Oleh
Levana Kasumadewi, dr
NIM. S601602005
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS
PULMONOLOGI DAN KEDOKTERAN RESPIRASI
FK UNS / RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA
2017
1
Difusi, Reaksi Kimia dan Kapasitas Difusi
2
Difusi
C=.P
C = Konsentrasi
P = Tekanan parsial gas
= Solubilitas
3
Pengaruh sifat - sifat fisik
5
Luas area permukaan
membran
Perbedaan tekanan
Perbedaan koefisien
Kecepatan difusi
difusi
Koefisien solubilitas gas
di alveolus dan di
kapiler darah
Ketebalan
Kecepatan difusi
membran
6
Lanjutan
Koefisien difusi Oksigen (BM 32) lebih besar
dibandingkan CO2 (BM 44) di alveolus
Namun
Solubilitas CO2 di air (dimana air merupakan
komponen utama jaringan yang menyusun membran)
lebih besar daripada solubilitas O2 di air
7
Lanjutan.
Kecepatan difusi dipengaruhi oleh viskositas medium
dimana difusi berlangsung.
Kecuali eritrosit
Konsentrasi haemoglobin yang besar didalam eritrosit
menyebabkan viskositas sel secara substansial lebih
besar daripada air.
8
Efek Perbedaan Kapasitas
KAPASITAS ADALAH HUBUNGAN ANTARA KONSENTRASI
GAS DENGAN TEKANAN PARSIALNYA.
9
Lanjutan.
10
REAKSI KIMIA GAS
11
1. Oksigen dan Karbon Monoksida
12
Lanjutan.
Molekul hemoglobin besar dan dapat meningkatkan kekentalan
nya dalam sel darah merah
15
Lanjutan.
Ion bikarbonat berkombinasi dengan ion hidrogen
membentuk asam karbonat (H2CO3).
Pemecahan alami asam karbonat menjadi CO2 dan air
merupakan proses yang lambat karena membutuhkan
waktu 60-90 detik. Bagaimanapun reaksi ini dikatalisasi
di dalam sel darah merah lebih cepat sekitar 15.000 kali
oleh enzin karbonat anhidrase (CA) di dalam sel darah
merah.
16
Lanjutan.
Di sel darah merah pembentukan CO2 terlarut yang dibantu
dengan katalisasi secara cepat (0,1 detik) menguras
konsentrasi bikarbonat intraseluler dan produksi CO2
melambat.
Reaksi carbamate sekitar 0,2 sampai 0,3 detik, tetapi tidak bisa
terjadi sampai hemoglobin dioksigenasi. Proses oksigenasi
lebih lanjut menunda konversi carbamate menjadi CO2
terlarut.
17
2. karbondioksida
Gambar 16-1. Laju eksrkresi asetilen (kurva biru) dan CO2 (kurva merah) setelah dua
pasang injeksi ke dalam areteri pulmonalis pada satu paru yang telah diberi penyangga.
Perubahan volume dinormalisasi agar dapat dibandingkan. Panel atas: Ekskresi asetilen dan
CO2 sama lajunya setelah injeksi CO2 atau asetilen yang mengandung penyangga.
Perbedaan rerata waktu transit CO2 dan aseitlen 0.027 detik pada injeksi pertama dan
+0.022 detik pada injeksi kedua 18
Lanjutan.
19
Sumber CO2 yang Diekskresikan oleh paru
20
SLanjutan
Bikarbonat yang ditransportasikan dalam plasma lebih besar
dibanding oleh sel darah merah, karena :
1. Volume plasma sebesar 55% sedangkan eritrosit hanya
45% dari total volume darah.
2. Bikarbonat hanya terdapat pada volume cair (kandungan
air plasma (95%) lebih besar dari pada kandungan
eritrosit (72%)
3. Distribusi anion Donnan menembus membran eritrosit,
konsentrasi bikarbonat didalam sel darah merah hanya 63%
dari konsentrasi plasma.
21
Sumber karbon dioksida dieksresikan selama darah mengalir dalam paru pada orang yang sedang
beristirahat. Diagram tersebut mengindikasikan kuantitas dari sumber CO2 dari sel darah merah
(merah) dan plasma (kuning). Bikarbonat berkontribusi pada mayoritas CO2 yang diekspirasikan.
Sesuai dengan gambar, mayoritas bikarbonat yang masuk ke dalam plasma dan bertukar dengan
klorida untuk mencapai kapasitas penyangga carbonic anhydrase dan hemoglobin dalam sel
darah merah
22
Lanjutan
24
Kapasitas Difusi
Kapasitas difusi paru (DL) memberikan perkiraan laju transfer
gas dari alveoli ke pembuluh darah kapiler.
25
Kapasitas Difusi Oksigen (DLO2)
Keterangan :
26
Kapasitas Difusi Karbon Monoksida (DLCO)
27
Lanjutan..
28
Kapasitas Difusi Nitrit Oksida
(DLNO)
29
Kapasitas Difusi Nitrit Oksida
(DLNO)
31
Single Breath
32
Kapasitas difusi single breath dihitung dengan rumus:
Single Breath
33
VA dihitung dari dilusi helium dan volume yang diinspirasi :
Single Breath
34
Lanjutan.
Fraksi alveoli He dan fraksi alveoli CO akhir didapatkan
dengan mengukur konsentrasi CO dan HE pada sampel gas
yang diekspirasi.
36
Pengukuran Dm dan Vc
37
Lanjutan..
38
Lanjutan..
Perhitungan volume darah kapiler paru (Vc) dari
pengukuran DLCO bergantung pada nilai CO yang
dipilih untuk penghitungan.
39
Lanjutan.
40
Lanjutan
41
Lanjutan
42
Faktor-faktor yang Memengaruhi Kapasitas
Difusi
45
Lanjutan.
46
2. Tekanan Parsial pada Oksigen Alveolus
47
Lanjutan.
Kondisi PO2 alveolus disesuaikan pada ketinggian
permukaan laut, penduduk yang tinggal diketinggian
10000 kaki diatas permukaan laut menunjukan perubahan
yang besar pada kapasitas difusi jika dibandingkan
penduduk yang tinggal di dataran rendah.
48
3. Posisi Tubuh
DLCO meningkat sekitar 5-15% pada posisi supinasi.
49
Lanjutan.
50