KONSEP KEKUASAAN
Kekuasaan (Power) : kemampuan untuk mempengaruhi,
menggerakan seseorang atau kelompok sesuai dengan kepentingan
dan tujuan sang pemilik kekuasaan.
Kekuasaan Politik : kemampuan untuk mempengaruhi kebijakan
umum (pemerintahan) baik terbentuknya maupun akibat-akibatnya
sesuai dengan tujuan tujuan pemegang kekuasaan itu sendiri.
Robert M. MacIver : kemampuan untuk mengendalikan tingkah
laku orang lain, baik secara langsung dengan jalan memberi
perintah, maupun tidak langsung dengan menggunakan segala
sarana dan cara yang tersedia.
Hubungan kekuasaan; selalu terdapat pihak yang memberikan
perintah (the ruler) dan pihak yang menerima perintah (the ruled).
Esensi kekuasaan adalah hak mengadakan sanksi yang
diselenggarakan melalui kekerasan, koersi maupun persuasi.
Kekuasaan meliputi :
scope of power (cakupan) : menunjuk pada kegiatan,
perilaku, serta sikap dan keputusan yang menjadi objek
dari kekuasaan.
domain of power (wilayah) : menunjuk pada objek yang
dikuasai, baik individu atau kelompok.
Sumber kekuasaan :
1.Instrumen kekerasan/represif
2.Sumber daya ekonomi/capital
3.Hukum
4.Politik
5.Ilmu pengetahuan
6. dll
LAPISAN KEKUASAAN
Menurut MacIver ada tiga pola umum sistem lapisan kekuasaan atau
piramida kekuasaan :
1. Tipe kasta : adalah sistem lapisan kekuasaan dengan garis pemisah
yang tegas dan kaku. Biasanya dijumpai pada masyarakat
berkasta, dimana hampir hampir tidak terjadi gerak sosial
vertikal.
2. Tipe Oligarkis; masih mempunyai garis pemisah yang tegas. Akan
tetapi dasar pembedaan kelas kelas sosial ditentukan oleh
kebudayaan masyarakat, terutama pada kesempatan yang diberikan
kepada warga negara untuk memperoleh kekuasaan tertentu.
Kesempatan untuk melakukan mobilitas vertikal masih terbuka.
3. Tipe demokratis; menunjukan kenyataan akan adanya garis
pemisah antara lapisan sosial yang sifatnya sangat dinamis dan
dapat berubah ubah.
WEWENANG
Wewenang (authority) adalah kekuasaan yang dilembagakan (Robert Bierstadt).
Legitimasi menyangkut pengakuan terhadap penerapan kewenangan.
Bentuk wewenang (Max Weber, 1864-1922):
1. Kharismatis : berdasarkan pada kemampuan khusus dan citra diri yang
diperoleh karena keturunan, wahyu, anugerah Tuhan yang melekat, diatur oleh
kaidah-kaidah tradisional dan cenderung irasional.
2. Tradisional : dimiliki karena seseorang atau kelompok tadi mempunyai
kekuasaan dan wewenang yang telah melembaga dan bahkan menjiwai
masyarakat. Ciri-ciri utamanya adalah adanya ketentuan tradisional yang
mengikat penguasa yang memiliki wewenang, serta orang-orang lainnya
dalam masyarakat..
3. Legal-rasional; bersifat legal karena bersandar pada sistem hukum positif
yang berlaku dalam masyarakat. Wewenang ini biasanya dimiliki oleh
pemimpin pemimpin atau penguasa formal.
Cakupan wewenang
Wewenang resmi dan tidak resmi; wewenang resmi
sifatnya sistematis, diperhitungkan dan rasional.
Wewenang tidak resmi biasanya timbul dalam hubungan
hubungan antar pribadi yang sifatnya situasional.
Wewenang pribadi dan teritorial;
wewenang pribadi
berisfat konsentris, terpusat dan terpancarkan dari pusat
pribadi yang berkuasa. Wewenang teritorial, wilayah
tempat tinggal memegang peranan yang vital.
Wewenang terbatas dan menyeluruh; wewenang terbatas
hanya pada lingkup tertentu dan dibatasi, sebaliknya
adalah menyeluruh.
KONSEP NEGARA
KEDAULATAN NEGARA
Pengertian kedaulatan tersebut dalam sejarah ilmu politik
pertama kali dilontarkan oleh Bodin (1530-1596) dalam bukunya
Six Lives de la Republique. Dalam teorinya Bodin menyatakan
bahwa kedaulatan adalah satu hal yang esensial dalam sebuah
negara, dan bahwa pemegang kekuasaan yang sah dalam negara
sajalah raja. Kekuasaan raja hanya bisa di batasi oleh hukum
Tuhan dan hukum alam.
Negara merupakan lembaga yang secara definitif memastikan
aturan aturan kelakuan dalam wilayahnya, terungkap dalam
istilah kedaulatan. (Frans Magnis Suseno, Etika Politik; Prinsip
Prinsip Moral Dasar Kenegaraan Modern, Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta, 2001)
Bentuk Negara