Anda di halaman 1dari 48

Laporan Kunjungan Kasus

Sindrom Dispepsia di Wilayah


Kerja Puskesmas Leuwisadeng

Dipresentasikan oleh:
Nita Monica

Pendamping:
dr. Farida Indriawati

Puskesmas Leuwisadeng
Kabupaten Bogor
2016
Latar Belakang
Identifikasi Masalah
Bagaimana faktor risiko terjadinya penyakit sindrom
dispepsia pada pasien bila dilihat dari faktor perilaku
pasien?

Bagaimana faktor risiko terjadinya penyakit sindrom


dispepsia pada pada pasien bila dilihat dari faktor
keluarga?

Bagaimana faktor risiko terjadinya penyakit sindrom


dispepsia pada pasien bila dilihat dari lingkungan
fisik, kimiawi, dan biologis (sanitasi lingkungan
rumah)?
Maksud dan Tujuan
Maksud Home Visit
untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi penyakit sindrom dispepsia
pada pasien

Tujuan Home Visit


mengetahui faktor risiko terjadinya penyakit
sindrom dispepsia dilihat dari faktor perilaku pasien
Mengetahui faktor risiko terjadinya penyakit
sindrom dispepsia dilihat dari faktor keluarga
mengetahui faktor risiko terjadinya penyakit
sindrom dispepsia dilihat dari lingkungan fisik,
kimiawi, dan biologis (sanitasi lingkungan rumah)
Tinjauan Pustaka:
Sindrom Dispepsia
Definisi
merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis
yang terdiri dari rasa tidak enak/sakit di
perut bagian atas yang menetap atau
mengalami kekambuhan.

Sindrom yang terdiri dari keluhan-keluhan


yang disebabkan karena kelainan traktus
digestivus bagian proksimal yang dapat
berupa mual atau muntah, kembung,
disfagia, rasa penuh, nyeri epigastrium,
yang berlangsung lebih dari 3 bulan.
Klasifikasi
Sindrom dispepsia organik, bila telah
diketahui adanya kelainan organik
sebagai penyebabnya.

Sindrom dispepsia nonorganik atau


dispepsia fungsional, atau dispesia
nonulkus (DNU), bila tidak jelas
penyebabnya.
Epidemiologi
Masalah pencernaan yang umum ditemukan

Dialami sekitar 20-30% populasi dunia

Di Indonesia termasuk dalam urutan 15 dari


50 penyakit pasien rawat inap terbanyak

Di Asia diperkirakan dialami oleh sedikitnya


20% populasi umum
Etiologi
ORGANIK
1. Obat-obatan
2. Intoleransi makanan
3. Kelainan struktural (penyakit esophagus, gaster
dan duodenum, saluran empedu, pankreas, usus,
metabolic/sistemik, dll)
IDIOPATIK
Patofisiologi
Abnormalitas motorik gaster
Perubahan sensitivitas gaster
Stres dan faktor psikososial
Gastritis H. pylori
Kelainan fungsional gastrointestinal
Manifestasi Klinis
1. Dispepsia dengan keluhan seperti ulkus
Nyeri epigastrium terlokalisasi, nyeri hilang
setelah makan atau pemberian antasid, nyeri saat
lapar, nyeri episodik
2. Dispepsia dengan gejala seperti dismotilitas
Mudah kenyang, perut cepat terasa penuh saat
makan, mual, muntah, upper abdominal bloating,
rasa tidak nyaman bertambah saat makan
3. Dispepsia nonspesifik (tidak ada gejala seperti
kedua tipe diatas)
Diagnosis
Anamnesis
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Penunjang (Lab,
radiologi, endoskopi, USG, dll)
Terapi
NON MEDIKAMENTOSA :
Edukasi
Diet
MEDIKAMENTOSA :
Antasida 20-150 ml/hari
Antikolinergik
Antagonis reseptor H2
Proton pump inhibitor
Sitoprotektif
Prokinetik
Antibiotik untuk infeksi H. Pylori
Psikoterapi dan Psikofarmaka
Pencegahan
Atur pola makan
Hindari makanan yang menimbulkan gas
berlebih
Hindari makanan pedas dan asam
Hindari minuman dengan kadar kafein
tinggi, alcohol, rokok
Hindari obat-obatan yang mengiritasi
lambung
Hindari stres
Komplikasi
Sindrom dispepsi berulang ulkus
perdarahan saluran cerna
Kanker lambung
Prognosis
Umumnya mempunyai prognosis
yang baik, tergantung pada beratnya
penyakit dan penanganan yang
cepat.
Prognosis pada kasus yang telah
mengalami perforasi umumnya
buruk.
Metode Kegiatan
Metode :
deskriptif
Subjek :
pasien Sindrom dispepsia yang sedang
ditangani di Puskesmas Leuwisadeng
Teknik Pengumpulan Data :
wawancara serta survei secara langsung
ke rumah penderita sindrom dispepsia
Waktu dan Tempat
Kegiatan
Waktu Kegiatan : Kamis, 22 September
2016

Tempat Kegiatan : Kampung kalong jalan,


kabupaten Bogor
Hasil dan Pembahasan
Identitas Pasien

Nama lengkap : Ny. W


Umur : 24 tahun
Alamat : Kp. Kalong jalan RT. 6 RW. 1
Pekerjaan pasien : IRT
Pendidikan : SMP
Status : Sudah menikah
Genogram

Ny. W, 24 th
Tn. A, 30 th

An. SA, 7 th An. SF, 3 th


Data Demografi Keluarga
No Nama Kedudukan Jenis Umur Pekerjaa Pendidi Masalah

dalam Kelam (tahu n kan Medis dan

Keluarga in n) Biopsikososia

l
1 Tn. A Ayah L 30 Wiraswast SMP Sehat

a
2 Ny. W Ibu P 24 Ibu SMP Sindrom

Rumah Dispepsia

Tangga
3 An. SA Anak P 7 Pelajar SD Sehat

4 An. SF Anak P 3 - - Sehat


Anamnesis
Keluhan utama: Nyeri ulu hati
Autoanamnesis
1 hari sebelum datang ke Puskesmas, pasien
mengalami nyeri di bagian ulu hati, terdapat
juga mual dan perut terasa penuh atau
kembung, muntah (-), pasien juga
mengeluhkan kepala terasa pusing dan
badan terasa meriang. Sebelum terjadi
keluhan, pasien makan bakso yang dicampur
dengan sambal dan cuka. BAK dan BAB
dalam batas normal. Karena keluhan ini,
pasien berobat ke Puskesmas Leuwisadeng.
Anamnesis
Pasien sering sekali terlambat makan
sehingga pola makan pasien tidak
teratur, pasien juga memiliki kesukaan
terhadap makanan pedas dan asam.
Pasien sering minum teh dan kadang-
kadang minum kopi. Pasien tidak sedang
memiliki masalah dalam rumah tangga,
keluarga, ataupun tetangganya.
Anamnesis
RPD :
Pasien memiliki riwayat sakit maag dan cukup sering
kambuh. Riwayat konsumsi obat-obatan
penghilang nyeri (-), riwayat hipertensi, DM, dan
asma disangkal.
RPK :
Suami dan anak pasien pasien jarang mengalami
keluhan seperti yang di derita pasien.
Riwayat alergi : Obat (-), makanan (-)
Usaha berobat : belum ada usaha berobat
Faktor Resiko
Suka makan makanan yang
pedas dan asam.
Pola makan tidak teratur.
Minum minuman yang
mengandung kafein yaitu teh
dan kopi.
Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : Composmentis
Tanda-tanda vital:
Tensi = 120/70 mmHg
Nadi = 84 x/menit
Respirasi = 20 x/menit
Suhu = afebris
BB = 60 kg
TB = 155 cm
Pemeriksaan Fisik
Status generalis:
Kepala
Mata : Sklera ikterik (-/-), Konjungtiva anemis (-)
Mulut : Mukosa bibir dan lidah kering
Thorax
Paru : VBS kanan = kiri, Rh -/-, Wh -/-
Cor : BJ murni, S1, S2, reguler, murmur (-)
Abdomen:
Datar, soepel, BU (+) normal, nyeri tekan
epigastrium (+)
Ekstremitas: akral hangat, CRT <2 detik, edema -/-
Diagnosis Banding

Sindrom Dispepsia non organik


Sindrom Dispepsia organik
Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium
Radiologi
Endoskopi
USG, dll

(Pada kasus pasien ini tidak dilakukan)


Diagnostik Holistik
Diagnostik Holistik
Penatalaksanaan
Non Medikamentosa :
Edukasi mengenai penyebab penyakit dan
pencegahannya kepada pasien
Perbaiki pola makan dan makan makanan yang sehat
serta bergizi
Kurangi makan makanan pedas dan asam
Kurangi minum teh dan kopi
Hindari faktor pencetus stress
Hindari makanan berlemak tinggi yang menghambat
pengosongan isi lambung (coklat, keju, dll)
Hindari makanan yang menimbulkan gas di lambung (kol,
kubis, kentang, melon, semangka, dll)
Hindari minuman dengan kadar kafein, alkohol, dan rokok
Hindari konsumsi obat yang mengiritasi dinding lambung
Penatalaksanaan

Medikamentosa :
Antasida Doen 3 x 1 (ac)
Parasetamol tablet 3 x 1 (pc) bila pusing/demam
Prognosis

Quo ad vitam : ad bonam


Quo ad functionam : ad bonam
Quo ad sanationam : ad bonam
Analisis Lingkungan Tempat
Tinggal
Lingkungan Tempat
Tinggal
Lingkungan Tempat Tinggal
Sanitasi Rumah dan
Lingkungan
Indikator
Lantai Keramik
Atap Genteng
Dinding Batu-bata
Cat Dicat
Luas Tanah 3,5 x 5 m
Luas Bangunan 3,5 x 4 m
Jumlah Kamar 1 buah
Dapur Ada 1 buah
Cerobong asap Tidak ada
Jendela
Luas jendela 1,5 m2
total Ada, kadang-kadang dibuka
Jendela terbuka
Lingkungan Tempat Tinggal
Sanitasi Rumah dan Lingkungan
Indikator
(contd)
Air Bersih
Sumber Air PAM
Pencemaran dalam radius Tidak ada
<10 m Mudah didapat sepanjang tahun
Kemudahan/suplai
Air minum
Kualitas fisik Tidak keruh, berwarna, berasa, berbusa, maupun
Pengelolaan berbau
Tempat penampungan Dimasak mendidih
Galon
Air Limbah
Penampungan Tertutup
Saluran pembuangan SPAL Tertutup
Sampah
Tempat sampah di luar rumah Tidak ada
Bahan bakar memasak sehari- Gas/LPG 3 kg
hari
Memelihara Ternak Tidak
Lingkungan Tempat Tinggal
Akses dan Pemanfaatan Pelayanan
Kesehatan
Indikator
Sarana pelayanan Puskesmas Leuwisadeng
kesehatan yang
digunakan
Jarak dan waktu Kurang lebih 4 km
tempuh 15 menit dengan motor
20 menit dengan angkot
Tarif Rp 2500,- s/d Rp 3000,-
dengan kendaraan umum
Pelayanan yang Memuaskan
Diberikan
Interpretasi Hasil
Kunjungan Rumah
Pasien tinggal di lingkungan yang tidak
terlalu kumuh
Pencahayaan dan ventilasi di rumah pasien
cukup baik
Tidak terdapat pencemaran pada sumber
air bersih di rumah pasien
Tidak ada tempat pembuangan sampah
tertutup. Sampah rumah tangga dibuang di
tempat sampah umum di daerah tersebut
Rencana pemeliharaan
kesehatan keluarga
No Nama Status Kesehatan Skrining Konseling Imunisasi Profilaksis

1. Tn. A, 30 th Sehat Hipertensi, BMI, Lingkar Nutrisi, kesehatan Pemberian

perut, Profil Lipid, Gula reproduksi, drug kalsium

darah, Penglihatan abuse, physical

activity, injury

prevention, dental

health
2. Ny. W, 24 th Sindrom Dispepsia Hipertensi, BMI, Profil lipid, Nutrisi, kesehatan Pemberian

gula darah, SADARI, tes reproduksi, physical kalsium

IVA/pap smear activity, injury

prevention, KB, dental

health
3. An. SA, 7 th Sehat Pertumbuhan dan Nutrisi, paparan asap

perkembangan, rokok, drug abuse,

penglihatan, pendengaran physical activity,

injury prevention,

kesehatan reproduksi
4. An. SF, 3 th Sehat Pertumbuhan dan Nutrisi Imunisasi dasar

perkembangan, penglihatan sudah lengkap


Simpulan
Perilaku yang tidak sehat dari pasien yang
berkaitan dengan penyakit sindrom
dispepsia yaitu menyukai makan makanan
yang pedas dan asam serta pola makan
yang tidak teratur.
Faktor risiko terjadinya sindrom dispepsia
pada pasien dapat dilihat dari faktor
keluarga, yaitu masih kurangnya
pengetahuan pasien sendiri dan anggota
keluarga tentang penyakit sindroma
dispepsia.
Saran
Memberikan informasi tentang
sindrom dispepsia tidak hanya
kepada pasien dan anggota keluarga
tetapi juga kepada masyarakat yang
tinggal di sekitar daerah tersebut.
Memberikan penyuluhan tentang
penyakit sindrom dispepsia.
Lampiran
Lampiran
Lampiran
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai