Anda di halaman 1dari 28

Laporan Kasus

DEMAM TIFOID

Oleh : dr. Ruth Mercylia

Pendamping : dr. Elsye Souvriyanti, Sp. A
ANAMNESA
Demam sejak 3 hari yang lalu, demam naik
turun terutama pada sore menjelang malam
hari
Mual dan muntah, sudah muntah 3x sejak 1
hari SMRS
Nyeri kepala (+)
Nyeri perut (+)
BAB cair sejak 1 hari SMRS, saat ini baru BAB
cair 1x, ampas (+), lendir (-), darah (-)
Pilek (+), batuk (-).
Riwayat Pengobatan :
Pasien belum berobat sebelumnya.
Riwayat Kesehatan/Penyakit :
Alergi (-), Diare (+), kejang (-), asma
(-) alergi (-), campak (-), flek paru (-)
Riwayat Keluarga : Tidak ada
keluarga yang mengalami hal yang
sama
Kondisi lingkungan sosial dan
fisik (rumah, lingkungan,
pekerjaan) : Tidak ada yang
bermakna
RIWAYAT KEHAMILAN DAN
KELAHIRAN
Perawatan antenatal:
Anak kedua dari ibu P2A0. Rutin kontrol
ke bidan. Tidak ada penyakti selama
kehamilan
Kelahiran
Lahir di bidan, ditolong oleh bidan, masa
gestasi 38 minggu keadaan bayi saat
dilahirkan dalam kondisi baik
RIWAYAT PERKEMBANGAN

Psikomotor
Tengkurap : sudah bisa, tidak ingat sejak
kapan
Duduk : sudah bisa, tidak ingat sejak
kapan
Berdiri : sudah bisa, tidak ingat sejak
kapan
Berjalan : sudah bisa, tidak ingat sejak
kapan
RIWAYAT IMUNISASI
Imunisasi dasar Umur
Hepatitis B 0 0 bulan
BCG, Polio 1 1 bulan
DPT/HiB 1, Polio 2 2 bulan
DPT/HiB 2, Polio 3 3 bulan
DPT/HiB 3, Polio 4 4 bulan
Campak 9 bulan
PEMERIKSAAN FISIK
KU : tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
BB : 23 kg
Tekanan darah : tidak diperiksa
Nadi : 96 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 39,50C
SpO2 tidak diperiksa
Mata : Conjunctiva tidak anemis, Sclera tidak
ikterik, mata tidak cekung
Hidung : epistaksis (-)
Leher : KGB tidak dapat teraba
Thoraks : Cor : BJ I-II nomal regular, murmur (-),
gallop (-)
Pulmo : Suara napas vesikular (+/+), ronki (-/-),
wheezing (-/-)
Abdomen : datar, simetris, BU (+) normal 15
x/menit, supel, nyeri tekan (+) pada epigastrium,
timpani di seluruh kuadran abdomen, shifting
dullness (-)
Ekstremitas : edema (-/-), akral dingin (-/-)
Kulit : petechiae (-)
PEMERIKSAAN LAB
Hb 12,1 g/dL
Ht 36,6%
Lekosit 15.400/uL
Trombosit 308.000/uL
Serologi Widal :
S. typhi O +1/160
S. paratyphi AO, BO dan CO negatif.
17 Januari 2017
Subyektif :
Assessment :
Pasien datang dengan keluhan
Demam tifoid
demam sejak 3 hari yang lalu,
demam naik turun terutama pada
sore menjelang malam hari. Pasien Plan :
juga mengeluh mual dan muntah, Proris supp 1 supp (187,5
sudah muntah 3x sejak 1 hari SMRS. mg)
Nyeri kepala (+), nyeri perut (+), BAB IVFD RL + dexamethasone 1
cair sejak 1 hari SMRS. Pilek (+). ampul
Ceftriaxone injeksi 1x1g drip
Objektif : dalam NaCl 100cc (IV)
Pada pemeriksaan fisik didapatkan : Paracetamol syrup 3x2 Cth
Hiperpireksia dengan suhu 39,5 oC (PO)
Nyeri tekan (+) pada epigastrium Ranitidine 2x25mg (IV)
Leukositosis, Hb di bawah batas Ondansetron 2x2mg (IV)
normal dan serologi Widal S typhi O Zinc 1x1 tab (PO)
+1/160 Fuzide 2x1 k/p (PO)
18 Januari 2017
Subyektif :
Demam (+), pilek dan hidung buntu (+), Assessment :
BAB cair (-) Demam tifoid, rhinitis

Objektif : Plan :
KU : Tampak sakit sedang, compos mentis
Lanjutkan terapi :
Suhu : 39,0 derajat celcius, Nadi :
IVFD RL + dexa 1 ampul,
116x/menit, RR : 20x/menit 16 gtt/jam
Mata : conjunctiva anemis (-/-), mata Ceftriaxone injeksi 1x1g
cekung (-/-) drip dalam NaCl 100cc (IV)
Hidung : pada cavum nasi dextra et Paracetamol syrup 3x2
sinistra tampak concha inferior hipertrofi, Cth (PO)
hiperemis (+) dan cairan serosa (+) Ranitidine 2x25mg (IV)
Cor : S1 & S2 reguler Ondansetron 2x2mg (IV)
Pulmo : bunyi napas vesikuler, ronki (-/-), Zinc 1x1 tab (PO)
wheezing (-/-) Fuzide 2x1 k/p (PO)
Abdomen : Bising usus (+) frekuensi Rhinofed 2x1Cth
14x/menit, nyeri tekan (+) pada
(Pseudoephedrine 15 mg
epigastrium
dan terfenadine 20 mg)
Ekstremitas : akral hangat
19 Januari 2017
Subyektif :
Demam (-), pilek dan hidung buntu (+) Assessment :
sudah berkurang, mencret (-) Demam tifoid, rhinitis

Objektif :
Plan :
KU : Tampak sakit sedang, compos mentis
Stop Ondansetron
Suhu : 37 ,0 derajat celcius, Nadi :
108x/menit, RR : 18x/menit Lanjutkan terapi
Mata : conjunctiva anemis (-/-), mata lainnya :
cekung (-/-) Ceftriaxone injeksi 1x1g
Hidung : pada cavum nasi dextra et drip dalam NaCl 100cc
(IV)
sinistra tampak cairan serosa (+)
Paracetamol syrup 3x2
Cor : S1 & S2 reguler
Cth (PO)
Pulmo : bunyi napas vesikuler, ronki (-/-),
Ranitidine 2x25mg (IV)
wheezing (-/-)
Zinc 1x1 tab (PO)
Abdomen : Bising usus (+) frekuensi
Fuzide 2x1 k/p (PO)
8x/menit, nyeri tekan (+) pada
Rhinofed 2x1Cth
epigastrium
Ekstremitas : akral hangat
20 Januari 2017
Subyektif :
Demam (-), pilek sudah berkurang, mencret (-), Assessment :
keluhan lainnya (-) Demam tifoid +
diare akut ec
Objektif : bacterial
KU : Tampak sakit sedang, compos mentis infection +
Suhu : 36,6 derajat celcius, Nadi : 12x/menit, rhinitis dalam
RR : 18x/menit
perbaikan
Mata : conjunctiva anemis (-/-), mata cekung (-/-)
Hidung : pada cavum nasi dextra et sinistra
sekret (-) Plan :
Cor : S1 & S2 reguler Boleh pulang
Pulmo : napas vesikuler, ronki (-/-), wheeze (-/-) Cefixime syrup
Abdomen : BU (+) frekuensi dbn, nyeri tekan (-) 2x1 Cth
Ekstremitas : akral hangat Pct syrup 3x2
Cth
TINJAUAN PUSTAKA
Patofisiologi
Disebabkan Salmonella typhii dan Salmonella
paratyphii makanan terkontaminasi
Dimusnahkan dalam lambung, sebagian lolos
masuk usus dan berkembang biak
menembus sel epitel dan ke lamina propia
difagositosis makrofag dibawa ke plak
Peyeri ileum distal dan KGB mesenterika
Pada plak Peyeri reaksi hiperplasia
jaringan, dan dapat mengakibatkan erosi
pembuluh darah
Patofisiologi
Bakteremia pertama (asimptomatik)
saat penyebaran ke RES
Dalam hati dan limpa bakteri
berkembang biak di luar fagosit dan
kemudian masuk ke dalam sirkulasi
darah (bakteremia kedua) yang
menyebabkan tanda dan gejala
penyakit sistemik.
Epidemiologi
Prevalensi demam tifoid paling tinggi
pada rentang usia 3-19 tahun,
sebanyak 91%, dan kejadian
meningkat pada usia di atas 5 tahun.
Usia pasien kasus adalah 6 tahun
Tanda dan gejala
Pada minggu pertama, serupa
dengan penyakit infeksi akut Sifat demam yang
lainnya : dialami pasien pada
Demam kasus merupakan
Nyeri kepala jenis demam yang
Pusing
sesuai dengan sifat
Nyeri otot

demam pada
Anoreksia
Mual penyakit demam
Muntah tifoid (meningkat
Obstipasi atau diare perlahan-lahan
Perasaan tidak enak di perut terutama pada sore
Batuk hingga malam hari)
Epistaksis
Tanda dan gejala
Demam pada minggu kedua tidak lagi naik turun,
melainkan tinggi terus menerus.
Pasien kasus masih dalam minggu pertama dari penyakit
Minggu kedua : bradikardia relatif (peningkatan suhu
1oC yang tidak diikuti denyut nadi 8 kali per menit),
lidah kotor (lidah kotor di tengah, tepi dan ujung yang
merah dan disertai tremor), hepatomegali,
splenomegali, meteorismus, gangguan mental.
Pada anak, kadang ditemukan delirium, malaise,
letargi, anoreksia, nyeri kepala, nyeri perut, diare
atau konstipasi, muntah dan perut kembung. Kasus
berat dapat ditemukan penurunan kesadaran, kejang
dan ikterus.
Tanda dan gejala
Pada pemeriksaan fisik kasus, hasil yang
bermakna hanya suhu 39,5oC dan nyeri
tekan pada regio epigastrium
Menurut Pedoman Pelayanan Medis IDAI
minggu pertama sakit, demam tifoid sulit
dibedakan dengan penyakit demam lainnya.
Dianjurkan untuk melakukan biakan kuman
untuk menegakkan diagnosis pada minggu
pertama tidak dilakukan pada kasus ini
Pemeriksaan penunjang
Menurut Pedoman Pelayanan Medis IgM dan IgG (Typhi-dot)
IDAI : Biakan darah Salmonella
Anemia, akibat supresi sumsum yang positif pada
tulang, defisiensi zat besi atau minggu 1-2 penyakit
perdarahan usus
Biakan sumsum tulang
Leukopenia, jarang dibawah 3000/L
positif hingga minggu
ditemukan leukositosis
ke-4 penyakit
Limfositosis relatif
Foto thorax dapat
Trombositopenia, terutama pada
demam tifoid yang berat
menunjukkan komplikasi
pneumonia
Serologi Widal dengan kenaikan titer
S. typhi di atas 1:200 atau kenaikan Foto abdomen dapat
4x titer fase akut ke fase menunjukkan tanda-
konvalesens titer Widal 1:160, tanda perforasi intestinal
pasien belum dilakukan atau perdarahan saluran
pemeriksaan titer fase konvalesens cerna
Pemeriksaan penunjang
Pada pasien kasus :
Leukositosis (15,400/L)
Widal titer O yang positif (+1/160), namun di bawah
ambang yang bermakna yaitu 1:200
Temuan ini belum dapat menegakkan diagnosis
demam tifoid dan kemungkinan pembentukan
aglutinin terjadi pada akhir minggu pertama demam
(Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam)
Aglutinin O dapat menetap hingga 4-6 bulan pasca
infeksi dan aglutinin H menetap 9-12 bulan,
sehingga pemantauan kesembuhan penyakit tidak
dilakukan dengan pemeriksaan Widal
Indikasi rawat
Indikasi rawat pada kasus demam
tifoid adalah kasus demam tifoid
berat
Demam tifoid yang ringan dapat
dirawat di rumah :
Tirah baring
Isolasi memadai
Memenuhi kebutuhan cairan dan kalori
Tatalaksana
Antibiotik secara empiris (Pedoman Pelayanan Medis) :
Chloramphenicol (sebagai drug of choice) dengan
dosis 50-100 mg/kgBB/hari per oral atau IV, dibagi
dalam 4 dosis dan diberikan selama 10-14 hari
Amoxicillin (100 mg/kgBB/hari per oral atau IV,
selama 10 hari
Cotrimoxazole 6 mg/kgBB/hari, per oral selama 10
hari
Ceftriaxone 80 mg/kgBB/hari, IV atau IM selama
5 hari
Cefixime 10 mg/kgBB/hari, PO, dibagi dalam 2 dosis
selama 10 hari
Tatalaksana
Pada kasus ini antibiotik yang dipilih adalah
Ceftriaxone intravena dengan dosis 1g per hari
yang diberikan dalam 100 cc NaCl 0.9%
Pedoman Pelayanan Medis IDAI, dosis yang dianjurkan
pada pasien ini (berat badan 23 kg) adalah 1,840g per
harinya
Kortikosteroid (seperti Dexamethasone 1-3
mg/kgBB/hari IV dibagi 3 dosis) diberikan pada
kasus demam tifoid dengan gangguan kesadaran
Pasien kasus mendapatkan dexamethasone meski
tidak ditemukan gangguan kesadaran.
Tatalaksana
Selain antibiotik, pasien kasus juga
mendapat obat antipiretik
(paracetamol), H2 blocker
(ranitidine), antiemetik
(ondansetron), Zinc dan Fuzide,
sesuai dengan gejala konstitusional
yang dikeluhkan pasien
Pada perawatan hari kedua, pasien
juga mendapatkan obat Rhinos Jr
syrup untuk keluhan pilek yang
Pemantauan
Suhu pada pasien demam tifoid perlu dipantau, apabila
pada hari ke-4 dan 5 setelah pengobatan demam tidak
reda reevaluasi adanya komplikasi, sumber infeksi
lain, resistensi S. typhi terhadap antibiotik atau
kemungkinan salah diagnosis
Indikasi pemulangan :
Bebas demam selama 24 jam tanpa antipiretik
Nafsu makan yang membaik
Perbaikan klinis dan tidak ada komplikasi
Pasien kasus dipulangkan setelah 3 hari perawatan
yang disertai perbaikan klinis, dan diberi obat berupa
Cefixime syrup 2x1 Cth dan syrup paracetamol 3x2Cth.

Anda mungkin juga menyukai