Anda di halaman 1dari 59

Pertemuan Ke 3

Septian Sukma
Pertemuan ke tiga
Review pertemuan I dan II
Kelas NJOP+Cara Menghitung PBB
Dasar Penagihan dan Bagi Hasil PBB
Denda+Prosentase Bagi Hasil
BPHTB
Dasar Hukum,Objek dan subjek, NPOP,
NPOPTKP, Cara menghitung BPHTB,
Pembayaran, SKPKB, bagi hasil,
keberatan, banding, pengurangan
Review Pertemuan I
Kelas NJOP: untuk menghitung PBB
NJOP harus dimasukkan ke dalam
Kelas masing-masing
Cara menghitung PBB:
NJOP Total (dikelasnya) x 20% atau 40%
x 0,5%
Review Pertemuan II
Kewajiban mengisi SPOP dengan
Lengkap, Jelas, Benar,
ditandatangani
Keberatan diajukan Maksimal 3 bulan
setelah SPPT diterima, DJP harus
memberi keputusan maksimal 12
bulan
Pengurangan PBB dapat diberikan
untuk kondisi tertentu
PENAGIHAN PBB
Pasal 10, 11, 12, dan 13 UU No.12 Tahun 1985

Penagihan Aktif
Sesuai Denda bunga 2% sebulan,
Ketentuan SPPT
maximal 24 bulan
JT 6 bulan
S Belum lunas
P Tidak
tepat
O waktu SKP STP
P (denda 25%) (denda bunga ST 7 hari
PBB > 2% sebulan)
SPOP JT 1 bulan
Setelah JT JT 1 bulan SP 21 hari
Denda Administrasi belum lunas
SPMP
1 x 24 jam

Permintaan Lelang
Dasar penagihan : 10 hari
1. SPPT
2. SKP
Pelaksanaan Lelang
3. STP
Ibu Cinta Laura Menerima SPPT PBB Tahun
2006 dengan tanggal jatuh tempo pada tanggal
31 oktober 2006 dengan besar pajak terutang
Rp.500.000,- Berapa yang harus dibayar Ibu
Cinta Laura jika dibayar pada tanggal:

15 Juni 2006
7 Agustus 2006
10 Agustus 2006
8 Desember 2006
23 Februari 2007
6 Agustus 2008
5 Oktober 2008
PEMBAGIAN HASIL PBB
Pasal 18 UU No.12 Tahun 1985 jo PP No. 16 Tahun 2000
3,5 %
Insentif
10 %
Pemerintah Pusat
6,5 %
Dibagi rata

9%
Biaya
Petugas Bank Operasional Pemungutan
Pemungut V

Wajib Pajak 64,8 %


Daerah Kab/Kota

Tempat
Bank Persepsi
Pembayaran

16,2 %
Daerah Provinsi
BPHTB

BEA PEROLEHAN
HAK ATAS TANAH
DAN BANGUNAN
BPHTB
Dasar Hukum
OBJEK , Subjek
Dasar Pengenaan,NPOP Tidak Kena
Pajak
Tarif,Cara Menghitung
Penagihan, Bagi hasil
Keberatan, banding,
Pengurangan,restitusi
01 Januari 1998
2. Perppu No. 1/Tahun 1997, tentang
DASAR
penangguhan HUKUM
pemberlakuan UU BPHTB
BPHTB,
dengan adanya Krisis Ekonomi dan
Moneter maka pemberlakuan UU BPHTB
ditunda dan diberlakukan mulai 01 Juli
1998
3. UU No 1/Tahun 1998 tentang
penetapan Perppu No 1/Tahun 1997 Pusat
menjadi UU
4. UU No. 20/Tahun 2000, tentang
Perubahan UU BPHTB berlaku sejak 01
Januari 2001
5. UU No. 28/Tahun 2009, tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah berlaku
Daera
sejak 01 Januari 2011 h
6. Perda 02 Tahun 2011 tentang BPHTB
SUBJEK PAJAK (Pasal 86)
Orang pribadi atau badan yang
memperoleh hak atas tanah dan
atau bangunan

dikenakan kewajiban membayar pajak

Wajib Pajak
OBJEK PAJAK
Pasal 85

PEROLEHAN HAK
ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN

G Pemindahan Hak
A Pemberian Hak Baru
Jenis Perolehan Hak atas Tanah dan/atau
Bangunan
Pasal 85 ayat (2)

Pemindahan Hak, karena :


ujual beli; v tukar-menukar/tukar-tambah;
whibah (pemilik msh. Hidup);
x hibah wasiat (pemilik sdh meninggal) tdk ada hub. waris;
5. waris(pemilik sdh meningal) ada hub. waris;
zpemasukan dalam perseroan atau badan hukum lainnya;
{pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan;
|penunjukan pembeli dalam lelang;
}putusan hakim yang mempunyai kekuatan hukum tetap
10. penggabungan usaha 12. pemekaran usaha
11. peleburan usaha 13. hadiah.

Pemberian Hak Baru, karena :


kelanjutan pelepasan hak;
di luar pelepasan hak.
Perolehan hak karena
WARIS dan HIBAH WASIAT
Perolehan hak karena waris adalah perolehan
hak atas tanah dan atau bangunan oleh ahli
waris dari pewaris, yang berlaku setelah
pewaris meninggal dunia.

Perolehan hak karena hibah wasiat adalah


perolehan hak atas tanah dan atau bangunan
oleh orang pribadi atau badan dari pemberi
hibah wasiat, yang berlaku setelah pemberi
hibah wasiat meninggal dunia
Pemasukan dalam perseroan atau badan
hukum lainnya pengalihan hak atas tanah dan
atau bangunan dari OP atau badan kepada
Perseroan Terbatas atau badan hukum lainnya
sebagai penyertaan modal pada Perseroan Terbatas
atau badan hukum lainnya tersebut.

Pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan


pemindahan sebagian hak bersama atas tanah
dan atau bangunan oleh OP atau badan kepada
sesama pemegang hak bersama.

Penunjukan pembeli dalam lelang penetapan


pemenang lelang oleh pejabat lelang sebagaimana
yang tercantum dalam Risalah Lelang.
Sebagai pelaksanaan dari putusan hakim yang telah
mempunyai kekuatan hukum yang tetap, terjadi
peralihan hak dari OP atau badan hukum sebagai salah satu
pihak kepada pihak yang ditentukan dalam putusan hakim
tersebut.

Penggabungan usaha (merger) Penggabungan dari dua


atau lebih badan usaha dengan cara tetap mempertahankan
berdirinya salah satu badan usaha dan melikuidasi badan
usaha lainnya yang menggabung

Peleburan usaha Penggabungan dari dua atau lebih


badan usaha dengan cara mendirikan badan usaha baru dan
melikuidasi badan-badan usaha yang bergabung tersebut

Pemekaran usaha Pemisahan suatu badan usaha menjadi


dua badan usaha atau lebih dengan cara mendirikan badan
usaha baru dan mengalihkan sebagian aktiva dan pasiva
kepada badan usaha baru tersebut yang dilakukan tanpa
melikuidasi badan usaha yang lama.
Hadiah Suatu perbuatan hukum berupa
penyerahan hak atas tanah dan atau
bangunan yang dilakukan oleh OP atau
badan hukum kepada penerima hadiah
Pemberi hak baru karena kelanjutan
pelepasan hak pemberian hak baru
kepada orang pribadi atau badan hukum
dari Negara atas tanah yang berasal dari
pelepasan hak.
Pemberian hak baru di luar pelepasan
hak Pemberian hak baru atas tanah
kepada orang pribadi atau badan hukum
dari Negara atau dari pemegang hak milik
menurut peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Jenis hak-hak atas tanah
Pasal 85 ayat (3)

hak milik
hak guna usaha Diatur dlm UUPA
hak guna bangunan (UU No. 5 / 1960)
hak pakai

hak milik atas Diatur dalam


UU Rumah Susun
satuan rumah susun (UU No. 16 / 1985)
hak pengelolaan
Diatur dlm PP No.
8 Tahun 1953
Hak milik hak turun temurun, terkuat,
dan terpenuh yang dapat dipunyai OP atau
badan-badan hukum tertentu yang
ditetapkan oleh Pemerintah.
Hak guna usaha hak untuk
mengusahakan tanah yang dikuasai
langsung oleh Negara dalam jangka waktu
sebagaimana yang ditentukan oleh
perundang-undangan yang berlaku.
Hak guna bangunan Hak untuk
mendirikan dan mempunyai bangunan-
bangunan atas tanah yang bukan miliknya
sendiri dengan jangka waktu yang
ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor
5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
Hak pakai Hak untuk menggunakan dan atau
memungut hasil dari tanah yang dikuasai langsung
oleh Negara atau tanah milik orang lain yang
memberi wewenang dan kewajiban ditentukan
dalam keputusan pemberiannya oleh pejabat yang
berwenang memberikannya atau dalam perjajian
dengan pemilik tanahnya,
Hak milik atas satuan rumah susun hak milik
atas satuan yang bersifat perseorangan dan
terpisah.Hak milik atas satuan rumah susun
meliputi juga hak atas bagian bersama,benda
bersama, dan tanah bersama yang semuanya
merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan
dengan satuan yang bersangkutan.
Hak pengelolaan Hak menguasai dari negara
yang kewenangan pelaksanaannya sebagian
dilimpahkan kepada pemegang haknya, antara lain,
berupa perencnaan peruntukan dan penggunaan
tanah, penggunaan tanah untuk keperluan
pelaksanaan tugasnya, penyerahan bagian-bagian
dari tanah tersebut kepada pihak ketiga dan atau
bekerja sama dengan pihak ketiga
Objek Pajak
yang tidak dikenakan BPHTB
Pasal 85 ayat (4)

Objek Pajak yang diperoleh :


perwakilan diplomatik (asas timbal balik)
Negara untuk kepentingan umum
badan / perwakilan organisasi internasional
orang pribadi/badan karena konversi hak / perbuatan
hukum lain tanpa perubahan nama
karena wakaf
untuk kepentingan ibadah
TARIF PAJAK
Pasal 88

Untuk kesederhanaan dan kemudahan


penghitungan pajak

Maksimal

5%
Pasal 87 :

Dasar pengenaan pajak adalah :


Nilai Perolehan Objek Pajak .
DASAR PENGENAAN dan SAAT PAJAK TERUTANG
(Pasal 87 dan 90)
Dasar Pengenaan BPHTB adalah Nilai Perolehan Obyek Pajak (NPOP)
TRANSAKSI PEROLEHAN NPOP (Pasal 87) SAAT TERUTANG (Pasal
90)
a. Jual beli Harga transaksi Dibuat & ditandatangi akta

b. Tukar menukar Nilai pasar Dibuat & ditandatangi akta

c. Hibah Nilai pasar Dibuat & ditandatangi akta

d. Hibah Wasiat Nilai pasar Dibuat & ditandatangi akta

e. Waris Nilai pasar Mendaftarkan hak ke BPN

f. Pemasukan dlm perseroan Nilai pasar Dibuat & ditandatangi akta

g. Pemisahan Nilai pasar Dibuat & ditandatangi akta

h. Putusan hakim Nilai pasar Put yg berkekuatan hkm ttp

i. Hak baru dari kelanjutan Nilai pasar Tgl diterbitkan SK


hak
j. Hak baru diluar pelep. Hak Nilai pasar Tgl diterbitkan SK

k. Penggabungan usaha Nilai pasar Dibuat & ditandatangi akta

l. Peleburan usaha Nilai pasar Dibuat & ditandatangi akta

m. Pemekaran usaha Nilai pasar Dibuat & ditandatangi akta

n. Hadiah Nilai pasar Dibuat & ditandatangi akta

o. Penunjukan hasil lelang Risalah Lelang Penunjukan pemenang


DASAR PENGENAAN
Pasal 87 ayat (2)

Nilai Perolehan Objek


Pajak
(NPOP)
Apabila harga transaksi
atau nilai pasar tidak
diketahui atau lebih rendah
Harga
Transaksi Nilai Pasar dari NJOP PBB

- jual beli - Tukar-menukar NJOP PBB


- penunjukan pembeli -Hibah
-Pemberian hak baru
lelang(risalahlelang)
-Hibah wasiat
-Waris , dll
Pasal 87 ayat (3) :

Apabila NPOP sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)


huruf a sampai dengan n tidak diketahui atau lebih
rendah daripada NJOP yang digunakan dalam
pengenaan PBB pada tahun terjadinya perolehan ,
dasar pengenaan pajak yang dipakai adalah NJOP PBB.

NPOP = Rp 70.000.000,00
NJOP = Rp 75.000.000,00
Mana yang dipakai
Sebagai dasar
pengenaan ?

taofik-inc.2006
NPOPTKP (Pasal 87 ayat 4-5)
Ditetapkan oleh Pemda setempat

Paling rendah Rp300.000.000,00


Dalam hal perolehan hak karena waris atau
hibah wasiat yang diterima orang pribadi yang
masih dalam hubungan keluarga sedarah
dalam garis keturunan lurus satu derajatke
atas atau satu derajat ke bawah dengan
pemberi hibah wasiat, termasuk suami/istri.

Besarnya Paling rendah Rp60.000.000,00


ditetapkan Dalam hal lainnya
Pemda setempat

NPOPTKP ditetapkan oleh Pemda setempat


Ditetapkan melalui peraturan Bupati atau Walikota

27
Cara menghitung BPHTB

BPHTB: (NPOP-NPOPTKP)xtarif
Latihan

1. Tuan Syahrono membeli properti


di Bandung dengan luas tanah
300m2 dan bangunan 200m2, nilai
NJOP di SPPT untuk tanah adalah
0082 dan bangunan adalah 0010,
nilai transaksi untuk prorti tersebut
adalah 900juta. Berapakah BPHTB
yang harus dibayar?
PembayaranPasal 1 ayat 52 dan pasal 90 ayat (2) :

Pajak yang terutang harus dilunasi pada saat


terjadinya perolehan hak dengan bukti pembayaran
atau penyetoran pajak yang telah dilakukan
menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan
cara lain ke kas daerah melalui tempat pembayaran
yang ditunjuk oleh Kepala Daerah dengan Surat
Setoran Pajak Daerah (SSPD).

SSPD
SURAT SETORAN PAJAK DAERAH
BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN Lembar 1
( SSPD-BPHTB ) Untuk Wajib Pajak

BERFUNGSI SEBAGAI SURAT PEMBERITAHUAN OBJEK PAJAK


Logo Pemerintah Daerah
PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (SPOP PBB)
DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN & ASET DAERAH: ______________________________________________________________________________________
PERHATIAN: Bacalah petunjuk pengisian pada halaman belakang lembar ini terlebih dahulu.

A. 1. Nama Wajib Pajak:


2. NPWP:

3. Alamat Wajib Pajak:

4. Kelurahan/Desa: 5. RT/RW: 6.Kecamatan:


7. Kabupaten/Kota: 8. Kode Pos:

B. 1. Nomor Objek Pajak (NOP) PBB:

2. Letak tanah dan atau bangunan:

3. Kelurahan/Desa: 4. RT/RW:

5. Kecamatan: 6. Kabupaten/Kota:

Penghitungan NJOP PBB:


Luas NJOP PBB / m2
Uraian ( Diisi luas tanah dan atau bangunan yang ( Diisi berdasarkan SPPT PBB tahun terjadinya Luas x NJOP PBB / m2
haknya diperoleh ) perolehan hak / Tahun ... )
...
Tanah ( bumi ) 7 m2 9 Rp 11 Rp
... .... angka 7 x angka 9

Bangunan 8 m2 10 Rp 12 Rp
... ... ....... angka 8 x angka 10

NJOP PBB: 13 Rp
....... angka 11 + angka 12

15. Jenis perolehan hak atas tanah dan atau bangunan: 14. Harga transaksi / Nilai pasar: Rp

16. Nomor Sertifikat :

C. AKUMULASI NILAI PEROLEHAN HAK SEBELUMNYA Rp

D. PENGHITUNGAN BPHTB ( Hanya diisi berdasarkan penghitungan Wajib Pajak )


Ketentuan Pasca Penelitian SSB

Terhadap SSB yang telah diteliti masih


dapat diterbitkan:

a. SKPDKB apabila berdasarkan


pemeriksaan atau keterangan lain
ternyata jumlah pajak terutang kurang
atau tidak bayar.
b. SKPDKBT apabila ditemukan data baru
dan/atau data yang semula belum
terungkap yang menyebabkan
bertambahnya jumlah pajak yang
terutang setelah diterbitkan SKPDKB.
c. STPD apabila surat untuk melakukan
tagihan pajak dan/atau sanksi
administratif berupa bunga dan/atau
denda.
Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar
( SKPDKB )
Pasal 97 ayat 1 huruf a angka 1 & 2
Dalam jk. Waktu 5 tahun
berdasarkan hasil
pemeriksaan/keterangan
lain.

SKPD
KB

Dasar
penagihan
pajak (Pasal 97
Kurang / + bunga 2% / bln. ayat 1)
tidak maks. 24 bln
dibayar sejak saat pajak
FISKUS WAJIB
terutang s/d PAJAK
diterbitkanSKPDKB
Contoh jumlah kekurangan pajak yang
terutang kurang bayar
Pasal 97 Ayat (1) UU PDRD-BPHTB
Wajib Pajak memperoleh tanah dan
bangunan pada tanggal 29 Januari 2011 ;

NPOP Rp 100.000.000,00
NPOPTKP Rp 60.000.000,00
NPOP kena Pajak Rp 40.000.000,00

Pajak yang terutang =


5% X Rp 40.000.000,00 = Rp 2.000.000,00
Berdasarkan Pemeriksaan yang dilakukan pada tgl 28 Pebruari 2011,
ternyata ditemukan data yang belum lengkap yang menunjukkan bahwa
NPOP sebenarnya
adalah Rp 150.000.000,00, maka pajak yang seharusnya terutang adalah
sebagai berikut :

NPOP Rp 150.000.000,00
NPOPTKP Rp 60.000.000,00

NPOP kena pajak Rp 90.000.000,00

Berapakah BPHTB kurang bayarnya?

Pajak yg seharusnya terutang = 5% X Rp 90.000.000,00 = Rp 4.500.000,00


Pajak yg telah dibayar Rp 2.000.000,00
Pajak yang kurang bayar Rp 2.500.000,00

Sanksi Administrasi berupa BUNGA dr 29 Januari 2011 s/d 28 Peb 2011 =


= 1 X 2% X Rp 2.500.000,00 = Rp 50.000,00
Jumlah pajak yang hrs dibayar =
Rp 2.500.000,00 + Rp 50.000,00 = Rp 2.550.000,00
Surat Ketetapan Pajak Daerah
Kurang Bayar Tambahan ( SKPDKBT )
Pasal 97 ayat 1 angka b
Dalam jk. waktu + kenaikan 100%
5 tahun kecuali WP melapor
berdasarkan hasil sebelum
pemeriksaan pemeriksaan

SKPD SKPD
KBT KBT

Dasar
penagihan
(Pasal 97)

NOVUM WAJIB
FISKUS PAJAK
data baru bahwa NPOP sbgmn tersebut dalam penjelasan Pasal 97 ayat (3)
ternyata adalah
Contoh Perhitungan Pasal 97 Ayat (3)
Rp 230.000.000,00, maka pajak yg seharusnya terutang :

NPOP Rp 230.000.000,00
NPOP TKP Rp 60.000.000,00
NPOP kena Pajak Rp 170.000.000,00

Pajak yg seharusnya terutang =


5% X Rp 170.000.000,00 = Rp
8.500.000,00
Pajak yg telah dibayar = Rp
4.500.000,00
Pajak yg kurang dibayar = Rp
4.000.000,00

Sanksi Admninistrasi berupa kenaikan =

100% X Rp 4. 000.000,00 = Rp
4.000.000,00

Jumlah yang harus dibayar = Rp 4.000.000,00 + Rp 4.000.000,00 = Rp


8.000.000,00
Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD)
Pasal 100
Menagih pajak yang tidak/
kurang dibayar
+ bunga 2%/
Bulan, maks
15 bln sejak
Saat terhu-
Menagih pajak yang kurang tang pajak
dibayar karena salah tulis/
STPD Hitung pada SSPD

Menagih sanksi adminis-


trasi berupa bunga dan/
Atau denda
TATA CARA PENAGIHAN
BPHTB
Apabila : ( Ps. 100 )

1. Pajak terutang tidak/kurang dibayar


2. Dari pemeriksaan, SSPD kurang
bayar
3. WP kena Sanksi administrasi berupa
denda/bunga
Pemda menerbitkan Surat
Tagihan Pajak Daerah (STPD)
ditambah sanksi Bunga 2%/bln
maksimum 15 bulan
TATA CARA PENAGIHAN
BPHTB
Dasar Penagihan BPHTB :
SKPDKB, SKPDKBT, STPD, SK
Pembetulan, SK Pengurangan, SK
Keberatan, Putusan Banding yg
menyebabkan pajak bertambah
Harus dilunasi dalam waktu 1 (satu)
bulan sejak diterbitkan, lewat waktu
dapat ditagih dengan Surat Paksa
KEBERATAN
Ps.103 UU PDRD - BPHTB

SKPDKBT

SKPDLB
SKPDKB
SKPD
N
KEPUTUSAN
- Ditolak
- Diterima
a. maks 3 - Menambah
bln sejak maks (Pasal 104)
tanggal 12 bln
surat

b. membayar
WAJIB PAJAK paling Pemerintah Daerah
sedikit
sejumlah
yang telah
Banding Pengadilan Pajak: Putusan 12 bln
-Tolak
-Diterima sel/sebag

Pasal
Surat
105 -Tambah
-Tdk dpt diterima
-Pembetulan
-dan/ Batal
Keputusan maks. 3 bln sejak
Hal khusus, perpanjang 3 bln:
SK Keberatan
-Pembuktian rumit
-Waktu lama panggil saksi

Keberatan Diterima

Banding

PENGADILAN
WAJIB PAJAK PAJAK
(Menolak)

Apabila SK Keberatan menambah


jumlah pajak terutang

WAJIB PAJAK
(Menerima) PEMBAYARAN
Bank TP
BAGIAN KEEMPAT
Pasal 103 s.d 106 UU PDRD - BPHTB
Tentang Prosedur
Penanganan Banding
dan BPHTB.
Pasal 106 ayat 1 dan 2 :
Apabila pengajuan keberatan atau permohonan
banding dikabulkan sebagian atau seluruhnya,
kelebihan pembayaran pajak dikembalikan dengan
ditambah imbalan bunga sebesar 2 % (dua persen)
sebulan untuk jangka waktu paling lama 24 bulan
dihitung sejak tanggal pembayaran yang
menyebabkan kelebihan pembayaran
pajak sampai dengan diterbitkannya
SKPDLB.
PENGURANGAN
Pasal 107 UU PDRD - BPHTB

Atas permohonan WP,


pengurangan pajak dapat
diberikan karena :

Kondisi tertentu WP yang ada


hubungannya dengan OP
Penjelasan Pasal 107 ayat (2e) :
KONDISI TERTENTU Wajib Pajak yang
ada hubungannya dengan objek pajak, antara lain
Yang dimaksud dengan kondisi tertentu objek pajak,
antara
lain, lahan pertanian yang sangat terbatas, bangunan
ditempati sendiri yang dikuasai atau dimiliki oleh
golongan Wajib Pajak tertentu.
A. Kondisi tertentu WP yg ada hubnya dg OP misal :
1.WP pribadi memperoleh hak baru melalui
program Pemerintah di bid .Pertanahan
2.WP pribadi menerima hibah dr keluarga sedarah
satu derajat keatas/kebawah
3. WP Badan memperoleh hak baru selain Hak
Pengelolaan
4. WP Pribadi memperoleh Hak atas tanah dan atau
bangunan RS/RSS
Kondisi WP yg ada hubnya dg sebab2 tertentu mis:
WP memperoleh Hak dari hasil pembelian uang
ganti rugi yg nilainya dibawah NJOP PBB
WP memperoleh Hak atas tanah sbg penggantian
dr tanah yg dibebaskan pemerintah utk kepent.
umum
WP Badan terkena dampak krisis ekonomi sehing
ga hrs melakukan restrukturisasi usaha / utang
usaha
RESTITUSI BPHTB

Sebab-sebab Restitusi :
1. Pajak dibayar > pajak terutang :
a. Permohonan pengurangan dikabulkan
b. Permohonan keberatan dikabulkan
c. Permohonan banding dikabulkan
d. Perobahan peraturan
2. Pajak dibayar yg seharusnya tdk terutang
Pemerintah Daerah setelah melakukan Pemeriksaan
kemudian menerbitkan :

a. SKPDLB apabila jumlah pajak yang


dibayar ternyata lebih besar daripada
jumlah pajak yang terutang atau dilakukan
pembayaran pajak yang tidak seharusnya
terutang ;

b. SKPDN apabila jumlah pajak yang dibayar


sama dengan jumlah pajak yang terutang

Terbit
SKPDLB / SKPDN

taofik-inc.2006
IMBALAN BUNGA BPHTB
(pasal 106 ayat 1 dan 2)
Diberikan dalam hal :
1. Kelebihan pembayaran BPHTB krn pengajuan
keberatan atau permohonan banding
dikabulkan Bunga 2%/bln maks.24 bln sejak
bulan pelunasan sampai dengan SKPDLB
2. Keterlambatan pengembalian kelebihan
pembayaran BPHTB bunga 2%/bln sejak
bulan pelunasan sampai dengan SKPDLB
Ketentuan Bagi Pejabat
Pasal 91
Syarat :

Bukti
Pem-
bayaran
BPHTB
PPAT/Notaris/Pejabat Lelang - Penandatanganan Akta/
Kakan Pertanahan Kab/Kota Risalah Lelang
- Pendaftaran
hak/peralihan hak

Sanksi (Pasal 93):


PPAT/Notaris/Pejabat lelang = Denda Rp 7,5 j
Kakan Pertanahan Kab/Kota = PP 30/1980
Pasal 92 :
Kewajiban Melapor Bagi Pejabat
PPAT/Notaris/
Ka.KLN

Pembuatan Akta / Batas waktu Pelaporan


Kpd. Pemda setempat
Risalah Lelang
Tgl 10 bulan berikutnya
Tgl 10 bulan berikutnya

Lewat waktu, Sanksi Administrasi dan denda sebesar


Rp 250.000,00 untuk setiap laporan .
anksi bagi Pejabat (Pasal 93) :
PPAT/Notaris dan Pejabat Lelang yang melanggar
Pasal 91 ayat (1) dan (2) , dikenakan sanksi Rp
7.500.000.

PPAT / Notaris yang melanggar Pasal 92 ayat (1),


dikenakan
sanksi Rp 250.000,00 untuk setiap laporan

Pejabat yang berwenang menandatangani dan


menerbitkan
SK pemberian hak yang melanggar Pasal 91 ayat (3),
dikenakan sanksi menurut peraturan perundang-
undangan yang berlaku
Pasal 185
Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal
1 Januari 2011.

Undang-undang Nomor 28
Tahun 2009 Tentang PDRD

LEMBARAN NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
TAHUN 2009 NOMOR 130

taofik-inc.2006 55
Kewajiban Ber NPWP dalam proses
BPHTB

Sebagai upaya meningkatkan peran serta


masyarakat dalam kewajiban perpajakan
maka salah satu upaya yang dilakukan
adalah melalui transaksi jual beli properti
Monitoring setiap pemenuhan kewajiban
perpajakan yang dipantau melalui
mekanisme pencantuman NPWP
Sesuai dengan UU KUP pasal 2
maka fungsi NPWP:
Untuk mengetahui identitas Wajib Pajak.

Untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan dalam


pengawas administrasi perpajakan.

Untuk keperluan yang berhubungan dengan dokumen


perpajakan, sehingga semua yang berhubungan dengan
dokumen perpajakan harus mencantumkan NPWP.

Untuk memenuhi kewajiban-kewajiban perpajakan misalnya


dalam Surat Setoran Pajak (SSP)

Untuk mendapatkan pelayanan dari instansi-instansi tertentu


yang mewajibkan mencantumkan NPWP dalam dokumen-
dokumen yang diajukan. Misal : - Dokumen Import (PPUD/ PIUD)
- Dokumen Eksport (PEB) - Dan lain-lain. - Untuk keperluan
pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) masa atau tahunan.
Dasar hukum kewajiban ber NPWP
dalam transaksi properti

Dasar hukumnya Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-35/PJ/2008


tanggal 9 September 2008 tentang Kewajiban Pemilikan NPWP
Dalam Rangka Pengalihan Hak Atas Tanah/Bangunan.

Dalam transaksi, penjual yang akan dikenakan Pajak Penghasilan


Final Pasal 4 ayat (2) dan pembeli yang akan dikenakan BPHTB
inilah yang akan menjadi sasaran ekstensifikasi NPWP di mana
diwajibkan bagi pembeli untuk mencantumkan NPWP dalam
Surat Setoran BPHTB (SSB) dan diwajibkan juga bagi penjual
untuk mencantumkan NPWP dalam Surat Setoran Pajak (SSP).
Hal ini berarti bahwa baik penjual maupun pembeli wajib memiliki
NPWP.

Pengecualian yaitu :
Bagi pembeli, tidak wajib mencantumkan NPWP jika NJOP atau NPOP
di bawah Rp60.000.000,-
Bagi penjual, tidak wajib mencantumkan NPWP jika PPh Final
terutangnya di bawah Rp3.000.000,-.
MATRIK PERBANDINGAN BPHTB
UU BPHTB UU PDRD
Orang pribadi atau badan yang memperoleh hak
Sama
Subjek atas tanah dan atau bangunan
(Pasal 86 Ayat 1)
(Pasal 4)

Perolehan hak atas tanah dan atau bangunan Sama


Objek (Pasal 2 Ayat 1) (Pasal 85 ayat 1)
Sebesar 5% Paling Tinggi 5%
Tarif (Pasal 5) (Pasal 88 ayat 1)
Paling banyak Rp300 Juta untuk Waris dan Hibah Paling rendah Rp300 Juta untuk Waris
Wasiat dan Hibah Wasiat
(Pasal 7 ayat 1) (Pasal 87 Ayat 5)
NPOPTKP
Paling banyak Rp60 Juta untuk Selain Waris dan Paling rendah Rp60 Juta untuk Selain
Hibah Wasiat Waris dan Hibah Wasiat
(Pasal 7 Ayat 1) (Pasal 87 Ayat 4)

BPHTB 5% x (NPOP NPOPTKP) 5% (Maksimal) x (NPOP-NPOPTKP)


Terutang (Pasal 8) (Pasal 89)

DJP masih melaksanakan BPHTB untuk TA 2010, selanjutnya mulai tahun 2011
BPHTB menjadi tanggung jawab Kab/Kota. (Pasal 182 Ayat 2, UU nomor 28/2009)

Anda mungkin juga menyukai