Anda di halaman 1dari 31

Klaudia Rindu Sarong, S.

Ked
1108011016

Pembimbing
dr. Heri Sutrisno, Sp.PD

SMF PENYAKIT DALAM


RSUD PROF. DR. W.Z. JOHANNES KUPANG
PENDAHULUAN
Osteoarthritis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif
yang berkaitan dengan kerusakan kartilago sendi.
Vertebra, panggul, lutut, dan pergelangan kaki merupakan
sendi yang paling sering terkena OA.
OA dapat diketahui melalui pemeriksaan radiologi pada
80% pasien yang berusia lebih dari 55 tahun
Prevalensi OA lutut radiologis di Indonesia radiologis
cukup tinggi yakni mencapai 15,5% pada pria dan 12,7%
pada wanita

1.Joewono S, Isbagio H, Kalim H, Broto R, Pramudiyo R. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi Ke 6.
Jakarta: Interna Publishing Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam; 2015. Bab 421, Osteoarthritis; p3199-
3210. Indonesian
LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. OF
Usia/Jenis kelamin : 83 tahun/Laki-laki
Tanggal Lahir : 14 November 1933
Suku : Rote
MRS melalui : IGD
Rawat IGD : 26 Mei 2016 jam
Rawat diruang : Komodo tanggal 27 Mei 2016 jam
No. MR : 162623
Agama : Kristen Protestan
Status pernikahan : Sudah Menikah
Pekerjaan : Tidak Bekerja (Pensiunan)
Alamat : Tuapukan
RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT
Keluhan Utama : Nyeri kedua lutut sejak 1 hari MRS ruang
Komodo
Riwayat Penyakit Sekarang: Autoanamnesis pada tanggal 2 Juni
2016 jam 18.00 WITA di ruang Komodo
Pasien mengeluhkan adanya nyeri kedua lutut yang terjadi 1 hari
setelah MRS di ruangan komodo. Nyeri yang dirasakan menjalar
sampai ke paha dan pergelangan kaki. Menurut pasien nyeri yang
dirasakan seperti pedis-pedis di lutut yang muncul secara tiba-tiba dan
bersifat hilang timbul serta bertambah berat. Nyeri yang dirasakan
paling sakit di malam hari dan nyeri tidak berkurang walaupun pasien
telah beristirahat. Jika lama tidak digerakan atau setelah bangun tidur
pada pagi pasien mengaku lututnya terasa kaku kira-kira selama 20
menit dan sulit digerakan. Jika pasien berusaha berdiri maka lutut
akan terasa nyeri, untuk mengurangi hal ini saat tidur malam pasien
lebih suka menekuk lututnya karena bila diluruskan maka kakinya
akan terasa sakit.
Pasien juga mengaku suka mengompres lututnya
dengan air panas karena setelah itu nyeri lutut dirasa
berkurang dan membuat pasien merasa lebih nyaman.
Hal ini sudah sering terjadi pada pasien dan pertama
kali terjadi pada tahun 2014 saat itu pasien berobat di
Rote. Selain nyeri lutut pasien juga mengeluhkan
adanya bengkak di punggung tangan dan kaki juga
lutut yang muncul secara perlahan. Bengkak semakin
hari semakin membesar dan terasa nyeri namun lokasi
bengkak terlokalisir dan tidak menjalar. Bila berjalan
ataupun aktivitas maka muncul nyeri dan rasa tidak
enak di tempat terjadinya bengkak. Menurut pasien
setelah diberi obat oleh dokter bengkak dirasakan
mulai berkurang. Pasien juga suka mengompres
bengkak dengan air panas karena diakui hal ini akan
membuat pasien merasa nyaman.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengaku pernah mengalami penyakit dengan gejala
yang sama pertama kalinya pada tahun 2014
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga dengan riwayat yang sama menurut pasien
Riwayat Sosial dan Kebiasaan
Pasien adalah seorang pensiunan kantor pajak, pasien memiliki
riwayat kebiasaan merokok dan minum-minuman beralkohol
namun sudah berhenti. Setelah pensiun pasien sehari-hari
mengisi waktu luang dengan membersihkan kebun atau tofa
rumput dan melakukan banyak aktivitas di rumah.
Riwayat Pengobatan
Pasien mengaku saat dirawat di rumah sakit di Rote pada tahun
2014 pernah mengkonsumsi obat rematik sehingga keluhan yang
dirasakan berangsur-angsur berkurang
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan tanggal 3 Juni 2016 jam
15.00 WITA di ruang Komodo
Kesadaran : Compos Mentis (E4V5M6)
Keadaan Umum : Tampak Sakit Sedang
Status Gizi : BB = 45 TB = 150 cm
IMT = 20 (Gizi baik)
Tanda Vital : Suhu= 36,80 C TD= 140/90 Nadi =
72kali/menit, regular, isi cukup, kuat Angkat
Pernafasan = 17 kali/menit, regular, normal,
abdominotorakal
Kulit : tidak pucat, tidak sianosis, turgor kulit baik.
Kepala :Bentuk normal, rambut tidak mudah tercabut,
warna abu-abu, panjang, lurus.
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-),
pupil isokor 3mm/3mm, refleks cahaya
langsung dan tidak langsung (+/+) cekung (-)
Telinga : Deformitas (-/-), Nyeri tekan mastoid (-/-)
Hidung : deviasi septum (-) sekret (-/-) Mukosa merah
muda Epistaksis: (-/-)
Mulut : Mukosa Bibir lembab Mukosa : merah muda
Lidah plak (-)
Leher : pembesaran KGB (-), struma (-) suara serak (-)
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba pada ICS 5 linea
midklavikula sinistra
Perkusi : Batas atas : ICS 2 linea parasternal sinistra
Batas bawah : ICS 5 linea midklavikula sinistra
Batas kanan : ICS 4 linea parasternal Dextra
Batas kiri : ICS 5 linea midklavikula sinistra
Auskultasi : S1-S2 tunggal, reguler, murmur (-), gallop (-)

Paru Anterior dan Posterior :


Inspeksi : pengembangan dada simetris statis dan
dinamis, otot bantu pernafasan (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-/-), vocal fremitus (+N/+N)
Perkusi : Sonor (+/+)
Auskultasi : Vesikuler (+/+), Rhonki (-/-), Wheezing (-/-)
Abdomen
Inspeksi : Datar, terlihat bercak-bercak
hiperpigmentasi pada dinding perut.
Auskultasi : BU (+) 4 kali / menit kesan normal
Palpasi : Nyeri tekan (-)
Perkusi : Timpani, liver span 6 cm di linea
midclavicula dekstra
Punggung :
Inspeksi: vertebra normal, kifosis (-), skoliosis (-),
jejas (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-)
Perkusi : CVA (-)
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 3 detik, bengkak dan
hangat pada lutut kiri, pergelangan kaki dan
pergelangan tangan, nyeri tekan pada lokasi bengkak
Status lokalis: ROM genu kiri 90 derajat, ROM genu
kanan 110 derajat krepitasi genu kiri (+), nyeri tekan
genu kiri (+)

kekuatan 5 5 edema - -
5 5 - -
Pemeriksaan Penunjang
Hemoglobin 9,6 g/dL L Natrium 148 Mmol/LH
Eritrosit 4,52 x 10^6 N Kalium 1,6 Mmol/L L
Hematokrit 30,0% L Klorida 116 Mmol/L L
MCV 66,4 fL L
MCH 21.2 Pg L
Lekosit 6.16 x 10^3/ul N
Eosinofil 13,0 % H
Trombosit 253 x 10^3/ul N
GDS 147 mg/dl N
DIAGNOSA KERJA
Osteoarthritis genu sinistra, Hipokalemia, Anemia

PENATALAKSANAAN
IVFD NaCl 0,9%
Drip KCl 25 mg per 8 jam
Aspar K 3x1 p.o
Livron B. plex 2x1
Meloxicam 2x15 mg
Spirola 1x25 mg
Lansoprazole 1x1 tab
Injeksi Ranitidin 2x1amp
Tgl 2 Juni 2016 3 Juni 2016 4 Juni 2016 5 Juni 2016

S Nyeri lutut kiri, hangat pada Nyeri lutut kiri, hangat Nyeri lutut kiri Nyeri lutut minimal,
lutut kiri dan bengkak pada lutut kiri dan tidak ada keluhan lain
bengkak
O TD = 130/80 TD=130/80 T=360C TD= 130/80 TD= 130/90
T=36,80C RR= 17 x/menit T=36,20C T=36,20C
RR= 16 x/menit Nadi= 63 x/menit RR= 17 x/menit RR= 17 x/menit
Nadi=60 x/menit Extremitas: nyeri Nadi=64 x/menit Nadi=61 x/menit
Extremitas: nyeri genu genu kiri, krepitasi Extremitas: nyeri Ekstremitas: nyeri
kiri, krepitasi dan dan hangat pada lutut kiri lutut minimal
hangat pada lutut lutut

A OA Genu Sinistra OA Genu Sinistra OA Genu Sinistra OA Genu Sinistra

P IVFD NaCl 0,9% IVFD NaCl 0,9% IVFD NaCl 0,9% Pasien dipulangkan
Aspar K 3x1 p.o Aspar K 3x1 p.o Aspar K 3x1 p.o dengan keadaan umum
Livron B. plex 2x1 Livron B. plex 2x1 Livron B. plex 2x1 yang baik
Meloxicam 2x15 mg Meloxicam 2x15 mg Meloxicam 2x15 mg
Spirola 1x25 mg Spirola 1x25 mg Spirola 1x25 mg
Lansoprazole 1x1 tab Lansoprazole 1x1 tab Lansoprazole 1x1 tab
Amitriptilin 1x12,5mg Amitriptilin 1x12,5mg Metilprednisolon 3 x
Ciprofloxacin 2x500mg Ciprofloxacin 8 mg
Injeksi Ranitidin 2x1amp 2x500mg Amitriptilin
Injeksi Ranitidin 1x12,5mg
2x1amp Ciprofloxacin
2x500mg
Injeksi Ranitidin
2x1amp
Tinjauan Pustaka
Gangguan kronik ditandai melemahnya dan adanya disintegrasi kartilago sendi
disertai fenomena reaktif seperti kongesti pembuluh darah, adanya aktivitas
Definisi osteoblastik di dalam tulang subartikular serta pembentukan osteofit

lebih sering terjadi pada orang-orang berusia lebih dari 65 tahun khususnya
wanita
Prevalensi OA lutut radiologis di Indonesia radiologis cukup tinggi yakni
Epidemiologi
mencapai 15,5% pada pria dan 12,7% pada wanita

gangguan homeostasis metabolisme kartilago dengan kerusakan struktur


proteoglikan kartilago.
ditandai dengan fase hipertrofi kartilago yang berhubungan dengan suatu
peningkatan terbatas sintesis matriks makromolekul oleh kondrosit sebagai
kompensasi perbaikan (repair)
Etiopatogenesis
OA merupakan kombinasi antara degradasi rawan sendi, remodelling tulang dan
inflamasi cairan sendi
Faktor Risiko
Sering pada umur di atas 60 tahun
Umur Penuaan meningkatkan kerentanan sendi melalui beberapa
mekanisme.

Obesitas meningkatkan risiko terjadinya OA lutut


kegemukan khususnya pada wanita daripada pria
Peningkatan gaya dan beban terhadap sendi yang
(obesitas) menopang berat tubuh sehingga menginduksi kerusakan
rawan sendi yang berfungsi menopang berat tubuh

Keluarga besar dengan riwayatOA berat onset dini sebagian


besar memiliki mutasi autosomal dominan pada gen
Genetik prokolagen 11
disebabkan oleh hipermetilasi dan berkurangnya ekspresi
gen COL11A2.

Jenis frekuensi OA lebih banyak pada wanita yang berusia di atas


50 tahun (setelah menopause) dari pada pria
Dipengaruhi oleh defisiesnsi esterogen post menopause
Kelamin
Predileksi OA
Predileksi OA secara nyata terdapat pada
persendian carpometacarpal I,
metatarsofalangeal I dan sendi apofiseal tulang
belakang, lutut dan paha.

OA juga dapat terjadi pada persendian bahu,


siku, pergelangan kaki dan tangan, serta di
persendian rahang yang terbatas pada orang
tua

Persendian yang sering terkena OA adalah


persendian yang terakhir mengalami
perubahan evolusi khususnya berkaitan
dengan kegiatan mencengkram dan berdiri
dengan kedua kaki
Penegakan Diagnosis
Anamnesis Pemeriksaan Fisik
Nyeri sendi Krepitasi
Hambatan gerakan Hambatan gerak
sendi Pembengkakan sendi
Kaku pagi seringkali asimetri
Krepitasi Tanda-tanda
Pembesaran sendi peradangan
Perubahan gaya berjalan Perubahan bentuk
Kelainan sistemik
(deformitas) sendi yang
permanen
Perubahan gaya berjalan
Pemeriksaan penunjang (Radiologi)
Radiografi sendi yang terkena
penyempitan celah / rongga sendi yang seringkali
asimetris (lebih berat pada bagian yang menganggung
beban)
peningkatan densitas (sklerosis) tulang subkondral
kista tulang
osteofit pada pinggir sendi (marginal osteophytes)
perubahan struktur anatomi sendi
Pemeriksaan penunjang (Laboratorium)
Hasil pemeriksaan laboratorium pada OA biasanya
tidak banyak berguna.
Laboratorium Petanda (Marker)
Arthroscopy
1. Grade 1 Swelling and softening of cartilage. Edema and
cellular infiltrate
2. Grade 2 Superficial fibrillation
3. Grade 3 Deeper and large cartilage fibrillation
4. Grade 4 Visualisation of underlying subchondral bone
Menurut Panduan Pelayanan Medik PAPDI
Osteoartritis sendi lutut
Nyeri lutut, dan salah satu dari 3 kriteria berikut:
Usia >50 Tahun
Kaku Sendi < 30 menit
Krepitasi dan osteofit
Osteoartritis Sendi Tangan
Nyeri tangan atau kaku, dan Tiga dari 4 kriteria berikut:
Pembesaran jaringan keras dari 2 atau lebih dari 10 sendi tangan tertentu (DIP II dan
III kiri dan kanan, CMC 1 kiri dan kanan)
Pembesaran jaringan keras dari 2 atau lebih sendi DIP

Pembengkakan pada < 3 sendi MCP

Deformitas pada minimal 1 dari 10 sendi tangan tertentu

Osteoartritis Sendi pinggul


Nyeri pinggul dan Minimal 2 dari 3 kriteria berikut:
LED < 20mm/jam

Radiologi : terdapat osteofit pada femur atau acetabulum

Radiologi : terdapat penyempitan celah sendi (superior, aksial dan atau medial)
Menurut ARA 1991
OA Lutut (Knee Osteoarthritis)
Knee pain plus osteophytes on radiographs and at least one of the following:
Patient age older than 50 years
Morning stiffness lasting 30 minutes or less
Crepitus on motion
OA Pinggang (Hip Osteoarthritis)
Hip pain plus at least two of the following:
ESR of less than 20 mm per hour
Femoral or acetabular osteophytes on radiographs
Joint space narrowing on radiographs
OA Tangan (Hand Osteoarthritis)
Hand pain, aching or stiffness
plus
Hard tissue enlargement of two or more of 10 selected joints*
plus
Fewer than three swollen metacarpophalangeal joints
plus
Hard tissue enlargement of two or more distal interphalangeal joints
or
Deformity of two or more of 10 selected joints*
* The 10 selected joints are the second and third distal interphalangeal joints, the
second and third proximal interphalangeal joints and the first carpometacarpal
joints (of both hands).
Tatalaksana
Farmakologi Non farmakologi
Analgesik Pelindung sendi
OAINS Diet
Chondroprotective
agent
Medikamentosa topikal
dan intraartikular
Komplikasi Prognosis
Komplikasi yang utama Prognosis pasien OA
pada OA adalah nyeri. umumnya baik dan
Tingkat nyeri berbeda- sebagian besar nyeri
beda, dari ringan yang dialami dapat
menjadi berat diatasi.
Pencegahan
Mengatur berat badan
ideal merupakan faktor
utama untuk mencegah
OA pada sendi-sendi
yang menahan tubuh.
Asupan vitamin C dan D
yang cukup
Pembahasan Penegakan Diagnosis
Kasus
nyeri pada persendian khususnya sendi lutut,
adanya kekakuan sendi pada pagi hari dan setelah
beristirahat dalam waktu lama,
bengkak pada persendian dan nyeri pada sendi yang
mengalami bengkak serta
adanya hambatan gerakan pada sendi mengalami nyeri
mengalami keluhan seperti ini sejak tahun 2014

Teori
Nyeri sendi
Kaku pagi dan hambatan gerak
Pembesaran Sendi
Perubahan gaya berjalan
Adanya kelainan sistemik atau tidak
Kasus
adanya bengkak dan hangat pada sendi lutut kiri,
pergelangan tangan dan pergelangan kaki.
Nyeri tekan pada lokasi bengkak,
krepitasi dan berkurangnya ROM sendi lutut kiri
dan kanan
Anemia dan hipokalemia pada pemeriksaan
penunjang

Teori
Krepitasi
Hambatan gerak
Pembengkakan sendi seringkali asimetri
Tanda-tanda peradangan
Perubahan bentuk (deformitas) sendi yang
permanen
Perubahan gaya berjalan
Adanya gambaran radiologis yang khas yaitu
osteofit
Kriteria diagnosis
PB PAPDI ARA 1991 Yang Terdapat Pada
Nyeri lutut, dan salah satu Knee pain plus osteophytes Pasien
dari 3 kriteria berikut: on radiographs and at least Nyeri sendi lutut kiri
Usia >50 Tahun one of the following:
Usia 86 tahun
Kaku Sendi < 30 menit Patient age older than 50
Kaku sendi kira-kira 20
Krepitasi dan osteofit years
menit
Morning stiffness lasting
Krepitasi lutut kiri
30 minutes or less
Crepitus on motion
Penatalaksanaan
Teori Kasus
Farmakologi
Analgesik IVFD NaCl 0,9%
OAINS Drip KCl 25 mg per 8 jam
Aspar K 3x1 p.o
Chondroprotective agent
Livron B. plex 2x1
Medikamentosa topikal Meloxicam 2x15 mg
dan intraartikular
Spirola 1x25 mg
Non farmakologi Lansoprazole 1x1 tab
Pelindung sendi Injeksi Ranitidin 2x1amp
Diet
Kesimpulan
1. Osteoartritis (OA) ialah suatu penyakit kerusakan tulang rawan sendi yang
berkembang lambat yang tidak diketahui penyebabnya, meskipun terdapat
beberapa faktor resiko yang berperan.
2. Penuaan merupakan faktor risiko OA yang utama selain itu, perbedaan regulasi
hormon mengakibatkan wanita lebih banyak mengalami OA daripada laki-laki.
3. Predileksi OA pada sendi-sendi tertentu, terutama sendi-sendi besar dan sendi
penyangga beban tubuh.
4. Nyeri sendi merupakan keluhan utama yang umum terjadi pada pasien OA..
5. Diagnosis OA ditegakkan berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang yang mendukung. Penilaian radiologi berdasarkan
kriteria Kellgren & Lawrence masih digunakan hingga saat ini.
6. Penatalaksanaan OA secara umum terbagi atas farmakologi dan non
farmakologi. Diet yang kaya vitamin C dan D membantu mengurangi
progresivitas penyakit
7. Osteoartritis merupakan penyakit sendi yang dapat dicegah. Mengatur berat
badan ideal merupakan faktor utama untuk mencegah OA pada sendi-sendi yang
menahan tubuh.
8. Prognosis OA umumnya baik dengan penatalaksanaan yang tepat dan adekuat.
Daftar Pustaka
1. Joewono S, Isbagio H, Kalim H, Broto R, Pramudiyo R. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Edisi Ke 6. Jakarta: Interna Publishing Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam;
2015. Bab 421, Osteoarthritis; p3199-3210. Indonesian
2. Brion P, Kalunian K. Oxford Textbook Of Medicine. 4th ed. Oxford, Cambridge:
Oxford Publishing; 2003. Chapter 18.8 Osteoarthritis; p. 2435-2439
3. Longo DL, Fauci AS, Kasper DL. Harrisons Principle Of Internal Medicine. 18th Ed.
New York: Mc Graw Hill Companies Inc; 2012. Chapter 332 Osteoarthritis; p. 1-7
4. Lozada JC. Osteoarthritis [Internet]. New York [NY]: Medscape; [cited 2016 Jun 22].
Available from: http://emedicine.medscape.com/article/330487-overview#showall
5. Pengurus Besar Persatuan Ahli Penyakit Dalam Indonesia. Panduan Pelayanan Medik.
Edisi 8
6. Plotnikoff R, Karunamuni K, Lytvyak K, Osteoarthritis prevalence and modifiable
factors: a population study: BMC Public Health. 2015; 15:1195-1205.
7. Barr A, Campbell M. A systematic review of the relationship between subchondral
bone features, pain and structural pathology in peripheral joint osteoarthritis:
Arthritis Research and Therapy. 2015; 17:228.
8. Sinussas K. Osteoarthritis: diagnosis and treatment : American Family Physician. 2012;
85(1):1-8.
9. Jones S, Palmer A, Agricola R, Price A, Vincent T, Weinans A, Carr A. Osteoarthritis Seminar
: The Lancet. 2015; 386: 37687
10. Michael J, Brust K. The Epidemiology, Etiology, Diagnosis, and Treatment of Osteoarthritis
of the Knee: Dtsch Arztebl Int. 2010; 107(9): 15262.
11. MacDonald K, Sanmartin C, Langlois K, Marshall D. Symptom onset, diagnosis and
management of osteoarthritis: Health Reports. 2014 Sep; 25(9): 10-17
12. Green J, Jones H, Davidson R. The potential for dietary factors to prevent or treat
osteoarthritis: Proceedings of the Nutrition Society. 2014; 73: 278288.
13. Najiman. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi Ke 6. Jakarta: Interna Publishing Pusat
Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam; 2015. Bab 433, Obat Anti Inflamasi Non Steroid; p3308-
3314. Indonesian
14. Hermansyah. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi Ke 6. Jakarta: Interna Publishing Pusat
Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam; 2015. Bab 435, Disease Modifying Anti Reumatoid Drug;
p3319-3325. Indonesian
15. Pramudiyo R. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi Ke 6. Jakarta: Interna Publishing Pusat
Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam; 2015. Bab 430, Opioid, Anti Depresan dan Anti Konvulsan
pada terapi nyeri; p3291-3298. Indonesian
16. Ongkowijaya J. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi Ke 6. Jakarta: Interna Publishing
Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam; 2015. Bab 434, Terapi Kortikosteroid di bidang
reumatologi; p3315-3320. Indonesian

Anda mungkin juga menyukai