Kelompok 3
1.Atmaniah
2.Dwi Warningsih
3.Eka Dwi Gustari
4.Ersa Mayora
5.Feni Afriani
6.Ino Tiara Putri Apsin
7.Laila Anggraeni
D3 Farmasi
STIKes Kharisma Persada
Pamulang
2016
MEMPERSEMBAHKAN
DWI WARNINGSIH
SARAF
Adalah serat-serat yang
menghubungkan organ-organ tubuh
dengan sistem saraf pusat (yakni
otak dan sumsum tulang belakang)
dan antar bagian sistem saraf
dengan lainnya. Saraf membawa
impuls dari dan ke otak atau pusat
saraf. Neuron kadang disebut
sebagai sel-sel saraf.
MEKANISME KERJA SARAF
SARAF SARAF
SIMPATI PARASI
K MPATIK
SARAF TIDAK SADAR (SARAF OTONOM)
adalah sistem saraf yang bekerja tanpa
disadari, secara otomatis, dan tidak
dibawah kehendak saraf pusat.
Contohnya denyut jantung, perubahan
pupil mata, pengeluaran keringat, dan
lainnya.
Saraf otonom terdiri atas praganglion,
ganglion, dan paska ganglion yang
mensarafi sel efektor.
Obat otonom adalah obat yang
memperbesar atau menghambat aktivitas
ADRENERGIK:
1.Obat
simpatomimetik
disebut adrenergik
atau agonis
adrenergik,
2.Reseptor adrenergik:
alfa, beta 1 dan
beta2
3.Norepineprin
dilepaskan oleh
ujung saraf simpatis,
lalu merangsang
reseptor untuk
FENI AFRIANI
PENGGOLONGAN OBAT
SIMPATOMIMETIK
1. Adrenergik bekerja langsung: pada reseptor
adrenergik di membran sel efektor (terikat dengan
reseptor adrenergik) dan memacu pelepasan
adrenalin seperti epineprin, isoproterenol
yang berikatan pada reseptor beta
2. Adrenergik bekerja tidak langsung: dimana
menimbulkan efek adrenergik melalui pelepasan
noradrenalin, misalnya efedrin dan amfetamin.
3. Adrenergik kerja ganda: bekerja ganda
memacu pelepasan norepineprin dari ujung
prasinaptik dan juga mengaktifkan adrenoreseptor
pada membran paska sinaptik, contohnya efedrin
PENGGOLONGAN OBAT
SIMPATOMIMETIK
Golongan katekolamin:
1. Epineprin
2. Norepineprin
3. Dopamin
4. Dobutamin
5. Isoproterenol dan lainnya,
Golongan nonketokolamin:
6. Amfetamin
7. Metamfetamin
8. Fenilpropanolamin
9. Terbutalin
10.Efedrin, metaproterenol
dan lainnya.
FARMAKOLOGI OBAT
SIMPATOMIMETIK/ADRENERGIK
1. Perangsangan perifer: terhadap otot polos pembuluh
darah kulit dan mukosa.
2. Penghambatan perifer: terhadap otot polos usus, bronkus,
dan pembuluh darah otot rangka.
3. Perangsangan jantung: dengan meningkatkan denyut
jantung dan kekuatan jantung berkontraksi.
4. Perangsangan SSP: perangsangan nafsu makan,
kewaspadaan, dan aktivitas psikomotor.
5. Efek metabolik: peningkatan glikogenolisi dihati dan otot.
6. Efek endokrin: mempengaruhi sekresi insulin, renin, dan
hormon hipofisis.
7. Efek prasinaptik: akibat adanya hambatan atau
peningkatan pelepasan neurotransmiter.
OBAT ADRENERGIK YANG BEKERJA
SECARA LANGSUNG
ERSA MAYORA
Epineprin
Nama obat : Epineprin
Nama dagang : Adrenalin
Indikasi:
Terutama sebagai analepticum, yakni obat stimulan
jantung yang aktif sekali pada keadaan darurat, seperti
kolaps, shock anafilaktis, atau jantung berhenti.
Efek samping: gelisah, nyeri kepala berdenyut, tremor, dan
palpitasi
Dosis:
Untuk menangani reaksi alergi akut, dosis epinephrine
biasanya dibedakan berdasarkan berat badan pasien.
Untuk pasien dengan berat badan lebih dari 30 kilogram,
dokter biasanya meresepkan 0,3 miligram epineprin
suntik.
MEKANISME KERJA
EPINEPRIN
Memacu dan meningkatkan
pelepasan adrenalin
(neurotransmitter).
Merangsang adenohipofisis untuk
pelepasan ACTH, terikat pada
reseptor adrenergik tanpa
bekerja pada neuron presinaptik.
EPINEPRIN
FARMAKODINAMIK
Epinefrin mempercepat depolarisasi fase 4, yakni
depolarisasi lambat sewaktu diastol, dari nodus sino-
atrial (SA) dan sel otomatik lainnya, dengan demikian
mempercepat firing rate pacu jantung dan
merangsang pembentukan focus ektopik dalam
ventrikel. Di dalam nodus SA, epinefrin juga
menyebabkan perpindahan pacu jantung ke sel yang
mempunyai firing rate lebih cepat.
Epinefrin mempercepat konduksi sepanjang jaringan
konduksi, mulai dari atrium ke nodus atrioventrikular
( AV ). Epinefrin juga mengurangi blok AV yang terjadi
akibat penyakit, obat atau aktivitas vagal. Selain itu
epinefrin memperpendek periode refrakter nodus AV
dan berbagai bagian jantung lainnya. Epinefrin
memperkuat kontraksi dan mempercepat relaksasi.
Dalam mempercepat denyut jantung dalam kisaran
fisiologis, epinefrin memperpendek waktu sistolik
tanpa mengurangi waktu diastolic.
FARMAKOKINETIK
Absorbsi pada pemberian peroral,
epineprin tidak mencapai efek
terapi karena dirusak oleh enzim
COMT dan MAO yang banyak
terdapat pada hati dan dinding
usus. Epineprin stabil dalam
darah. Dimetabolisme di hati dan
diekskresi oleh ginjal berupa urin.
ATMANIAH
ISOPROTERENOL
Bekerja sebagai
adrenergik dengan
memacu pelepasan
noradrenalin.
Amfetamin memblokir
reuptake norepineprin.
Amfetamin
FARMAKODINAMIK:
Amfetamin memblokir reuptake
norepineprin dan meningkatkan
pelepasan monoamina ke dalam
ekstraneural.
FARMAKOKINETIK
1. ABSROBSI: konsentrasi plasma puncak terjadi
setelah penggunaan 4 jam, cepat diserap GI.
2. DURASI: efek durasi bertahan selama 4-24 jam.
3. MAKANAN: tidak mempengaruhi penyerapan.
4. DISTRIBUSI: secara luas ke seluruh tubuh,
terutama di otak.
5. METABOLISME: CYP2D6 terlibat dalam
pembentukan setidaknya satu metabolit.
6. ELIMINASI: diekskresikan berupa urin dalam
bentuk utuh 30-40%, dan metabolit 50%, pH
mempengaruhi eksresi obat ini dalam ginjal.
KESIMPULAN
Obat simpatomimetik sebagai obat untuk memacu
dan meningkatkan kerja organ-organ tubuh, seperti
halnya mempercepat detak jantung dan timbulnya
kontraksi pada pembuluh darah.
obat simpatomimetik terbagi atas 3 golongan obat,
yaitu obat yang bekerja secara langsung pada
membran sel efektor seperti isoproterenol dan
epineprin (yang memicu pelepasan adrenalin
neurotransmitter) obat yang bekerja tidak langsung
dimana kerjanya memacu dan meningkatkan
pelepasan pelepasan noradrenalin, misalnya efedrin
dan amfetamin.
Adrenergik kerja ganda dimana bekerja ganda
memacu pelepasan norepineprin dari ujung
prasinaptik dan juga mengaktifkan adrenoreseptor
pada membran paska sinaptik, contohnya efedrin.
DAFTAR PUSTAKA
1. Harvey, Richard A., Pamela C.
Champe. 2013.Farmakologi
Ulasan Bergambar. Jakarta: EGC.
2. Katzung, Bertram G.
2010.Farmakologi Dasar dan
Klinik. Jakarta: EGC.
3. Syarif, Amir, Ari Estuningtyas,
dkk. 2007.Farmakologi dan Terapi.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI.