PENYALAHGUNAAN NAPZA
MASA MENULAR
WINDOW
PERIOD
HIV (+) AIDS
2-24 5 10 TAHUN 2-3 tahun
minggu
infeksi
PENULAR
PAKAIAN
GIGITAN SERANGGA
MELALUI KOLAM RENANG
TOILET/ FASILITAS UMUM
PENCEGAHAN !!
HUBUNGAN SEKSUAL SESUAI
DENGAN TUNTUNAN AGAMA
HINDARI PEMAKAIAN JARUM
SUNTIK, TATO DAN AKUPUNKTUR
YANG TAK STERIL
SELEKSI DARAH DAN INDIKASI
TRANSFUSI DAN CANGKOK
ORGAN TUBUH
PENCEGAHAN !!
PASANGAN PENGIDAP HIV HARUS
MENGGUNAKAN PELINDUNG
HINDARI KEHAMILAN PADA IBU HIV.
HINDARI PEMAKAIAN PISAU CUKUR,
GUNTING KUKU, SIKAT GIGI DAN
LAIN-LAIN ALAT TAJAM MILIK
PENDERITA HIV
CARA PENCEGAHAN HIV/AIDS
Abstinensia : tidak berhubungan sex
diluar nikah
Be Faithfull : Setia pada pasangan
Condom : Selalu pakai pelindung bila
berhubungan seks dengan orang
risiko tinggi
Drug : Tidak menggunakan
obat-obatan dan napza (terutama
suntikan)
Equipment : Memakai alat yang steril
dan tidak bergantian
Material genetik virus HIV
adalah RNA (asam
ribonukleat).Untuk
Daur Hidup Virus tumbuh, materi genetik ini
perlu diubah menjadi DNA
(asam deoksiribonukleat),
diintegrasikan ke dalam
DNA inang, dan
selanjutnya mengalami
proses yang akhirnya akan
menghasilkan protein.
Protein-protein yang
dihasilkan kemudian akan
membentuk virus-virus
baru.
Pengobatan
Meliputi aspek Medis Klinis ,Psikologis dan Aspek Sosial.
Aspek Medis meliputi :
1. Pengobatan Suportif.
Memperbaiki daya tahan tubuh & meningkatkan
kualitas hidup
3. Pengobatan Antiretroviral.
Terapi anti-HIV yang dianjurkan saat ini adalah
HAART (Highly Active Antiretroviral Therapy), yang
menggunakan kombinasi minimal tiga obat
antiretroviral(ARV). Terapi ini terbukti efektif dalam
menekan replikasi virus (viral load)
NAPZA
Narkoba atau NAPZA adalah bahan /
zat yang dapat mempengaruhi kondisi
kejiwaan / psikologi seseorang ( pikiran,
perasaan dan perilaku ) serta dapat
menimbulkan ketergantungan fisik dan
psikologi.
Yang termasuk dalam NAPZA adalah :
Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif
lainnya.
NARKOTIKA : UU RI No 22 / 1997,
1. Golongan I :
Narkotika yang hanya dapat digunakan
untuk tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan dan tidak digunakan dalam
terapi, serta mempunyai potensi sangat
tinggi mengakibatkan ketergantungan.
Contoh : Heroin, Kokain, Ganja.
2. Golongan II :
Narkotika yang berkhasiat pengobatan,
digunakan sebagai pilihan terakhir dan
dapat digunakan dalam terapi dan / atau
untuk tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi
tinggi mengakibatkan ketergantungan.
Contoh : Morfin, Petidin.
Golongan III :
Narkotika yang berkhasiat pengobatan
dan banyak digunakan dalam terapi dan /
atau tujuan pengebangan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi
ringan mengakibatkan ketergantungan.
Contoh : Codein.
PSIKOTROPIKA : UU No.5 tahun 1997
Golongan IV :
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan
dan sangat luas digunakan dalam terapi
dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan
serta mempunyai potensi ringan
mengakibatkan sindroma ketergantungan.
Contoh : Diazepam, Nitrazepam
ZAT ADIKTIF LAINNYA :
Golongan Depresan
( Downer ).
Adalah jenis NAPZA yang berfungsi mengurangi
aktifitas fungsional tubuh. Jenis ini membuat
pemakainya menjadi tenang dan bahkan membuat
tertidur bahkan tak sadarkan diri.
Contohnya:
Opioda (Morfin, Heroin, Codein), sedative
(penenang), Hipnotik (obat tidur) dan Tranquilizer
(anti cemas ).
Golongan Stimulan
( Upper ). Adalah jenis NAPZA
yang merangsang fungsi tubuh dan
meningkatkan kegairahan kerja. Jenis ini
membuat pemakainnya menjadi aktif, segar
dan bersemangat.
Contoh:
Amphetamine (Shabu, Ekstasi), Kokain.
Golongan
Halusinogen.
Adalah jenis NAPZA yang dapat
menimbulkan efek halusinasi yang bersifat
merubah perasaan, pikiran dan seringkali
menciptakan daya pandang yang berbeda
sehingga seluruh perasaan dapat
terganggu.
Contoh: Kanabis ( ganja ).
Penyalahgunaan adalah : penggunaan salah
satu atau beberapa jenis NAPZA secara berkala
atau teratur diluar indikasi medis, sehingga
menimbulkan gangguan kesehatan fisik, psikis
dan gangguan fungsi sosial.
Ketergantungan adalah : keadaan dimana
telah terjadi ketergantungan fisik dan psikis,
sehingga tubuh memerlukan jumlah NAPZA
yang makin bertambah ( toleransi ), apabila
pemakaiannya dikurangi atau diberhentikan
akan timbul gejala putus obat ( withdrawal
symptom ).
GEJALA KLINIS PENYALAHGUNAAN NAPZA :
1. Perubahan Fisik :
- Pada saat menggunakan NAPZA : jalan sempoyongan,
bicara pelo ( cadel ), apatis ( acuh tak acuh ),
mengantuk, agresif.
- Bila terjadi kelebihan dosis ( Overdosis ) : nafas sesak,
denyut jantung dan nadi lambat, kulit teraba dingin,
bahkan meninggal.
- Saat sedang ketagihan ( Sakau ) : mata merah, hidung
berair, menguap terus, diare, rasa sakit seluruh tubuh,
malas mandi, kejang, kesadaran menurun.
- Pengaruh jangka panjang : penampilan tidak sehat, tidak
perduli terhadap kesehatan dan kebersihan, gigi
keropos, bekas suntikan pada lengan.
2. Perubahan sikap dan perilaku :