Anda di halaman 1dari 9

ARTIKEL MENGENAI PSIKOLOGI PENDIDIKAN

BAB 1, 2, 3 dan 4
KELOMPOK 3
Lintang Ayunda Putri (15030204011)
Lilik Kusniyah (15030204020)
Sulastri Nur Wahyu Putri (15030204028)
Novangga Dwiky Pramaditya
(15030204030)
Novita Lailatul Zuhriyah (15030204037)
Rizqi Toyyibah (15030204043)
Nur Faizah Oktafida Pelupessy
(15030204048)
Artikel bab 1

GURU IDEAL dan REVOLUSIONER


Setiap orang pasti sepakat kalau seorang guru harus menjadi teladan bagi
siswa dan masyarakat. Bukahkah guru itu digugu lan ditiru. Namun, apakah
guru cukup menjadi teladan? Menurut penulis tidak. Mengapa? Karena guru
juga harus sejati dan revolusioner. Artinya, yang perlu disoroti di sini juga
semangat guru dalam mengemban tugas mulianya.
Secara implist, bisa disimpulkan ada guru sejati dan guru aspal. Guru
sejati adalah meraka yang menjalankan tugasnya dengan penuh semagat
keikhlasan dan semangat revolusioner mendidik anak bangsa. Sedangkan guru
aspal adalah mereka yang berorientasi pada rupiah belaka, mengajar tanpa
mendidik, memenuhi presensi tanpa menjadi motivator sejati bagi siswa
disekolah.Era global seperti ini memang menuntut guru untuk menjadi
pragmatis. Artinya, guru butuh kesejahteraan dan kemakmuran. Dan hal itu
salah satunya diperoleh dari tugasnya sebagai guru di lembaga pendidikan. Di
sisi lain munculnya kebijakan sertifikasi semakin menjadikan guru salah niat
dalam mengajar. Padahal kebijakan tersebut seharusnya menjadikan guru
lebih kreatif, inivatif, dan profesional dalam mengemban misi mencerdaskan
anak bangsa, bukan sekedar mengejar rupiah. Olehkarena itu, hal ini harus
segera diluruskan.
Lalu bagaimana caranya? Caranya adalah dimulai dari mencegah munculnya
guru aspal. Karena apa artinya rupiah, jika guru tidak biasa menjalankan tugas
sucinya. Maka sebagai insan pendidikan, hal itu harus disikapi guru dengan
arif. Salah satunya adalah dengan mencegah munculnya guru aspal dengan
beberapa solusi dan trobosan yang efektif.
Artikel bab 2
Ibu Bekerja & Dampaknya bagi Perkembangan Anak
Salah satu dampak krisis moneter adalah bertambahnya kebutuhan yang tidak dapat
terpenuhi karena semakin mahalnya harga-harga. Untuk memenuhi kebutuhan
tersebut salah satu caranya adalah menambah penghasilan keluarga...akhirnya kalau
biasanya hanya ayah yang bekerja sekarang ibupun ikut bekerja.

Ibu yang ikut bekerja mempunyai banyak pilihan. Ada ibu yang memilih bekerja di
rumah dan ada ibu yang memilih bekerja di luar rumah. Jika ibu memilih bekerja di
luar rumah maka ibu harus pandai-pandai mengatur waktu untuk keluarga karena
pada hakekatnya seorang ibu mempunyai tugas utama yaitu mengatur urusan rumah
tangga termasuk mengawasi, mengatur dan membimbing anak-anak. Apalagi jika ibu
mempunyai anak yang masih kecil atau balita maka seorang ibu harus tahu betul
bagaimana mengatur waktu dengan bijaksana. Seorang anak usia 0-5 tahun masih
sangat tergantung dengan ibunya. Karena anak usia 0-5 tahun belum dapat
melakukan tugas pribadinya seperti makan, mandi, belajar, dan sebagainya. Mereka
masih perlu bantuan dari orang tua dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan tersebut.
Bila anak itu dititipkan pada seorang pembantu maka orang tua atau khususnya ibu
harus tahu betul bahwa pembantu tersebut mampu membimbing dan membantu
anak-anak dalam melakukan pekerjaannya. Kalau pembantu ternyata tidak dapat
melakukannya maka anak-anak yang akan menderita kerugian.
Lanjutan ....

Pembentukan kepribadian seorang anak dimulai ketika anak


berusia 0-5 tahun. Anak akan belajar dari orang-orang dan
lingkungan sekitarnya tentang hal-hal yang dilakukan oleh
orang-orang di sekitarnya. Anak yang berada di lingkungan
orang-orang yang sering marah, memukul, dan melakukan
tindakan kekerasan lainnya, anak tersebut juga akan
bertumbuh menjadi pribadi yang keras. Untuk itu ibu atau
orang tua harus bijaksana dalam menitipkan anak sewaktu
orang tua bekerja.
Kadang-kadang hanya karena lingkungan yang kurang
mendukung sewaktu anak masih kecil akan mengakibatkan
dampak yang negatif bagi pertumbuhan kepribadian anak
pada usia selanjutnya. Seperti kasus-kasus kenakalan remaja,
keterlibatan anak dalam dunia narkoba, dan sebagainya bisa
jadi karena pembentukan kepribadian di masa kanak-kanak
yang tidak terbentuk dengan baik.
Artikel bab 3
Perkembangan sosio-emosional pada remaja.

Seperti yang ditulis oleh Livescience pada 22 April 2011, 10 Facts Every
Parent Should Know about Their Teen's Brain yang kemudian diterjemahkan
dan diberitakan ulang oleh Detik Health pada tanggal 3 Oktober 2012,
dengan judul 10 Perubahan di Otak Remaja yang Bikin Galau dan Labil, orang
tua memang harus memahami hal ini.
Berapa usia anak yang disebut remaja itu? Menurut Deswita, (2006:192)
yang ditulis melalui wikipedia, Monks, Knoers, dan Haditono membedakan
masa remaja menjadi empat bagian yaitu pra-remaja 10 - 12 tahun, masa
remaja awal 12 - 15 tahun, masa remaja pertengahan 15 - 18 tahun, dan
masa remaja akhir 18 - 21 tahun. Perkembangan otak remaja yang dibahas
dalam artikel tersebut dikatakan akan mengalami puncaknya pada usia 11
tahun untuk anak perempuan dan 12 tahun untuk anak pria, otak mereka
mulai mekar, yang artinya pada usia tersebut ketrampilan kognitif (Piaget:
kemampuan untuk secara lebih tepat merepresentasikan dunia dan
melakukan operasi logis dalam representasi konsep yang berdasar pada
kenyataan) dan kemampuan baru akan muncul. Terjadi lompatan besar
dalam perkembangannya.Remaja tidak pandai dalam mengukur Risiko dan
sangat memperhatikan kata teman. Oleh sebab itu, para orang tua
diharapkan dapat memahami hal ini, sehingga remaja sangat pantas untuk
dikawal dan diawasi dalam setiap perilaku mereka.
Artikel bab 4

TEORI BEHAVIORISME

Dalam teori behaviorisme, ingin menganalisa hanya perilaku yang


nampak saja, yang dapat diukur, dilukiskan, dan diramalkan. Teori kaum
behavoris lebih dikenal dengan nama teori belajar, karena seluruh
perilaku manusia adalah hasil belajar. Belajar artinya perbahan perilaku
organise sebagai pengaruh lingkungan. Behaviorisme tidak mau
memperoalkan apakah manusia baik atau jelek, rasional atau
emosional; behaviorisme hanya ingin mengetahui bagaimana
perilakunya dikendalian oleh faktor-faktor lingkungan. Dalam arti teori
belajar yang lebih menekankan pada tingkah laku manusia.
Memandang individu sebagai makhluk reaktif yang memberirespon
terhadap lingkungan. Pengalaman dan pemeliharaan akan membentuk
perilaku mereka. Dari hal ini, timbulah konsep manusia mesin (Homo
Mechanicus). Ciri dari teori ini adalah mengutamakan unsur-unsur dan
bagian kecil, bersifat mekanistis, menekankan peranan lingkungan,
mementingkan pembentukan reaksi atau respon, menekankan
pentingnya latihan, mementingkan mekanisme hasil
belajar,mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar yang
diperoleh adalah munculnya perilaku yang diinginkan.
Lanjutan ...
Pada teori belajar ini sering disebut S-R psikologis artinya
bahwa tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran atau
reward dan penguatan atau reinforcement dari lingkungan.
Dengan demikian dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan
yang erat antara reaksi-reaksi behavioural dengan
stimulusnya. Guru yang menganut pandangan ini berpandapat
bahwa tingkahlaku siswa merupakan reaksi terhadap
lingkungan dan tingkahl laku adalah hasil belajar.Behaviorsime
memang agak sukar menjelaskan motivasi. Motivasi terjadi
dalam diri individu, sedang kaum behavioris hanya melihat
pada peristiwa-peristiwa eksternal. Perasaan dan pikiran orang
tidak menarik mereka. Behaviorisme muncul sebagai reaksi
pada psikologi mentalistik.

Anda mungkin juga menyukai