Anda di halaman 1dari 129

Pemicu 3

ETIKA & FORENSIK


Claudia Susanto
405110162
PEMERIKSAAN TERHADAP
KORBAN MATI
Sumbangan Ilmu Kedokteran Forensik
dlm bentuk Visum et Repertum, adalah:
Menentukan secara pasti kematian korban
Memperkirakan saat kematian
Menentukan identitas
Menentukan sebab kematian
Menentukan cara kematian /
memperkirakan cara kematian korban
Menetukan cara terjadinya perlukaan
1. Menentukan secara pasti
kematian korban
Tanda-tanda kehidupan:
Pergerakan pernafasan (dilihat pada perut
bagian atas tepat di daerah epigastrium)
Terabanya denyut nadi (daerah leher &
pergelangan tangan)
Reflek (reflek pupil)

Jika pada korban terdapat tanda-tanda


kehidupan memberi pertolongan
pertama & mengirim ke RS
Tanda-tanda kematian yang penting:
Terhentinya denyut jantung
Terhentinya pergerakan pernafasan
Kulit terlihat pucat
Melemasnya otot-otot tubuh
Terhentinya aktivitas otak
Perubahan lanjut yang terjadi pada
mayat :
Penurunan suhu tubuh mayat
Lebam mayat
Kaku mayat
Pembusukan
Adipocere dan mummifikasi (jarang)
2. Memperkirakan saat
Kematian
Dapat diketahui dari:
Informasi para saksi (manusia dgn
segala keterbatasannya)
Petunjuk-petunjuk yang ada di TKP
Pemeriksaan mayat
Pemeriksaan Mayat
Penurunan Suhu Mayat
(Algor Motis)
Pada seseorang yg mati suhu tubuh akan
menurun sampai sesuai dgn suhu
disekitarnya
Rumus perkiraan saat kematian berdasarkan
penurunan suhu:
98,6 F suhu = saat kematian
1,5

Pengukuran dgn termometer air raksa :


Dimasukkan ke dalam rektum sedalam 10cm
Baru dibaca setelah 3 menit kemudian
Faktor Lingkungan
Semakin besar perbedaan antara suhu tubuh
dgn suhu lingkungan semakin cepat tubuh
kehilangan panas

Suhu tubuh sebelum kematian


Kematian karena perdarahan otak, kerusakan
jaringan otak, penjeratan & infeksi didahului
dgn peningkatan suhu .
Keadaan ini akan mempengaruhi penafsiran
perkiraan saat kematian

Keadaan tubuh & pakaian yg menutupinya


Lemak tubuh, tebalnya otot serta tebalnya
pakaian saat kematian akan mempengaruhi
kecepatan penurunan suhu tubuh
Lebam Mayat (Livor
Mortis)
Terhentinya peredaran darah pada mayat
darah berkumpul mencari tempat yg
paling rendah kulit menjad merah ungu
(livide)
Tampak sekitar 30 menit post mortal,
maksimal tercapai pada 8-12 jam post
mortal
Penekanan pada daerah lebam setelah 8
jam tidak akan menyebabkan hilangnya
lebam mayat
Kaku Mayat (Rigor
Mortis)
Adanya Perubahan enzimatik, metabolisme dan
kimiawi pada otot-otot seluruh tubuh (otot
polos dan lurik)
Terdapat sekitar 2 jam post mortal, maksimal
setelah 10-12 jam post mortal, menetap
selama 24 jam
Setelah 24 jam kaku mayat mulai menghilang
sesuai menurut urutan terdapatnya kaku mayat
(lihat mulai dr rahang, leher,lengan, tungkai)
Bukan Kaku Mayat dalam Rigor Mortis
Cadaveric Kekakuan mayat yg terjadi segera setelah
spasm seseorang mati
Tidak melalui fase relaksasi/pelemasan otot
seperti rigor motis
Terjadi jika ada ketegangan / stress emosional
intravitalitas
Kasus tenggelam dimana tangan korban tampak
menggengggam erat sebatang dahan
Kasus bunuh diri dimana pada tangan korban
masih tergenggam dgn erat pisau yg dipakai
untuk bunuh diri

Heat stiffening, Kekauan yg terjadi pada orang yg mati terbakar


Pugelistic at Seperti sikap seorang petinju
titude Akibat terjadinya koagulasi / penggumpalan
protein
Pada mayat yg telah membusuk lanjut juga
ditemukan hal serupa karena penggumpalan gas
pembusukan pada daerah persendian

Cold stiffening, Pada mayat yg terbaring di tempat yg suhunya


Pembusukan
Berbeda-beda kecepatan terjadinya tergantung
pelbagai faktor (lingkungan)
Dimulai sekitar 48 jam setelah seseorang mati
Dikenali dgn :
Warna hijau-kemerah-merahan di dinding perut kanan
bawah
Terbentuk gelembung berisi cairan merah kehitaman
Pembengkakan seluruh tubuh
Tubuh menggembung
Lidah keluar, Bibir membengkak & mencucur
Bola mata menonjol keluar
Kulit ari mengelupas
Pada keadaan lanjut:
Gas pembusukan dalam tubuh pecahnya dinding perut
Hancurnya bagian tubuh yg lunak tinggal kerangka saja
Pemeriksaan Isi Lambung
Waktu pengosongan lambung : 4-6 jam
Bila pada lambung korban masih
didapatkan sisa makanan yg belum
tercerna dapat diperkirakan kematian
korban terjadi dlm waktu < 4-6 jam
setelah makan terakhir
3. Menentukan Identitas
Visual (memperlihatkan wajah korban kepada
keluarga)
Dokumen (KTP, SIM, Paspor, kartu pelajar)
Perhiasan
Pakaian
Medis
Tanda medis umum : jenis kelamin, perkiraan
umur, tinggi & berat badan, warna rambut &
mata
Tanda khusus: cacat fisik, bekas operasi, tumor,
tatto
Gigi
Tidak ada kesamaan pada setiap manusia
Khususnya jika keadaan mayat telah busuk
Perkiraan umur, kebiasaan/pekerjaan,
golongan suku

Sidik jari
Setiap orang berbeda identitas pasti
Keterbatasan: cepat rusak /membusuknya
tubuh
Dapat dilakukan jika orang tersebut
sebelumnya sudah diambil sidik jarinya
Serologi
Menentukan golongan darah (darah, air mani,
cairan tubuh lain)
Pemeriksaan ini penting pada kasus pembunuhan,
kejahatan seksual, kasus tabrak lari, serta
penculikan bayi

Eksklusi
Dipakai pada kasus kecelakaan massal .contoh :
kecelakaan pesawat terbang
Untuk kecelakaan korban banyak u/ identifikasi
perlu 2 kriteria yg dipenuhi :
1.Identifikasi primer : dari pakaian
2.Identifikasi konfirmatif : dari medis
4. Menentukan Sebab
Kematian
Mutlak harus dilakukan pembedahan mayat
(otopsi)
Dengan atau tanpa pemeriksaan tambahan:
Pemeriksaan mikroskopis, toksikologis,
bakterioogis, dll (tergantung kasus)

Sebab VS mekanisme kematian


Sebab kematian ditekankan pada alat /
sarana yg dipakai untuk mematikan korban
Mekanisme kematian : bagaimana korban mati
(perdarahan, hancurnya jar.otak, refleks vagal)
Perkiraan sebab kematian
Dari pengamatan teliti kelainan-kelainan
yang dilihat & ditemukan pada
pemeriksaan luar
Menilai sifat luka, lokasi serta derajat berat
ringannya kerusakan korban

Contoh sebab kematian


Tusukan benda tajam
Tembakan senjata api
Pencekikan
Keracunan morfin
Tenggelam
Terbakar
Kekerasan benda tumpul
5. Menentukan Cara
Kematian Korban
Hasil yang baik bila dokter diikutsertakan
pada pemeriksaan TKP, yg dilanjutkan
dengan pemeriksaan mayat oleh dokter yg
bersangkutan.

Cara kematian :
Wajar (natural death)
Kematian karena penyakit
Tidak wajar (unnatural death)
Kecelakaan, bunuh diri, pembunuh
Tidak dapat ditentukan (undetermined)
Keadaan mayat telah rusak / busuk sekali luka atau
penyakit tidak dapat dilihat lagi
6. Menentukan Terjadinya
Perlukaan
Penentuan apakah luka yg terdapat pada
korban itu didapat sewaktu hidup (antemortem)
atau sesudah korban mati (postmortem)
Perlu pada kasus spt: korban dibunuh kemudian
diletakkan di rel kreta api agar didapat kesan
korban bunuh diri.

Dasar penentuan waktu : adanya reaksi


jaringan yg terjadi bila seseorang mendapat
luka sewaktu masih hidup pemeriksaan
histologik & histokimia
Pemeriksaan Histologik
Baru memberi hasil bila korban dapat tetap
hidup 4 jam atau lebih
Mikroskopis : infiltrasi sel-sel radang
Bila korban tewas sebelum 4 jam setelah ia
mendapat perlukaan penentuan waktu
terjadinya perlukaan tidak mungkin

Pemeriksaan Histokimia
Melihat adanya aktivitas enzim yg berperan
dalam proses penyembuhan luka
Lebih bermakna dalam penentuan terjadinya
luka
Dibutuhkan peralatan dan pengalaman di
bidang histokimia
Luka Antemortem
Tampak 2 zone :
Zone sentral : penurunan aktivitas enzim
Zone perifer : peningkatan aktivita enzim

Aktivitas enzim Adenosine Triphosphatases


& Esterases meningkat dgn segera dlm
waktu 1 jam setelah perlukaan
Peningkatan Enzim aminopeptidase sekitar
2 jam, acid phosphatase dan alkalyne
phosphatase skitar 4 dan 5 jam.
Tenggelam
Kasus Tenggelam
Kematian karena tenggelam adalah
salah satu bentuk dari mati lemas /
asfiksia

Penyidikan ditujukan untuk mendapat


kejelasan apakah korban masih hidup
sewaktu tenggelam atau sudah
menjadi mayat sewaktu dibenamkan
Tanda Pemeriksaan Luar
Tubuh korban pucat, teraba dingin, penurunan
suhu mayat (algor motis) 2x lebih cepat, suhu
mayat akan sama dgn suhu lingkungan dlm
waktu sekitar 5-6 jam

Lebam mayat merah terang (= juga ada pada


keracuan CO) , di daerah kepala, leher, bagian
depan dada

Dari mulut keluar busa halus putih korban mati


terbenam / asifiksia
Lama kelamaan berwarna merah
Bila dihilangkan busa akan akan keluar lagi
khususnya bila dada ditekan
Mata tampak kongestif dan terdapat
bintik perdarahan

Pada tangan korban dapat ditemukan


sedang menggenggam benda pasir,
dahan / rumput (cadaveric spasm)
kematian korban karena tenggelam

Luka yg sering ditemukan : luka


postmortem
Akibat tubuh mayat bersentuhan dgn benda
dalam air atau dgn dasar dimana ia terbenam
Tanda Pemeriksaan Dalam
Busa halus dan benda dalam air (pasir,
tumbuhan,dsb) dapat ditemukan dlm saluran
pernafasan & cabang-cabangnya

Pada kasus terbenam di air tawar :


Paru sangat mengembang, pucat, berat & bila
ditekan akan mencekung (emphysema aquasum)
Teraba krepitasi & paru akan tetap bentuknya
bila dikeluarkan dari rongga dada
pengirisan setiap potongan akan
mempertahankan bentuknya
Pada pemijitan keluar sedikit busa & cairan
Pada kasus terbenam di air asin:
Paru-paru berat, penuh berisi air
Perabaan seperti jelly
Bila dikeluarkan dari rongga dada bentuknya
tidak akan bertahan
Pada pengirisan tampak banyak cairan yg
keluar

*Dalam lambung & organ dalam tubuh serta


sumsum tulang dapat pula ditemukan benda
asing dalam air (spt: lumpur, tumbuhan
ganggang,dsb)
Diagnosa kematian karena
tenggelam
Tangan menggenggam erat sesuatu
benda
Adanya busa halus dalam saluran
pernapasan
Adanya air dalam lambung
Gambaran paru yg khas
Terdapat diatomae (ganggang) di dalam
alat dalam tubuh & sumsum tulang
Hipoksia
Sel gagal untuk melangsungkan
metabolisme secara efisien
Anoksik / Hipoksia : oksigen tidak
dapat masuk ke PD
Anemik : darah tidak dapat membawa
oksigen
Stagnan : kegagalan sirkulasi
Histotoksik : oksigen yang ada dalam
PD tidak dapat digunakan
Histotoksik-hipoksia
Ekstraseluler enzim pernafasan jaringan
keracunan
Periseluler oksigen tidak dapat masuk ke
sel karena permeabilitas membran sel menurun
Substrate histotoxic hyoixia tidak tersedia
bahan makanan untuk metabolisme yang
efisien
Metabolite histotoxic hypoxia endproduct
pernafasan seluler tidak dapat dibuang
Asfiksia
Pelbagai macam keadaan dimana
pertukaran udara pernafasan yang
normal terganggu
Asfiksia mekanik (obstruksi)sering
Asfiksia karena terhentinya
sirkulasi

*ASFIKSIA hipoksia + hipercapnu


Pemeriksaan
Sianosis
-Mudah dilihat di PD kapiler (bibir, jari)

Kongesti
-Kongesti sistemik,paru,dan dilatasi jantung kanan
tanda klasik kematian karena asfiksia

Darah tetap cair


-Salah satu indikasi asfiksia , walaupun masih
diperdebatkan.
Pemeriksaan
Edema paru
-Paru ditimbang utk mengetahui beratnya

Perdarahan berbintik
-mudah dilihat pada kulit dan alat dalam (spt:
permukaan jantung, paru, biji mata, kelopak
mata,epiglotis)
-tjd karena perubahan permeabilitas kapiler sbg akibat
lgsg dari hipoksia dan pningkatan tek.intrakapiler

Patahnya tulang lidah dan tulang rawan gondok


-dapat ditemukan pada kasus pencekikan
Keracunan
toksikologi forensik
Toksikologi Forensik
Forensic Science : the application of
science to law
Toksikologi forensik dapat dimengerti
sebagai pemanfaatan atau penerapan
ilmu toksikologi untuk kepentingan
peradilan.
Ilmu toksikologi: ilmu yang menelaah
tentang kerja dan efek berbahaya zat
kimia atau racun terhadap mekanisme
biologis suatu organisme.
Keracunan
Kematian mendadak khususnya bila
tempat dimana ditemukan merupakan
tempat umum spt: di hotel, tempat
liburan,dll
Kematian mendadak dimana
sebelumnya korban berada dalam
kondisi kesehatan baik
Kematian pada sekelompok orang yang
terjadi pada waktu yang bersamaan
Keracunan
Keadaan lain dimana pemeriksaan racun perlu:
- Kasus kecelakaan (pemeriksaan pengemudi dan
korban)
- Kasus kebakaran utk mengetahui apakah
korban yg terbakar itu sudah meninggal
sebelumnya atau masih hidup (cek saturasi
COHb)
- Drug abuse
Kriteria kematian karena
keracunan
Adanya keterangan yang menyatakan bahwa
korban benar kontak dengan racun,ada yang
melihat sedang menyuntik/meminum racun
Adanya tanda dan gejala klinis yang sesuai
dengan racun yang diduga
Laboratorisdapat dibuktikan adanya racun
pada sisa makanan/obat
Bedah mayatsesuai dengan kelainan yang
ditemukan pada kasus keracunan
Laboratoriumada bukti racun/metabolit dalam
tubuh korban secara menyeluruh
Contoh : keracunan morfin
dan heroin
Gejala keracunan
G3 susunan saraf pusat
Tidak sadar,
nadi kecil dan lemah,
relaksasi otot,
pernafasan sukar teratur dan dangkal,
tubuh dingin dan pucat
Pinpoint pupil
Kematian
Pemeriksaan Mayat
Pemeriksaan luar
Bekas suntikan pada daerah lipat
siku,punggung tangan,leher,sekitar puting
susu
Perforasi dan septum nasipemakaian
dengan cara sniffing
Pembesaran KGB
Skin blisterpemakaian narkotika jumlah
besar
Tanda mati lemas
Pemeriksaan Mayat
Pemeriksaan dalam
Oedema dan kongesti paru,ada tanda
asfiksia
Narcotic lungsparu tampak sangat
mengembang terdapat bintik
perdarahan,emfisema,atelektasis,lebih berat
Mikroskopismagnesium silikat (heroin
kronis)
Pembesaran limpa,tanda radang
Kelainan pada hatitriaditis
ABORTUS
Abortus
Medisberakhirnya kehamilan
sebelum fetus dapat hidup sendiri di
luar kandungan. Batas: <28 minggu
dan BB <1000gram

KUHP (345,347,348)
Gugur atau mati kandungannyatidak
ada batasan umur kehamilan dan berat
dari fetus
Tipe
Natural/abortus spontan
Kecelakaanterpukul,shock,rudapa
ksa pada perut
Pengobatan (abortus
therapeuticus)
Agar nyawa si ibu dapat diselamatkan
Kriminal (abortus criminalis)
Tidak memiliki alasan medis
Metode
Umur kehamilan sampai 4 minggu
Kerja fisik yang berat,melakukan kekerasan fisik
pada daerah perut,meminum obat pencahar
Umur kehamilan sampai 8 minggu
Memakan obat yang dapat merangsang
kontraksi rahim dan mengganggu
keseimbangan hormon
Penyuntikan cairan/karbolseparasi plasenta
Memasukan kawat/pensil/kateter jarum ke
rahim
Metode
Umur kehamilan sampai akhir
12/16 minggu
Menusuk kandunganmemasukan air
sabun/pasta/karbol
Komplikasikejang,perdarahan hebat,
infeksi, kematian, emboli paru,
keracunan, syok vagal
Penyidikan kasus kematian yg
ada hubungan dgn abortus
Kematian mendadak dari perempuan sehat
dalam masa subur (childbearing period)
Adanya perdarahan yang keluar dari vagina
Kematian seorang wanita pada tempat yang
tidak seharusnya
Adanya barang bukti disekitar korban yang
biasa dipakai untuk melakukan abortus
Pemeriksaan dan introgasi
Suami korban,orang yang diduga melakukan
abortus,korban (bila masih hidup)
PEMBUNUHAN ANAK
Metode pembunuhan
Sering
Pencekikan,penyeratan
,pembekapan,menyumpal mulut dengan
suatu benda
Kadang
Memukul,memotong,menusuk,menggor
ok
Kriteria anak baru dilahirkan
Tubuh masih berlumuran darah
Tali pusat belum dirawat
Adanya lemak bayi yang jelas
tampak
Belum diberi pakaian
Pemeriksaan mikroskopis
Sel radang pada tali pusat (+)
Bayi lahir hidup
Paru tampak mengembang dan menutupi kandung
jantung
Paru Tepi tumpul,warna merah ungu,gambaran
mozaik
Paru Lebih berat (1/35BB) ; bayi lahir mati ( berat
paru 1/70BB)
Dimasukkan kedalam air mengapung
Diiris dan dipijatkeluar darah dan busa
Mikroskopistampak jelas pengembangan alveoli
Adanya makanan dalam lambung mengarahkan
bahwa anak sudah cukup lama dalam keadaan
hidup.
Penentuan umur berdasarkan
Panjang badan
Umur (bulan) HAASE STREETER
(puncak kepala- (pucak kepala-tlg
tumit) ekor)
1 1
2 4 0,23
3 9 6,1
4 16 11,6
5 25 16,4
6 30 20,8
7 35 24,7
8 40 28,3
9 45 32,1
10 50 36,2
Pemeriksaan pada si ibu
Tujuannya agar penyidik mendapat
kejelasan:
Memang benar si ibu tersebut baru
melahirkan
Buah dada,rahim masih membesar,keluar cairan
kemerahan dari vagina,tanda si ibu masih dalam
masa nifas
Adanya barang bukti yang ada hubungannya
dengan barang bukti pada tubuh korban
Pembungkus mayat,kain yang berlumur darah
SISTEMATIKA
PEMERIKSAAN PADA
KORBAN KEJAHATAN
SEKSUAL
Fungsi penyelidikan ditujukan untuk
Menentukan ada/tidaknya tanda-tanda
persetubuhan
Menentukan ada/tidaknya tanda-tanda
kekerasan
Memperkirakan umur
Menentukan pantas tidaknya korban
untuk kawin
Menentukan ada/tidaknya tanda-tanda
persetubuhan
Persetubuhan : suatu peristiwa dimana alat
kelamin laki-laki masuk ke dalam alat
kelamin perempuan, sebagian seluruhnya
dan dengan atau tanpa terjadinya
pancaran air mani
Tanda-tanda persetubuhan :
Tanda tidak pasti
terdapat robekan pada selaput dara menunjukkan
adanya benda (padat/kenyal) yang masuk
Tanda pasti
adanya ejakulasi (pancaran air mani) pada
pemeriksaam diharapkan ditemukan sperma di dalam
liang vagina
Menentukan ada/tidaknya tanda-tanda
kekerasan
Kekerasan tidak selamanya
meninggalkan luka /bekas.
Faktor-faktor yang mempengaruhi :
Penampang benda
Daerah yang terkena kekerasan
Kekuatan dari kekerasan itu sendiri
Adanya racun serta gejala-gejala akibat
dari obat bius / racun pada korban
Faktor waktu
Memperkirakan umur

Merupakan pekerjaan yang paling sulit, tidak ada


satu metode apapun yang dapat memastikan umur
seseorang dengan tepat.
Pada kasus kejahatan seksual dalam kasus
perkosaan yang dimaksud dalam KUHP pasal 285
atau yang tidak dilakukan pada seorang yang dalam
keadaan tidak berdaya (KUHP pasal 286), penentuan
umur atau perkiraan umur tidak diharuskan
Perkiraan umur diperlukan untuk menentukan
apakah seseorang itu sudah dewasa (>21tahun),
khususnya pada kasus homoseksual atau lesbian.
Perkiraan umur juga diperlukan pada kasus dimana
pasal 287 KUHP dapat dikenakan pada pelaku
kejahatan
Menentukan pantas tidaknya korban
untuk kawin
Pengertian pantas tidaknya korban
untuk kawin tergantung dari :
Apakah korban telah siap untuk dibuahi
yang dimanifestasikan dengan sudah
pernah mengalami menstruasi
Pada UU perkawinan pasal 7 ayat 1
berbunyi :
Perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria
sudah mencapai umur 19 tahun dan pihak
wanita sudah mencapai umur 16 tahun
Yang perlu diketahui dalam
kasus kejahatan seksual
Sperma masih dapat diketemukan dalam keadaan bergerak dalam
vagina sampai 4-5 jam setelah persetubuhan
Pada orang yang hidup sperma masih dapat diketemukan (tidak
bergerak) sampai sekitar 24-36 jam setelah persetubuhan :
sedangkan pada orang yang sudah mati masih dapat diketemukan
dalam vagina paling lama 7-8 hari setelah persetubuhan
Pada laki-laki yang sehat air mani yang keluar setiap ejakulasi
sebanyak 2-5 ml, yang mengandung sekitar 60 juta sperma setiap
milimeternya dan sebanyak 90% dari jumlah tersebut dalam
keadaan bergerak (motile)
Untuk menjaga keaslian barang bukti / korban, maka korban tidak
perkenankan untuk membersihkan diri atau mengganti pakaian;
hal ini dimaksudkan supaya bercak air mani atau mani yang ada
tidak hilang, demikian dengan bukti lain seperti bercak darah,
rambut, pasir, dsb. Korban harus diantar oleh petugas
kepolisian/penyidik segera setelah korban melapor pada polisi
guna untuk memenuhi persyaratan yuridis yang berlaku buat
barang bukti
Untuk mencari bercak air mani yang mungkin
tercecer di TKP , misal pada sprei atau kain maka
barang-arang tersebut disinari dengan cahaya UV,
dimana bagian yang mengandung bercak mani akan
berfluoresensi putih, bagian ini harus diambil dibawa
ke laboratorium
Jika pelaku kejahatan segerea tertangkap tidak setelah
kejadian kepala glans penis harus diperiksa (mencari
sel epitel vagina yang menempel)
VeR yang baik harus mencakup dan menjelaskan ke-4
hal diatas dengan disertai perkiraan waktu terjadinya
persetubuhan
Dalam kesimpulan, dokter tidak akan dan tidak boleh
mencantumkan kata pemerkosaan oleh karena kata
tersebut secara yuridis dalam hal paksaan
Untuk mencegah hal-hal yang negatif, maka
sewaktu pemeriksaan dilakukan pemeriksa
perlu didampingi orang ketiga (juru rawat,
polwan)
Robekan baru pada selaput dara dapat
diketahui jika daerah tersebut masih terlihat
darah atau tampak kemerahan. Letak robekan
selaput dara pada persetubuhan pada umunya
di bagian belakang, letak robekan dinyatakan
sesuai dengan menurut angka pada jam
Bite Marks atau bekas gigitan / jejas gigi sering
didapatkan pada tubuh kornan kejahatan
seksual dan pada korban kejahatan lainnya.
Bagan kejahatan seksual dalam kaitan dengan
persetubuhan yang dapat dikenakan hukuman

Persetubuhan

Dalam
Diluar
perkawinan
perkawinan
(pasal 288)

Dengan Tanpa
persetujuan si persetujuan si
perempuan perempuan

Dengan Si perempuan
Umur si Umur si
kekerasan/ dalam keadaan
perempuan > perempuan <
ancaman pingsan/tidak
15 th (pasal 15 th (pasal berdaya (pasal
kekerasan
284) 287) 286)
(pasal 285)
Hasil pemeriksaan yang
diharapkan pada korban
kejahatan seksual
Penyebab Hasil pemeriksaan yang
diharapkan
Penetrasi Robekan pada selaput dara
Zaakar Luka-luka pada bibir kemaluan dan
dinding vagina
Ejakulasi Sperma di dalam vagina
Asam fosfatase, Kholin dan sperma
di dalam vagina
Kehamilan
Penyakit kulit GO
Sifilis
VISUM ET REPERTUM
Visum et Repertum
Menurut Staatsblad tahun 1937 nomor
350 :
Visa Reperta (Visum et Repertum)
adalah laporan tertulis untuk Yustisi
yang dibuat oleh dokter berdasarkan
sumpah, tentang segala hal yang
dilihat dan ditemukan pada benda
yang diperiksa menurut
pengetahuan yang sebaik-baiknya.
Tujuan Visum et Repertum
Sebagai salah satu barang bukti (corpus delicti) yang sah di
pengadilan karena barang buktinya sendiri telah berubah
pada saat persidangan berlangsung. Jadi VeR merupakan
barang bukti yang sah karena termasuk surat sah sesuai
dengan KUHP pasal 184.

Ada 5 barang bukti yang sah menurut KUHP pasal 184, yaitu:
1. Keterangan saksi
2. Keterangan ahli
3. Keterangan terdakwa
4. Surat-surat
5. Petunjuk

Ada 3 tujuan pembuatan VeR, yaitu:


1. Memberikan kenyataan (barang bukti) pada hakim
2. Menyimpulkan berdasarkan hubungan sebab akibat
3. Memungkinkan hakim memanggil dokter ahli lainnya
untuk membuat kesimpulan VeR yang lebih baru
Dasar hukum Visum et
Repertum
Pasal 133 KUHAP menyebutkan:
1)Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan
menangani seorang korban baik luka, keracunan
ataupun mati yg diduga karena peristiwa yg
merupakan tindak pidana, ia berhak berwenang
mengajukan permintaan keterangan ahli kepada
ahli kedokteran dan atau ahli lainnya
2)Permintaan keterangan ahli sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara tertulis,
yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas
untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat
dan atau pemeriksaan bedah mayat
Landasan Hukum
Pasal 120 KUHAP
(penyidik dapat meminta bantuan seorang ahli
dan ahli tersebut membantu dengan
pengetahuan yang sebaik-baiknya)
Pasal 133 KUHAP
(penyidik dapat meminta bantuan dokter untuk
pemeriksaan kedokteran forensik)
Pasal 179 KUHAP
(dokter wajib melakukan pemeriksaan kedokteran
forensik bila diminta oleh penyidik berwenang)
Pihak yang berwenang
membuat keterangan ahli
Pasal 133 ayat 1 KUHAP :
Yang berwenang melakukan pemeriksaan
forensik yang menyakut tubuh manusia dan
membuat keterangan ahli adalah dokter ahli
kedokteran kehakiman (forensik), dokter, dan
ahli lainnya
Jadi :
Keterangan yang dibuat oleh dokter ahli
kedokteran kehakiman disebut keterangan
ahli
Keterangan yang dibuat selain ahli
kedokteran kehakiman disebut keterangan
Pihak yang berhak meminta
visum et repertum
Penyidik
Pejabat Polri yang sekurang-kurang berpangkat Pelda
Polisi
Penyidik Pembantu adalah Pejabat Polri yang sekurang-
kurangnya berpangkat Serda Polisi.
Kapolsek yang berpangkat Bintara dibawah Pelda Polisi
karena
Jabatannya adalah Penyidik

Hakim pidana
Hakim pidana biasanya tidak langsung minta visum et
repertum pada dokter, tetapi memerintahkan kepada
jaksa untuk melengkapi berita acara pemeriksaan
dengan visum et repertum. Kemudian jaksa
melimpahkan permintaan hakim kepada penyidik.
Pihak yang berhak meminta
visum et repertum
Hakim perdata
Karena di sidang pengadilan perdata tidak ada
jaksa,maka hakim perdata minta langsung visum et
repertum kepada dokter.

Hakim agama
Dasar hukumnya Undang-undang No. 14 tahun
1970 tentang ketentuan pokok kekuasaan
kehakiman pasal 10.
Hakim agama mengadili perkara yang
bersangkutan dengan agama islam,sehingga
permintaan visum et repertum hanya berkenaan
dengan hal syarat untuk berpoligami, syarat untuk
melakukan perceraian dan syarat waktu tunggu
seorang janda.
Peranan Visum et Repertum

SEBAGAI PENGGANTI BENDA BUKTI

PENYIDIK MENGUNGKAP
PERKARA
PENUNTUT UMUM
MEMBUAT DAKWAAN
HAKIM
KEYAKINAN MEMBUAT
PUTUSAN
PENASEHAT HUKUM
FUNGSI PEMBELAAN
Macam-macam Visum et
Repertum
1. Visum et Repertum Korban Hidup
Visum et repertum Definitif dibuat
setelah pemeriksaan selesai, korban tidak
perlu dirawat lebih lanjut atau meninggal.

Visum et Repertum sementara


VetR yg diberikan pd korban yg msh
dirawat
VetR yg diterbitkan belum ada kesimpulan
krn menunggu observasi lebih lanjut
Ada 5 manfaat dibuatnya VetR sementara, yaitu
Menentukan apakah ada tindak pidana atau tidak
Mengarahkan penyelidikan
Berpengaruh terhadap putusan untuk melakukan penahanan
sementara terhadap terdakwa
Menentukan tuntutan jaksa
Medical record

Visum et Repertum Lanjutan dibuat bila:


Setelah selesai perawatan korban sembuh.
Setelah mendapat perawatan, korban meninggal.
Perawatan belum selesai, korban pindah RS atau dokter lain.
Perawatan belum selesai, korban pulang paksa atau melarikan
diri
Macam-macam Visum et
Repertum
2. Visum et Repertum Mayat
Harus dibuat berdasarkan hasil autopsi lengkap
Tujuan pembuatan VeR ini adalah untuk
menentukan sebab, cara, dan mekanisme
kematian

3. Visum et Repertum Pemeriksaan TKP


Hubungan sebab akibat luka yang ditemukan
pada tubuh korban.
Saat kematian korban.
Barang bukti yang ditemukan.
Cara kematian korban jika mungkin.
Macam-macam Visum et
Repertum
4. Visum et Repertum penggalian
mayat
5. Visum et Repertum mengenai
umur
6. Visum et Repertum Psikiatrik
7. Visum et Repertum mengenai
barang bukti
Visum et Repertum
Psikiatrik
Suatu persaksian tertulis dalam
perkara pidana / perkara perdata,
yang dibuat atas permintaan
hakim Ketua Pengadilan dan
mengingat sumpah dokter.
Tentunya persakitan tersebut adalah
tentang keadaan kesehatan jiwa
penderita/terdakwa yang berperkara
atau yang telah melanggar hukum.
Visum et Repertum
Psikiatrik
Menurut Permenkes
No.1993/Kdj/U/70, tentang
perawatan penderita penyakit jiwa
pasal 15 ayat 2 membedakan
kesaksian ahli jiwa menjadi 2 macam
yaitu :
Keterangan dokter
Visum et Repertum Psikiatrik
Keterangan dokter
Keterangan dokter adalah keterangan yang
diberikan oleh dokter atas permintaan jaksa,
polisi atau pamong praja dalam pemeriksaan
pendahuluan suatu perkara pengadilan.
Yang berhak membuat keterangan ini adalah
dokter (tidak harus Psikiater).
Pada prinsipnya setiap dokter yang terdaftar
pada DepKes dan telah mendapat ijin bekerja
dari MenKes, berhak membuatnya.
Visum et Repertum
Psikiatrik
Yang berhak meminta visum et
repertum psikiatrik ialah Hakim
Ketua PN.
Yang berhak membuat visum et
repertum psikiatrik ialah ahli
kedokteran jiwa suatu tempat
perawatan penderita penyakit jiwa
yang ditunujuk pengawas/Kepala
DinKes Propinsi.
Syarat pembuatan
Visum et Repertum Psikiatrik
Harus selesai dalam waktu 3 x 24 jam.
Bila ada kekuatiran penderita/terdakwa akan
lari, dapat ditempuh pemeriksaan secara
jalan dalam waktu yang sama 3 x 24 jam.
Bila ternyata penderita/terdakwa benar sakit
jiwa, maka kepala tempat perawatan harus
membuat laporan kepada hakim PN
(keterangan bahwa pdrta/terdakwa
menderita sakit jiwa dan perlu perawatan
dan pengobatan segera).
Ketentuan umum dalam pembuatan
Visum et Repertum
a. Diketik di atas kertas berkepala surat instansi
pemeriksa.
b. Bernomor dan bertanggal.
c. Mencantumkan nama Pro justitia dibagian atas (kiri
atau tengah)
d. Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
e. Tidak menggunakan singkatan terutama pada waktu
mendeskripsikan temuan pemeriksaan.
f. Tidak menggunakan istilah asing atau istilah
kedokteran.
g. Berstempel instansi pemeriksa tersebut.
h. Diperlakukan sebagai surat yang harus dirahasiakan.
i. Hanya diberikan kepada penyidik peminta Visum et
Repertum (instansi).
Format Visum et Repertum
Pembukaan PRO JUSTITIA
Pendahuluan Identitas
Pemberitaan Hasil pemeriksaan
(objektif)
Kesimpulan Pendapat pemeriksa
(subjektif, ilmiah)
Penutup Sumpah, ilmiah,
tandatangan, cap, dsb
Bagian-bagian Visum et
Repertum
1. PRO JUSTISIA
Kata ini dicantumkan disudut kiri atas, dan dengan demikian visum
et repertum tidak perlu bermaterai, sesuai dengan pasal 136 KUHAP.
2. PENDAHULUAN
Bagian ini memuat antara lain :
Identitas pemohon visum et repertum
Identitas dokter yang memeriksa / membuat visum et repertum
Tempat dilakukannya pemeriksaan (misalnya rumah sakit X
Surabaya)
Tanggal dan jam dilakukannya pemeriksaan
Identitas korban
Keterangan dari penyidik mengenai cara kematian, luka, dimana
korban dirawat, waktu korban meninggal
Keteranganmengenai orang yang menyerahkan / mengantar
korban pada dokter dan waktu saat korban diterima dirumah
sakit
3. PEMBERITAAN
Identitas korban menurut pemeriksaan dokter,
(umur, jenis kel,TB/BB), serta keadaan umum .
Hasil pemeriksaan berupa kelainan yang
ditemukan pada korban.
Tindakan-tindakan / operasi yang telah dilakukan.
Hasil pemeriksaan tambahan.
Syarat-syarat :
Memakai bahasa Indonesia yg mudah dimengerti
orang awam.
Angka harus ditulis dengan huruf (4 cm ditulis
empat sentimeter).
Tidak dibenarkan menulis diagnosa luka (luka
bacok, luka tembak dll).
Luka harus dilukiskan dengan kata-kata.
Memuat hasil pemeriksaan yang objektif (sesuai
apa yang dilihat dan ditemukan).
4. KESIMPULAN
Bagian ini berupa pendapat pribadi dari dokter
yang memeriksa, mengenai hasil pemeriksaan
sesuai dgn pengetahuan yang sebaik-baiknya.
Seseorang melakukan pengamatan dengan
kelima panca indera (pengelihatan, pendengaran,
perasa, penciuman dan perabaan).
Sifatnya subjektif.
5. PENUTUP
Memuat kata Demikianlah visum et repertum ini
dibuat dengan mengingat sumpah pada waktu
menerima jabatan.
Diakhiri dengan tanda tangan, nama lengkap/NIP
dokter.
Tata Cara Permintaan
Visum et Repertum
1. Pasal 133 ayat (2) KUHAP :
1. Permintaan Keterangan ahli sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara
tertulis, yang dalam surat itu disebutkan
dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau
pemeriksaan mayat atau pemeriksaan bedah
mayat
2. Surat Permintaan Visum et Repertum (SPVR) harus
dibuat dengan menggunakan format sesuai
dengan jenis kasus yang sedang ditangani.
3. SPVR harus ditanda tangani oleh penyidik yang
syarat kepangkatan dan pengangkatannya diatur
dalam BAB II pasal 2 Peraturan Pemerintah (PP)
nomor 27 tahun 1983.
4. Korban yang meninggal dunia harus
diantar oleh seorang anggota POLRI
dengan membawa SPVR.
5. Korban yang meninggal dunia harus
diberi label sesuai dengan peraturan
yang tercantum didalam pasal 133
ayat (3) KUHAP
6. Sebaiknya penyidik yang meminta
Visum et Repertum mengikuti
jalannya pemeriksaan bedah jenazah.
Prosedur Permintaan VeR Korban
Hidup
1. Permintaan harus secara tertulis, tdk
dibenarkan secara lisan / telepon / via pos.
2. Korban adalah Barang Bukti, maka
permintaan VetR harus diserahkan sendiri
oleh polisi bersama-sama
korban/tersangka.
3. Tidak dibenarkan permintaan VetR tentang
sesuatu peristiwa yang telah lampau,
mengingat rahasia kedokteran (Instruksi
Kapolri No.Ins/E/20/IX/75).
Prosedur Permintaan VeR Korban Mati
(mayat):
1. Permintaan harus diajukan secara tertulis, tidak
dibenarkan melalui telepon, lisan atau pos.
2. Korban yang meninggal dunia harus diantar
oleh seorang anggota POLRI dengan membawa
SPVR.
3. Korban yang meninggal dunia harus diberi
label sesuai dengan peraturan yang tercantum
didalam pasal 133 ayat (3) KUHAP.
4. Sebaiknya penyidik yang meminta Visum et
Repertum mengikuti jalannya pemeriksaan
bedah jenazah.
Pencabutan Visum Et
Repertum
1. Pencabutan permintaan Visum et Repertum
pada prinsipnya tidak dibenarkan, namun
kadang kala dijumpai hambatan dari
keluarga korban yang keberatan untuk
dilaksanakan bedah mayat dengan alasan
larangan Agama, adat dan lain-lain.
2. Bila timbul keberatan dari pihak keluarga,
sesuai dengan ketentuan KUHAP Pasal 134
ayat 2, maka penyidik wajib menerangkan
sejelas-jelasnya tentang maksud dan
tujuan bedah jenazah tersebut.
Lama Penyimpanan
Visum et Repertum
10 tahun
MENGACU PADA PERMENKES NO. 749A
TAHUN 1989 TENTANG REKAM MEDIS

30 tahun
MENGACU PADA SISTEM ARSIP
NASIONAL
Kesimpulan Visum et Repertum
Korban Hidup
Identitas korban
Jenis luka
Jenis kekerasan
Kualifikasi luka
Kesimpulan Visum et Repertum
Kejahatan Seksual
Jenis luka
Jenis kekerasan
Tanda persetubuhan
Identitas korban / umur
Kesimpulan Visum et Repertum
Korban Mati (Jenasah)
Identitas korban
Jenis luka
Jenis kekerasan
Sebab kematian
Contoh pendahuluan

Yang bertanda tangan di bawah ini, (nama),


dokter umum, atas permintaan dari Polsek
dengan nomor surat // pada hari
tanggal bulan .. tahun bertempat
di klinik telah melakukan pemeriksaan
terhadap seorang korban yang menurut surat
permintaan tersebut adalah:
Nama : dst
Contoh pemberitaan atau hasil
pemeriksaan

Korban mengaku 2 jam sebelum masuk RS dipukul


dengan menggunakan tangan kosong pada
(anamnesa / wawancara)
Pada korban ditemukan :
Pada dahi kanan ditemukan luka? Tepi luka?
Ukuran luka?
Pada dst
Setelah pencatatan luka-luka selanjutnya
diterangkan pula langkah pemeriksaan
penunjang, pengobatan dan atau tindakan medis
Contoh penutup

Demikianlah Visum et Repertum ini


dibuat dengan sebenarnya
berdasarkan keilmuan saya.
Penutup
Dicantumkan kalimat demikianlah
visum et repertum ini dibuat dengan
mengingat sumpah

Diakhiri dengan tanda tangan dan


nama lengkap dokter
KEWAJIBAN DOKTER DALAM
PERADILAN
Peranan dokter
Peranan dari kedokteran forensik dalam
penyelesaian perkara pidana di Pengadilan
adalah membantu hakim dalam
menemukan dan membuktikan unsur-
unsur yang di dakwakan dalam pasal
yang diajukan oleh penuntut.
Serta memberikan gambaran bagi hakim
mengenai hubungan kausalitas antara
korban dan pelaku kejahatan dengan
mengetahui laporan dalam visum et
repertum.
Peranan dokter
Memeriksa korban maupun memberikan
keterangan untuk kepentingan hukum dan
peradilan.
Memastikan sebab, cara, dan waktu kematian
pada peristiwa kematian tidak wajar karena
pembunuhan, bunuh diri, kecelakaan atau
kematian yang mencurigakan.
Melakukan pemeriksaan untuk mengetahui
identitas korban.
Memeriksa korban penganiayaan,
pemerkosaan, pengguguran kandungan dan
peracunan.
Dinilai menurut waktu penyelidikan hingga
persidangan dokter mempunyai peran sebagai
berikut:
Masa Penyelidikan
Pemeriksaan di TKP dan analisis data yang
ditemukan
Masa Penyidikan
Pembuatan visum et repertum dan BAP saksi ahli
Masa Persidangan
Dokter berperan dalam memberikan keterangan
ahli, sebagai saksi ahli pemeriksa, menjelaskan
visum et repertum, menjelaskan kaitan temuan VeR
dengan temuan ilmiah alat bukti sah lainnya. Dokter
juga berperan menjelaskan segala sesuatu yang
belum jelas dari sisi ilmiah.
Tujuan
Peranan ahli (expert) termasuk dokter
dalam bidang Kedokteran Forensik adalah
dalam rangka membuka tabir suatu
peristiwa yang dapat menjawab 7
pertanyaan :
Apa yang terjadi (what)
Siapa yang terlibat (who)
Di mana terjadi (where)
Kapan terjadi (when)
Bagaimana terjadinya (how)
Dengan apa melakukannya (with what)
Kenapa terjadi peristiwa tersebut (why)
Latar belakang
Permintaan bantuan tenaga ahli pada:
Tahap penyidikan disebutkan pada pasal 120
ayat (1) yang menyatakan: Dalam hal penyidik
menganggap perlu, ia dapat minta pendapat
orang ahli / orang yg memiliki keahlian khusus.
Tahap pemeriksaan persidangan, disebutkan
pada pasal 180 ayat (1) yang menyatakan:
Dalam hal diperlukan u/ menjernihkan
duduknya persoalan yg timbul di sidang
pengadilan, hakim ketua sidang dapat minta
keterangan ahli dan dapat pula minta agar
diajukan bahan baru oleh yg berkepentingan.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi
sebagai seorang saksi ahli adalah
(Prakoso, 1987) :
1. Syarat obyektif.
a. Sehat, dewasa, tidak dibawah
perwalian, sebagaimana (pasal
171KUHAPidana).
b. Tidak boleh ada hubungan keluarga
dengan terdakwa, baik pertalian darah
atau karena perkawinan, dan bukan orang
yang bekerja atau yangmendapat gaji dari
terdakwa (pasal 168 KUHAPidana).
2. Syarat Formil
Saksi ahli harus disumpah menurut
aturan agamanya, untuk memberi
keterangan yang sebenarnya, sebagai-
mana diatur dalam pasal 120 ayat (2)
KUHAPidana, pasal 179 ayat (2)
Kewajiban Saksi Ahli
a. Didasarkan pasal 159 ayat (2)
KUHAP saksi ahli wajib menghadap
ke persidangan setelah dipanggil
dengan patut.
b.Didasarkan pasal 160 KUHAP, saksi
ahli wajib ber-sumpah menurut
agamanya untuk memberi
keterangan yang sebenarnya.
Cara memberikan
keterangan ahli.
Apabila saksi ahli telah datang ke Pengadilan
sesuai dengan tanggal pemanggilannya,
1.Melaporkan kedatangannya kepada panitera
pengadilan, lalu menunggu gilirannya untuk
dipanggil memasuki ruang sidang.
2.Di ruang sidang saksi ahli duduk berhadapan
dengan hakim,
3.Setiap pertanyaan yang diajukan oleh jaksa,
pengacara atau terdakwa kepada saksi ahli
harus melalui hakim.
4.Semua jawaban yang diberikan harus jelas,
tidak berbelit, menggunakan bahasa
Indonesia yang baik, mudah dipahami,
Sanksi Penolakan
Tidak ada alasan bagi dokter untuk tidak
memberikan bantuan dalam penegakan hukum dan
keadilan.
Dokter dapat menerima sanksi bila tidak
memberikan bantuan tersebut seperti tercantum
dalam pasal 224 Kitab Undang-undang Hukum
Pidana (KUHP):
Barang siapa yang dipanggil menurut undang-
undang menjadi saksi ahli atau juru bahasa dengan
sengaja tidak menjalankan suatu kewajiban
menurut undang-undang yang harus dijalankannya
dalam kedudukan tersebut di atas, dalam perkara
pidana dihukum dengan hukuman penjara selama-
lamanya 9 bulan dan untuk perkara lain dihukum
dengan hukuman selama-lamanya 6 bulan.
ALASAN SAH TIDAK MENJADI
SAKSI AHLI
Keluarga sedarah dalam garis lurus keatas
/kebawah sampai derajat ketiga dari terdakwa /
yg bersama-sama sebagai terdakwa.
Saudara dari terdakwa / yg bersama-sama
sebagai terdakwa, saudara ibu atau bapak,
juga mereka yg mempunyai hubungan k/
perkawinan dan anak-anak saudara terdakwa
sampai derajat ketiga.
Suami / istri terdakwa meskipun sudah
bercerai atau yg bersama-sama sebagai
terdakwa.
Hukum pidana untuk kasus
pengguguran kandungan,
pembunuhan anak
DASAR HUKUM/UNDANG-
UNDANG
Ketentuan yuridis pengguguran kandungan
dilakukan oleh korban perkosaan diberikan
perlindungan hak-hak korban secara umum diatur
dalam Peraturan Perundang-undangan sebagai
berikut :
i. Pasal 98 KUHAP, Pasal 99 KUHAP, Pasal 100
KUHAP, Pasal 101 KUHAP
ii. Pasal 285 KUHP, 286 KUHP, 287 KUHP
iii. Pasal 5, Pasal 12, Pasal 37, Pasal 38 Undang-
Undang Nomor 13 Tahun 2006 telah mengatur untuk
melindungi hak korban secara umum.
iv. Pasal 2, Pasal 75, Pasal 77 Undang-Undang Nomor
36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.
Sedangkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2009 Tentang Kesehatan adalah pengguguran
kandungan diatur dalam pasal 75.
Menurut Undang-undang ini pengguguran
kandungan dapat dilakukan apabila ada indikasi
medis, Pengguguran kandungan pada kasus
korban pemerkosaan dianggap sebagai tindak
pidana.
Namun pengguguran kandungan korban
permerkosaan telah dilegalkan. Dengan mengacu
pada pasal 75 ayat (2) huruf b Undang-Undang
36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.
Pasal 75
(1) Setiap orang dilarang melakukan aborsi.
(2) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikecualikan
berdasarkan:
a. indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik yang
mengancam nyawa ibu dan/atau janin, yang menderita penyakit genetik berat
dan/atau cacat bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan
bayi tersebut hidup di luar kandungan; atau
b. kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis bagi
korban perkosaan;
(3) Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilakukan setelah
melalui konseling dan/atau penasehatan pra tindakan dan diakhiri dengan
konseling pasca tindakan yang dilakukan oleh konselor yang kompeten dan
berwenang.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai indikasi kedaruratan medis dan perkosaan,
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
Pasal 76
Aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 hanya
dapat dilakukan:
a. sebelum kehamilan berumur 6 (enam) minggu
dihitung dari hari pertama haid terakhir, kecuali
dalam hal kedaruratan medis;
b. oleh tenaga kesehatan yang memiliki
keterampilan dan kewenangan yang memiliki
sertifikat yang ditetapkan oleh menteri;
c. dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan;
d. dengan izin suami, kecuali korban perkosaan; dan
e. penyedia layanan kesehatan yang memenuhi
syarat yang ditetapkan oleh Menteri.
Pasal 77
Pemerintah wajib melindungi dan
mencegah perempuan dari aborsi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal
75 ayat (2) dan ayat (3) yang tidak
bermutu, tidak aman, dan tidak
bertanggung jawab serta
bertentangan dengan norma agama
dan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Pembunuhan Anak
Sendiri
Pasal 338 KUHP
Barang siapa dengan sengaja
merampas nyawa orang lain, diancam
karena pembunuhan dengan pidana
penjara paling lama lima belas tahun.
Pasal 80 Undang-undang Perlindungan
Anak
Pasal 44 Undang-Undang Kekerasan
Dalam Rumah Tangga
KUHP tentang pembunuhan anak sendiri
mengatur hal-hal tersebut sebagai
berikut:
Ps 341 : Seorang ibu karena takut akan
ketahuan melahirkan anak pada saat anak
dilahirkan atau tidak lama kemudian,
dengan sengaja merampas nyawa
anaknya, diancam karena membunuh
anak sendiri, dengan pidana penjara
paling lama 7 tahun.
Ps 342 : Seorang ibu yang untuk
melaksanakan niat yang ditentukan
karena takut akan ketahuan bahwa ia
akan melahirkan anak, pada saat anak
dilahirkan atau tidak lama kemudian
merampas nyawa anaknya, diancam
karena melakukan pembunuhan anak
sendiri dengan rencana, dengan
pidana penjara paling lama 9 tahun.
Ps343 : Kejahatan yang diterangkan
dalam pasai 34l dan 342 dipandang
bagi orang lain yang turut serta
melakukan sebagi pembunuhan atau
pembunuhan dengan rencana.
Thank You

Anda mungkin juga menyukai