IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. A
No. RM
: 01064033
Tempat/tanggal lahir : Jakarta, 17
agustus 1945
Usia
: 71 tahun
Status Pernikahan
: Menikah
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Karyawan Swasta
Alamat
: Jl. Munggang,
Anamnesis
(autoanamnesis &
alloanamnesis)
Pemeriksaan Fisik
(28 Oktober 2016)
Pemeriksaan Fisik
(28 Oktober 2016)
Pemeriksaan Fisik
(28 Oktober 2016)
Pemeriksaan Fisik
(28 Oktober 2016)
Ekstremit
as: Luka
siku
Ekstremit
as: Luka
siku
UMUM :
Penurunan
kesadaran (+)
Kebingungan
(+)
Tidak fokus (+)
Demam (+)
lemas( (+)
Foto Klinis
PEMERIKSAAN PENUNJANG
28 OKTOBER 2016
Hematologi
Hasil
Nilai Normal
Leukosit
19.7 ribu/L
3.8 10.6
Eritrosit
4.3 juta/L
4.4 5.9
Hemoglobin
12.4 g/dL
13.2 17.3
Hematokrit
38 %
40 52
Trombosit
175 ribu/L
150 440
LED
27 mm/jam
0 30
MCV
87.1 fL
80 100
MCH
28.7 pg
26 34
MCHC
33.0 g/dL
32 36
RDW
11.5 %
< 14
Basofil
1%
0 -1
Eosinofil
1%
24
Netrofil batang
2%
35
Netrofil segmen
84 %
50 70
Limfosit
7%
25 40
Monosit
5%
28
3.5 g/dL
3.2 4.6
KIMIA KLINIK
HATI
Albumin
METABOLISME KH
Glukosa darah CITO
157 mg/dL
< 110
Ureum
49 mg/dL
17 49
Kreatinin
2.33 mg/dL
< 1.2
Natrium
138 mmol/L
135 155
Kalium
4.4 mmol/L
3.6 5.5
Klorida
104 mmol/L
98 109
GINJAL
ELEKTROLIT
Ringkasan
Seorang laki-laki, 71 tahun, datang ke IGD dengan
keluhan penurunan kesadaran sejak 1 hari SMRS.
Pasien tidak mengenal dirinya, maupun orang-orang di
sekitarnya, juga tidak mengetahui dimana ia berada
dan apa yang sedang dikerjakannya, serta tampak
kebingungan. Pasien juga merasa lemas pada seluruh
tubuh dan pusing tidak berputar. Terdapat demam
yang naik turun sejak 1 hari SMRS, tidak disertai
menggigil, dan keringat malam. Pasien memiliki luka
pada kedua siku tangannya, terasa nyeri, terutama
saat digerakkan. Mual (+), tanpa disertai muntah.
Riwayat hipertensi tidak terkontrol, DM terkontrol, dan
stroke pada tahun 2015. Pemeriksaan fisik: tekanan
darah 160/90 mmHg, nadi 92 x/menit, pernapasan 28
x/menit, suhu 38,3oC. Luka pada siku kanan dan kiri
yang terasa nyeri.
Permeriksaan lab: peningkatan leukosit (19,7
DAFTAR MASALAH
1.
2.
3.
ACS
Anamnesis :
Penurunan kesadaran
sejak 1 hari SMRS.
Disorientasi personal
dan lingkungan (+).
kebingungan (+), dan
kurang dapat
memusatkan perhatian
(+). Memiliki faktor
predisposisi : usia >60
tahun, riwayat stroke
(+)
Pem. Fisik:
Kesadaran apatis
(GCS: E3V5M5)
Rencana Terapi:
Rawat inap
Observasi keadaan umum & tanda
vital
Evaluasi status neurologis
Dosis terendah haloperidol 0,5-1 mg
PO 2x/hari /neuroleptik lain (jk perlu)
Rencana Edukasi:
Meminimalisir penggunaan obatobat psikoaktif
Cegah imobilisasi
Sediakan kondisi perawatan yang
tenang, pencahayaan rendah pada
malam hari
DM TIPE II
Anamnesis :
OS memiliki riwayat
DM, dan rutin
mengonsumsi obat
metformin 500 mg
3x sehari
Pemeriksaan gula
darah: 157 mg/dl
dan pada
pemeriksaan
berulang, GDS tetap
(>110 mg/dl)
Rencana Diagnostik:
Pemeriksaan GDP
Pemeriksaan HbA1c
Rencana Terapi:
Non-Medikamentosa
Edukasi
Terapi nutrisi medis
Aktivitas fisik
Evaluasi gula darah
per hari
Medikamentosa
Metformin 500 mg
3x sehari
Penurunan kesadaran (+), lemas (+), demam (+), mual (+), pusing (+) tidak
berputar. Luka pada kedua siku tangan (+), nyeri (+)
Lab :
Hb : 12.4 g/dL
Ht : 38 %
Leukosit : 19.7 ribu/uL
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
1. GDS / hari
2. GV / hari
3. Konsul bedah
Kesadaran sudah membaik, pembicaraan sudah mulai 2 arah (+). Siku kanan dan
kiri masih nyeri (+)
KU : Compos mentis, tampak sakit sedang Mata
: CA -/- SI -/TD : 160/80 mmHg
HR : 72 kali/menit
A
P
Thoraks
RR : 20 kali/menit
S : 37,5 0C
Lab :
luka pada siku kanan dan kanan (+), dibalut perban (+),
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
1. GDSM/ hari
2. Cek ureum, creatinin
Mata
Thoraks
1. GDSM/ hari
2. GV/ 2 hari
3. Cek darah rutin
Lemas (+), sulit BAB 4 hari (+), nafsu makan baik, nyeri pada luka siku kanan dan kiri (+)
Mata
Thoraks
Lemas (+) nafsu makan menurun, nyeri pada luka siku kanan (+)
Mata
Thoraks
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Acute confusional state, atau yang
biasa disebut delirium, merupakan
suatu kondisi akut penurunan
perhatian dan disfungsi kognitif
Epidemiologi
Prevalensi delirium secara keseluruhan
pada komunitas hanya berkisar 1-2%,
namun prevalensi meningkat seiring
bertambahnya umur, hingga 14% pada
pasien berusia 85 tahun atau lebih
Di Indonesia, prevalensi delirium di
ruang rawat akut geriatri RSCM adalah
23% (tahun 2004), sedangkan
insidensnya mencapai 17% pada
pasien rawat inap
Patofisiologi
Diagnosis
Penatalaksanaan
Non medikamentosa
Reorientasi dan intervensi tingkah laku
Gangguan sensorik (kehilangan penglihatan
dan pendengaran) kacamata dan alat bantu
dengar.
Imobilisasi harus dicegah
Intervensi lain menyediakan kondisi
perawatan pasien yang tenang, dengan
pencahayaan rendah pada malam hari.
Meminimalisir penggunaan obat-obat psikoaktif
Penatalaksanaan
Medikamentosa
Biasanya diberikan pada pasien delirium
yang sesuai indikasi atau diperlukan
untuk mencegah pengobatan medis
lanjutan (pada delirium hiperaktif).
Haloperidol obat pilihan untuk
pengobatan agitasi akut. Namun
memiliki efek samping ekstrapiramidal
Antipsikotik atipikal (risperidon,
olanzapine, dan quetiapine)
Prognosis
Berbagai studi hampir setengah pasien
delirium keluar dari kondisi rawatan akut RS
dengan gejala persisten dan 20-40% di
antaranya masih mengalami delirium hingga
12 bulan prognosis jangka panjang lebih
buruk
Risiko
kematian
lebih
tinggi
jika
komorbiditasnya tinggi, penyakitnya lebih
berat, & jenis kelamin laki-laki. Episode juga
lebih
panjang
pada
kelompok
pasien
demensia.