10 hari

Prinsip 3: Lanjutkan pemberian makan ke anak,


untuk mencegah malnutrisi

Pemeberian makanan seperti biasa harus dilanjutkan


bahkan ditambahkan. Jika sedang diberi ASI, harus
selalu dilanjutkan. Bagi anak yang diberikan susu
formula juga diberikan lebih sering dari biasanya. Bagi
anak yang sudah mendapatkan makanan padat harus
diberikan makanan yang lebih mudah dicerna dengan
lebih sedikit dan lebih sering. Tujuannya adalah untuk
memberi nutrisi yang penting untuk pertumbuhan dan
perkembangan.

Prinsip 4: Pergi ke petugas kesehatan jika terdapat


tanda dehidrasi dan masalah lain

Pergi ke petugas kesehatan jika:

Frekuensi diare bertambah

Muntah terus menerus

Sangat haus

Kehilangan nafsu makan dan minum

Demam

Terdapat darah pada feses

Tidak membaik dalam 3 hari

Terapi B

Anak diberikan cairan oralit dan zinc. Jumlah oralit yang diberikan adalah
75mg/kgBB. Jika berat badan tidak diketahui, berikan sesuai dengan umurnya.

Usia
Berat
Badan
Cairan
Rehidra
si (mL)

<
4 4-11
bulan
bulan
< 5kg
5 - 7,9
kg
200-400 400-600

12-23
bulan
8 10,9
kg
600-800

2-4
5-14
>15
tahun
tahun
tahun
11
16
> 30 kg
15,9 kg
29,9 kg
800120022001200
2200
4000

Cara pemberian oralit :

Bayi, menggunakan dropper atau syringe tanpa jarum

Bagi anak < 2 tahun menggunakan 1 sendok teh setiap 1-2 menit;

Anak yang lebih tua dan orang tua meminum menggunakan gelas

Jika anak muntah, tunggu 5-10 menit, lalu diberi oralit lagi tetapi lebih perlahan (1
sendok tiap 2-3 menit).

Terapi C
Usia
< 12 bulan
12 bulan 5 tahun

Infus
RL
30
mL/kgBB dalam
1 jam
jam

Infus
RL
70
mL/kgBB dalam
5 jam
2 jam

Lakukan penilaian kembali dalam 1-2 jam, jika keadaan belum membaik
drip dipercepat. Berikan juga cairan per oral sebanyak 5 mL/kgBB/jam
ketika anak sudah mulai mau minum. Setelah terapi selesai, nilai ulang
status dehidrasi.

Bila tidak ada akses intravena, rujuk ke fasilitas lain yang dapat dicapai
dalam waktu 30 menit

Bila tidak bisa dirujuk, berikan cairan melalui pipa nasogastrik sebanyak 20
mL/kgBB/jam selama 6 jam dengan total pemberian 120 mL/kgBB

Bila pemasangan pipa nasogastrik tidak memungkinkan, berikan cairan


secara oral sebanyak 20 mL/kgBB/jam selama 6 jam dengan total
pemberian 120 mL/kgBB

Tatalaksana Diare Curiga


Kolera

Diberikan oral antimicrobial untuk melawan Vibrio


cholera. Dosis pertama diberikan segera setelah
muntah berhenti.

Penyebab
Kolera

Antibiotik
Tetrasiklin 50 mg/kgBB/hari
dibagi dalam 4 dosis selama
3 hari

Alternatif
Eritromisin 50 mg/kgBB/hari
dibagi dalam 4 dosis selama 3
hari

Tatalaksana Diare Berdarah (Disentri)

Pada pasien gizi baik dengan diare cair dan berdarah, berikan
antibiotik untuk mengatasi Shigella (Siprofloksasin, kotrimoksazol,
atau tiamfenikol) kemudian lihat kembali keadaan pasien setelah 2
hari. Jika keadaan membaik, lanjutkan pengobatan hingga total 5
hari

Jika keadaan tidak membaik disertai dengan faktor risiko sebagai


berikut: usia kurang dari 1 tahun, riwayat campak dalam 6 minggu
terakhir, atau ada dehidrasi sejak awal, maka rujuk ke rumah sakit

Bila tidak ada faktor risiko, ganti antibiotik ke lini kedua. Cek
keadaan pasien setelah 2 hari. Jika keadaan membaik, lanjutkan
pengobatan hinggal total 5 hari

Jika keadaan tidak membaik, rujuk ke rumah sakit atau obati


sebagai amebiasis

Pencegahan

ASI

Meningkatkan Pemberian Makan

Penggunaan Air Bersih

Mencuci Tangan

Makanan yang Bersih

Memiliki Sistem Pembuangan Air yang Tepat

Anda mungkin juga menyukai