Sidik jari
Setiap orang berbeda identitas pasti
Keterbatasan: cepat rusak /membusuknya
tubuh
Dapat dilakukan jika orang tersebut
sebelumnya sudah diambil sidik jarinya
Serologi
Menentukan golongan darah (darah, air mani,
cairan tubuh lain)
Pemeriksaan ini penting pada kasus pembunuhan,
kejahatan seksual, kasus tabrak lari, serta
penculikan bayi
Eksklusi
Dipakai pada kasus kecelakaan massal .contoh :
kecelakaan pesawat terbang
Untuk kecelakaan korban banyak u/ identifikasi
perlu 2 kriteria yg dipenuhi :
1.Identifikasi primer : dari pakaian
2.Identifikasi konfirmatif : dari medis
4. Menentukan Sebab
Kematian
Mutlak harus dilakukan pembedahan mayat
(otopsi)
Dengan atau tanpa pemeriksaan tambahan:
Pemeriksaan mikroskopis, toksikologis,
bakterioogis, dll (tergantung kasus)
Cara kematian :
Wajar (natural death)
Kematian karena penyakit
Tidak wajar (unnatural death)
Kecelakaan, bunuh diri, pembunuh
Tidak dapat ditentukan (undetermined)
Keadaan mayat telah rusak / busuk sekali luka atau
penyakit tidak dapat dilihat lagi
6. Menentukan Terjadinya
Perlukaan
Penentuan apakah luka yg terdapat pada
korban itu didapat sewaktu hidup (antemortem)
atau sesudah korban mati (postmortem)
Perlu pada kasus spt: korban dibunuh kemudian
diletakkan di rel kreta api agar didapat kesan
korban bunuh diri.
Pemeriksaan Histokimia
Melihat adanya aktivitas enzim yg berperan
dalam proses penyembuhan luka
Lebih bermakna dalam penentuan terjadinya
luka
Dibutuhkan peralatan dan pengalaman di
bidang histokimia
Luka Antemortem
Tampak 2 zone :
Zone sentral : penurunan aktivitas enzim
Zone perifer : peningkatan aktivita enzim
Kongesti
-Kongesti sistemik,paru,dan dilatasi jantung kanan
tanda klasik kematian karena asfiksia
Perdarahan berbintik
-mudah dilihat pada kulit dan alat dalam (spt:
permukaan jantung, paru, biji mata, kelopak
mata,epiglotis)
-tjd karena perubahan permeabilitas kapiler sbg akibat
lgsg dari hipoksia dan pningkatan tek.intrakapiler
KUHP (345,347,348)
Gugur atau mati kandungannyatidak
ada batasan umur kehamilan dan berat
dari fetus
Tipe
Natural/abortus spontan
Kecelakaanterpukul,shock,rudapa
ksa pada perut
Pengobatan (abortus
therapeuticus)
Agar nyawa si ibu dapat diselamatkan
Kriminal (abortus criminalis)
Tidak memiliki alasan medis
Metode
Umur kehamilan sampai 4 minggu
Kerja fisik yang berat,melakukan kekerasan fisik
pada daerah perut,meminum obat pencahar
Umur kehamilan sampai 8 minggu
Memakan obat yang dapat merangsang
kontraksi rahim dan mengganggu
keseimbangan hormon
Penyuntikan cairan/karbolseparasi plasenta
Memasukan kawat/pensil/kateter jarum ke
rahim
Metode
Umur kehamilan sampai akhir
12/16 minggu
Menusuk kandunganmemasukan air
sabun/pasta/karbol
Komplikasikejang,perdarahan hebat,
infeksi, kematian, emboli paru,
keracunan, syok vagal
Penyidikan kasus kematian yg
ada hubungan dgn abortus
Kematian mendadak dari perempuan sehat
dalam masa subur (childbearing period)
Adanya perdarahan yang keluar dari vagina
Kematian seorang wanita pada tempat yang
tidak seharusnya
Adanya barang bukti disekitar korban yang
biasa dipakai untuk melakukan abortus
Pemeriksaan dan introgasi
Suami korban,orang yang diduga melakukan
abortus,korban (bila masih hidup)
PEMBUNUHAN ANAK
Metode pembunuhan
Sering
Pencekikan,penyeratan
,pembekapan,menyumpal mulut dengan
suatu benda
Kadang
Memukul,memotong,menusuk,menggor
ok
Kriteria anak baru dilahirkan
Tubuh masih berlumuran darah
Tali pusat belum dirawat
Adanya lemak bayi yang jelas
tampak
Belum diberi pakaian
Pemeriksaan mikroskopis
Sel radang pada tali pusat (+)
Bayi lahir hidup
Paru tampak mengembang dan menutupi kandung
jantung
Paru Tepi tumpul,warna merah ungu,gambaran
mozaik
Paru Lebih berat (1/35BB) ; bayi lahir mati ( berat
paru 1/70BB)
Dimasukkan kedalam air mengapung
Diiris dan dipijatkeluar darah dan busa
Mikroskopistampak jelas pengembangan alveoli
Adanya makanan dalam lambung mengarahkan
bahwa anak sudah cukup lama dalam keadaan
hidup.
Penentuan umur berdasarkan
Panjang badan
Umur (bulan) HAASE STREETER
(puncak kepala- (pucak kepala-tlg
tumit) ekor)
1 1
2 4 0,23
3 9 6,1
4 16 11,6
5 25 16,4
6 30 20,8
7 35 24,7
8 40 28,3
9 45 32,1
10 50 36,2
Pemeriksaan pada si ibu
Tujuannya agar penyidik mendapat
kejelasan:
Memang benar si ibu tersebut baru
melahirkan
Buah dada,rahim masih membesar,keluar cairan
kemerahan dari vagina,tanda si ibu masih dalam
masa nifas
Adanya barang bukti yang ada hubungannya
dengan barang bukti pada tubuh korban
Pembungkus mayat,kain yang berlumur darah
SISTEMATIKA
PEMERIKSAAN PADA
KORBAN KEJAHATAN
SEKSUAL
Fungsi penyelidikan ditujukan untuk
Menentukan ada/tidaknya tanda-tanda
persetubuhan
Menentukan ada/tidaknya tanda-tanda
kekerasan
Memperkirakan umur
Menentukan pantas tidaknya korban
untuk kawin
Menentukan ada/tidaknya tanda-tanda
persetubuhan
Persetubuhan : suatu peristiwa dimana alat
kelamin laki-laki masuk ke dalam alat
kelamin perempuan, sebagian seluruhnya
dan dengan atau tanpa terjadinya
pancaran air mani
Tanda-tanda persetubuhan :
Tanda tidak pasti
terdapat robekan pada selaput dara menunjukkan
adanya benda (padat/kenyal) yang masuk
Tanda pasti
adanya ejakulasi (pancaran air mani) pada
pemeriksaam diharapkan ditemukan sperma di dalam
liang vagina
Menentukan ada/tidaknya tanda-tanda
kekerasan
Kekerasan tidak selamanya
meninggalkan luka /bekas.
Faktor-faktor yang mempengaruhi :
Penampang benda
Daerah yang terkena kekerasan
Kekuatan dari kekerasan itu sendiri
Adanya racun serta gejala-gejala akibat
dari obat bius / racun pada korban
Faktor waktu
Memperkirakan umur
Persetubuhan
Dalam
Diluar
perkawinan
perkawinan
(pasal 288)
Dengan Tanpa
persetujuan si persetujuan si
perempuan perempuan
Dengan Si perempuan
Umur si Umur si
kekerasan/ dalam keadaan
perempuan > perempuan <
ancaman pingsan/tidak
15 th (pasal 15 th (pasal berdaya (pasal
kekerasan
284) 287) 286)
(pasal 285)
Hasil pemeriksaan yang
diharapkan pada korban
kejahatan seksual
Penyebab Hasil pemeriksaan yang
diharapkan
Penetrasi Robekan pada selaput dara
Zaakar Luka-luka pada bibir kemaluan dan
dinding vagina
Ejakulasi Sperma di dalam vagina
Asam fosfatase, Kholin dan sperma
di dalam vagina
Kehamilan
Penyakit kulit GO
Sifilis
VISUM ET REPERTUM
Visum et Repertum
Menurut Staatsblad tahun 1937 nomor
350 :
Visa Reperta (Visum et Repertum)
adalah laporan tertulis untuk Yustisi
yang dibuat oleh dokter berdasarkan
sumpah, tentang segala hal yang
dilihat dan ditemukan pada benda
yang diperiksa menurut
pengetahuan yang sebaik-baiknya.
Tujuan Visum et Repertum
Sebagai salah satu barang bukti (corpus delicti) yang sah di
pengadilan karena barang buktinya sendiri telah berubah
pada saat persidangan berlangsung. Jadi VeR merupakan
barang bukti yang sah karena termasuk surat sah sesuai
dengan KUHP pasal 184.
Ada 5 barang bukti yang sah menurut KUHP pasal 184, yaitu:
1. Keterangan saksi
2. Keterangan ahli
3. Keterangan terdakwa
4. Surat-surat
5. Petunjuk
Hakim pidana
Hakim pidana biasanya tidak langsung minta visum et
repertum pada dokter, tetapi memerintahkan kepada
jaksa untuk melengkapi berita acara pemeriksaan
dengan visum et repertum. Kemudian jaksa
melimpahkan permintaan hakim kepada penyidik.
Pihak yang berhak meminta
visum et repertum
Hakim perdata
Karena di sidang pengadilan perdata tidak ada
jaksa,maka hakim perdata minta langsung visum et
repertum kepada dokter.
Hakim agama
Dasar hukumnya Undang-undang No. 14 tahun
1970 tentang ketentuan pokok kekuasaan
kehakiman pasal 10.
Hakim agama mengadili perkara yang
bersangkutan dengan agama islam,sehingga
permintaan visum et repertum hanya berkenaan
dengan hal syarat untuk berpoligami, syarat untuk
melakukan perceraian dan syarat waktu tunggu
seorang janda.
Peranan Visum et Repertum
PENYIDIK MENGUNGKAP
PERKARA
PENUNTUT UMUM
MEMBUAT DAKWAAN
HAKIM
KEYAKINAN MEMBUAT
PUTUSAN
PENASEHAT HUKUM
FUNGSI PEMBELAAN
Macam-macam Visum et
Repertum
1. Visum et Repertum Korban Hidup
Visum et repertum Definitif dibuat
setelah pemeriksaan selesai, korban tidak
perlu dirawat lebih lanjut atau meninggal.
30 tahun
MENGACU PADA SISTEM ARSIP
NASIONAL
Kesimpulan Visum et Repertum
Korban Hidup
Identitas korban
Jenis luka
Jenis kekerasan
Kualifikasi luka
Kesimpulan Visum et Repertum
Kejahatan Seksual
Jenis luka
Jenis kekerasan
Tanda persetubuhan
Identitas korban / umur
Kesimpulan Visum et Repertum
Korban Mati (Jenasah)
Identitas korban
Jenis luka
Jenis kekerasan
Sebab kematian
Contoh pendahuluan