Pembimbing:
dr. Heriyanto, Sp. S
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. S
Usia : 70 tahun
Alamat : magelang
Agama : Islam
Perkerjaan : petani
Keluhan Utama
Riwayat Keluarga
Disangkal
Status Generalis
Kepala :
Pupil : Isokor, diameter
Sianosis :-
Dispneu :-
Konjungtiva anemis : -/-
Sklera ikterik : -/-
Leher :
Kelenjar Getah Bening : Dalam batas
normal.
Status Lokalisata
Thoraks :
Jantung :
Inspeksi : Iktus kordi tidaks tampak.
Palpasi : Iktus kordis tdak kuat angkat.
Perkusi : Redup. Batas jantung dalam batas normal.
Auskultasi : Suara jantung I dan II reguler, murmur (-)
Paru :
Inspeksi : Pergerakan dada simetris kanan-kiri.
Palpasi : Vokal fremitus +/+.
Perkusi : Sonor +/+.
Auskultasi : Vesikuler +/+, Ronki -/-, Wheezing -/-.
Status Lokalisata
Abdomen :
Inspeksi : Datar.
Auskultasi : Bising usus (+) 15 kali/menit.
Palpasi : hepar dan lien tidak teraba adanya pembesaran,
ada nyeri tekan abdomen di regio Epigastric..
Perkusi : Timpani.
Ekstremitas :
Ekstremitas Superior
Tidak tampak adanya edema dari carpal sampai dorsum
manus.
Capillary refill < 2 detik.
Akral dingin (-).
Ekstremitas Inferior
Tidak tampak adanya edema pada kedua pedis kanan
dan kiri.
Capillary refill < 2 detik.
Status Neurologis
GCS : E4 V5 M6
TANDA MENINGEAL :
Kaku kuduk :-
Kernig : -
Laseque :-
Brudzinski I :-
Brudzinski II :-
Brudzinski III : -
Brudzinski IV : -
Status Neurologis (N. Cranialis)
N. Olfaktorius (N. I)
Pemeriksaan bau : DBN (+)
Motorik :
Kondisi diam : +/+
Kondisi bergerak :
Musculus frontalis : DBN (+/+)
Musculus korugator supersili : DBN (+/+)
Musculus nasalis : DBN (+/+)
Musculus orbicularis oculi : DBN (+/+)
Musculus orbicularis oris : DBN (+/+)
Musculus zigomaticus : DBN (+/+)
Musculus risorius : DBN (+/+)
Musculus bucinator : DBN (+/+)
Musculus mentalis : DBN (+/+)
Musculus plysma : DBN (+/+)
Sensorik khusus
Lakrimasi : Tidak dilakukan
Refleks stapedius : Tidak dilakukan
Status Neurologis (N. Cranialis)
N. Stato-akustikus (N. VIII)
Suara bisik : DBN
Arloji : DBN
Garpu tala : Tidak dilakukan
Nistagmus : Tidak dilakukan
Tes Kalori : Tidak dilakukan
Kekuatan m. Sternokleidomastoideus :
DBN (+/+)
Kombinasi :
Stereognosis : DBN
Barognosis : DBN
Graphestesia : DBN
Sensory extinction : DBN
Loss of body image : DBN
Two point tactile discrimination : DBN
Refleks Fisiologis
Refleks Superficial
Dinding perut /BHR : -/-, -/-, -/-
Refleks tendon/periostenum
BPR / Biceps : + / +
TPR / Triceps : + / +
KPR / Patella : + / +
APR / Achilles : + / +
Klonus :
Lutut/patella : -/-
Kaki/ankle : -/-
Refleks Patologis
Babinski : - /-
Chaddock :-/-
Oppenheim : - / -
Gordon :-/-
Schaeffer :-/-
Gonda :-/-
Stransky :-/-
Rossolimo : - / -
Hoffman :-/-
Tromner :-/-
Mendel-Bechtrew : - / -
Keseimbangan
Sikap duduk : DBN
Sikap berdiri :
Wide base / broad
base stance : DBN
Modifikasi Romberg :
DBN
Dekomposisi sikap :
DBN
Berjalan / gait :
Tendem walking :
DBN
Berjalan memutari
kursi / meja : DBN
Berjalan maju-
mundur : DBN
Tonus : DBN
Lari ditempat : DBN
Tremor : (-)
PEMERIKSAA TES SENDI TES PEMERIKSAA
N FUNGSI SACRO- PROVOKASI N DISARTRIA
LUHUR ILIACA NERVUS Labial :
Aphasia : (-) Patricks : -/- ISCHIADICUS DBN
Alexia : (-) Contra Laseque : -/- Palata : DBN
Apraksia : (-) patricks : -/- Sicards : -/- Lingual : DBN
Agraphia : Bragards : -/-
(-) Minors : Sulit
Akalkulia : (-) dievaluasi
Fingeragnosi Neris :
a : (-) Sulit
Right-left dievaluasi
disorientation Door bell sign
: (-) : -/-
Kemp test :
8 Februari 2017
DD :
Bursitis
Fibromyalgia
Diagnosis sekunder :
Bradikardi simtomatik
LBBB
Terapi
Farmakoterapi
Infus NS + Resfar
Inj lapibal 2x 1 dlm 8 cc aqua
Inj norages 3x1
Inj SA 2 ampul
Drip benocetam 4x 3
Tonicard 3x1
Neofer 3x1
Aspilet 1x8 mg
Non Farmakoterapi
Dry needling
Peregangan
Terapi
Monitori
Edukasi
ng
Menjelaskan
Observasi keadaan penyakit yang
umum diderita.
Menjelaskan terapi
yang diterima.
Observasi tanda
vital Menjelaskan
prognosis penyakit
EDUKASI
Menjelaskan kepada
penderita dan keluarga
mengenai penyakit
MYOFASIAL
PAIN
SYNDROME
DEFINISI
Myofasial Pain Syndome atau Sindrom nyeri myofascial adalah
sebuah kondisi nyeri otot ataupun fascia, akut maupun kronik,
menyangkut fungsi sensorik, motorik, ataupun otonom, yang
berhubungan dengan myofascial trigger points (MTr Ps)
SENSORIK
OTONOM
MOTORIK
motorik atau nyeri alih, aktivitas
kelemahan hiperalgesia, pilomotor,
otot akibat ataupun perubahan
inhibisi alodinia suhu kulit,
motorik, lakrimasi, dan
terbatasnya salivasi
gerakan dan
kekakuan otot
ETIOLOGI DAN EPIDEMIOLOGI
Etiologi pembentukan trigger point pada otot dan mekanisme
terjadinya gejala somatik masih belum dipahami
Nyeri myofascial dapat bersifat lokal atau regional, seperti pada leher, bahu,
punggung atas dan bawah, biasanya unilateral atau lebih berat di salah satu
sisi. Nyeri otot dapat menetap dengan variasi dari ringan hingga sangat
berat; biasanya tidak hilang dengan sendirinya. Ciri khas nyeri ini adalah
terdapatnya trigger point
MYOFASIAL TRIGGER POINTS
Trigger point berukuran kecil, gumpalan
keras, mungkin dapat terlihat atau terasa di
bawah kulit. Myofascial trigger points dapat
terjadi di otot-otot berbagai anggota tubuh
sebagai respons dari cedera atau kelebihan
beban otot. Terdapat hipotesis bahwa serat
otot yang cedera akan memendek (sehingga
terjadi peningkatan tegangan) akibat
pengeluaran berlebihan ion kalsium dari serat
yang rusak, atau sebagai respons terhadap
asetilkolin dalam jumlah besar dari motor end
plate. Nyeri tekan lokal atau menjalar terjadi
karena nosiseptor otot terstimulasi akibat
kurangnya oksigen dan peningkatan mediator
inflamasi di tempat cedera
Myofascial trigger points aktif akan
menimbulkan rasa nyeri, sehingga
mencegah pemanjangan otot maksimal,
melemahnya otot, memediasi respons
kedutan lokal bila distimulasi, dan
menyebabkan nyeri alih di area nyeri
yang bersangkutan. MTrPs laten
biasanya tidak bergejala, tidak
menimbulkan nyeri pada aktivitas
sehari-hari, tetapi nyeri apabila diberi
stimulasi eksternal, seperti dipalpasi, dan
dapat teraktivasi jika otot tegang, lelah,
atau cedera. Beberapa studi
menunjukkan bahwa 25-54% individu
asimptomatik mempunyai latent trigger
points.
Nyeri proses multidimensi meliputi
komponen sensorik dan persepsi,
mengaktivasi beberapa area pada sistem
saraf pusat dan perifer. Nyeri akibat
sekunder kerusakan jaringan menurunkan
pH serta mengeluarkan histamin dan
bradikinin lokal. Respons serabut C
ditingkatkan di perifer oleh serotonin,
prostaglandin, thromboxane, dan
leukotriene akibat hipoksia dan trauma
jaringan. Substansi P dikeluarkan di perifer
dan meningkatkan vasodilatasi perifer dan
sensitisasi serabut C. Serabut C kemudian
menyampaikan impuls menuju kornu
dorsalis medulla spinalis. Kondisi seperti ini
disebut sensitisasi perifer.
Sensitisasi sentral berarti
peningkatan respons neuron
nosiseptif pada sistem saraf pusat.
Baik sensitisasi sentral maupun
perifer dapat terjadi pada nyeri
kronik. Gejala yang persisten dapat
merupakan hasil sensitisasi perifer
terhadap nosiseptor dan juga
sensitisasi sentral untuk modulasi
dan modifikasi. Tanda sensitisasi
sentral dan perifer adalah alodinia
dan hiperalgesi
DIAGNOSIS Kriteria menurut Simons,
et al (1999)
(5) fibromyalgia.
Clinical Distinctions between Myofascial Pain Syndrome
and Fibromyalgia Syndrome
Clinical features of fibromyalgia versus myofascial pain
Pada sebuah uji coba klinis, klonazepam terbukti mempunyai efek antinosiseptif
untuk sindrom nyeri myofascial
NON-FARMAKOTERAPI
TATALAKSANA
ANTIINFLAMASI OAINS Diclofenac patch
PEREGANGAN
NARKOTIK OPIOID
TERAPI LASER anagetik
ULTRASOUND
DRY NEEDLING
Release Techniques:
Myofascial Release (Technique III)
Intermuscular mobilisation (Technique IV)
Stretching Techniques:
Therapeutic stretching (Technique V)
Self stretching (Technique VI)
Manual Trigger Point Therapy
Manual stretching of the taut band
in muscle fiber direction
(Technique II)
Manual Trigger Point Therapy
Myofascial Release
(Technique III)
Manual Trigger Point Therapy
Intermuscular mobilisation
(Technique IV)