Anda di halaman 1dari 29

KONSEP

CEMAS
Pengertian Cemas
Tanda dan Gejala Cemas
Respon terhadap Cemas
Tingkat Cemas
Pengukuran Tingkat Kecemasan (Hawari2004)
Rentang Respon Kecemasan
Teori Penyebab Kecemasan (Laraia dan Stuart
(1998))
Stressor Pencetus Cemas (Stuart (2001))
Pengertian Cemas
Cemas adalah perasaan takut yg tak menyenangkan & tdk
dpt dibenarkan yg sering disertai dg gejala fisiologis (Tomb,
2000).
(Stuart (2001)) Cemas adalah keadaan emosi yg tak punya
objek yg spesifik & kondisi ini dialami secara subjektif.
Cemas beda dg takut. Takut merupakan penilaian
intelektual terhadap sesuatu yg berbahaya. Cemas adalah
respon emosional terhadap penilaian tersebut.
Cemas merupakan suatu respons yg tepat terhadap
ancaman, tapi kecemasan dpt jadi abnormal bila
tingkatannya tdk sesuai dg proporsi ancaman (Nevid, et al.,
2005).
Tanda dan Gejala Cemas
Menurut Hawari (2004)
1. Gejala psikologis : pernyataan cemas/ khawatir,
firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah
tersinggung, merasa tegang, tak tenang, gelisah,
mudah terkejut.
2. Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi menegangkan.
3. Gangguan konsentrasi dan daya ingat
4. Gejala somatic : sakit pd otot & tulang, berdebar-
debar, sesak nafas, gangguan pencernaan, sakit
kepala, gangguan perkemihan, tangan terasa
dingin & lembab, dsb.
Respon terhadap Cemas
Menurut Stuart (2001) :
1. Respon fisiologis
Kardiovasklar : palpitasi, hypertensi, hypotensi,
denyut nadi menurun.
Pernafasan : nafas cpt-pendek, dangkal-terengah2
Gastrointestinal : nafsu makan trun, mual & diare.
Neuromuskular : tremor, gugup, gelisah, insomnia
dan pusing.
Traktus urinarius : sering berkemih.
Kulit : keringat dingin, gatal, wajah kemerahan
2. Respon perilaku 3. Respon kognitif
gelisah, tremor, perhatian terganggu,
ketegangan fisik, pelupa, salah nilai,
reaksi terkejut, hambatan berfikir,
gugup, bicara cepat, kesadaran diri
menghindar, kurang meningkat, tdk
kooordinasi, menarik konsentrasi, tdk bisa
diri dari hubungan memutuskan,
interpersonal dan menurunnya persepsi &
melarikan diri dari kreatifitas, bingung,
masalah. takut, loss control, takut
pd gambar visual, takut
cedera atau kematian.
4. Respon afektif (perasaan)
Respon afektif yang sering
muncul adalah mudah
terganggu, tidak sabar,
gelisah, tegang, ketakutan,
waspada, gugup, mati rasa,
rasa bersalah dan malu.
Tingkat Cemas
Menurut Peplau (1963) dikutip oleh Stuart (2001)
1. Cemas Ringan
Cemas normal yang berhubungan dengan
ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan
menyebabkan seseorang menjadi waspada
dan meningkatkan lahan persepsinya, seperti
melihat, mendengar dan gerakan
menggenggam lebih kuat. Kecemasan tingkat
ini dapat memotivasi belajar dan
menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.
2. Cemas Sedang 3. Cemas Berat
memusatkan pd hal sangat mengurangi lahan
penting & persepsi ssorang.
mengesampingkan hal Cenderung memusatkan
lain, shg ssorang pd hal yg terinci &
mengalami perhatian spesifik dan tak dpt
yg selektif tp dpt mlkkn berpikir ttg hal lain.
ssuatu yg lbh terarah. Semua perilaku ditujukan
Kecemasan ini utk mengurangi
mpsempit lapang ketegangan. Individu tsb
presepsi, spt plihatan, btuh byk pengarahan utk
pdengaran, & grkn dpt memusatkan pd
menggenggam mnurun. suatu area lain.
4. Panik
Panik bhubungan dg terperangah, ketakutan dan
teror. Rincian terpecah dr proporsinya. Individu
yang panik tak mampu melakukan sesuatu meski dg
pengarahan. Sebab telah mengalami kehilangan
kendali, tjd peningkatan aktivitas motorik,
menurunnya kemampuan utk berhubungan dg
orang lain, persepsi yg menyimpang, & kehilangan
pemikiran rasional. Panik melibatkan disorganisasi
kepribadian. Individu yg panik jg tdk dpt
bkomunikasi scr efektif. Tingkat kecemasan ini tdk
sejalan dg kehidupan, & jika berlangsung dlm wkt
lama, dpt kelelahan yg sangat bahkan kematian.
Menurut Hawari (2004), tingkat kecemasan
dapat diukur dengan menggunakan alat ukur
(instrumen) yang dikenal dengan nama
Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A),
yang terdiri dari 14 kelompok gejala, antara
lain adalah sebagai berikut :
4. Gangguan tidur : sukar untuk tidur, terbangun
pada malam hari, tidur tidak nyenyak, bangun
dengan lesu, banyak mimpi, mimpi buruk dan
mimpi yang menakutkan.
5. Gangguan kecerdasan : sukar berkonsentrasi,
daya ingat menurun dan daya ingat buruk.
6. Perasaan depresi (murung) : hilangnya minat,
berkurangnya kesenangan pada hobi, sedih,
terbangun pada saat dini hari dan perasaan
berubah-ubah sepanjang hari.
7. Gejala somatik/ fisik (otot) : sakit dan nyeri di
otot, kaku, kedutan otot, gigi gemerutuk dan
suara tidak stabil.
11. Gejala gastrointestinal (pencernaan) :
sulit menelan, perut melilit, gangguan
pencernaan, nyeri sebelum dan sesudah
makan, perasaan terbakar di perut, rasa penuh
atau kembung, mual, muntah, BAB
konsistensinya lembek, sukar BAB (konstipasi)
dan kehilangan berat badan.
12. Gejala urogenital (perkemihan dan kelamin) :
sering buang air kecil, tidak dapat menahan
BAK, tidak datang bulan (tidak dapat haid),
darah haid berlebihan, darah haid sangat
sedikit, masa haid berkepanjangan, masa haid
sangat pendek, haid beberapa kali dalam
sebulan, menjadi dingin (frigid, ejakulasi dini,
ereksi melemah, ereksi hilang dan impotensi.
Menurut Stuart (2001), rentang respon
induvidu terhadap cemas berfluktuasi antara
respon adaptif dan maladaptif. Rentang
respon yang paling adaptif adalah antisipasi
dimana individu siap siaga untuk beradaptasi
dengan cemas yang mungkin muncul.
Sedangkan rentang yang paling maladaptif
adalah panik dimana individu sudah tidak
mampu lagi berespon terhadap cemas yang
dihadapi sehingga mengalami ganguan fisik
dan psikososial
Teori Penyebab
Kecemasan
(Laraia dan Stuart
(1998))
Teori Psikoanalitik
Pandangan psikoanalitik menyatakan
kecemasan adalah konflik emosional yang
terjadi antara dua elemen kepribadian, yaitu
id dan superego. Id mewakili dorongan insting
dan impuls primitif seseorang, sedangkan
superego mencerminkan hati nurani
seseorang dan dikendalikan oleh norma-
norma budaya seseorang. Ego berfungsi
menengahi tuntutan dari dua elemen yang
bertentangan, dan fungsi kecemasan adalah
mengingatkan ego bahwa ada bahaya.
Teori Interpersonal
Kecemasan timbul dr ketakutan thdp tdk
adanya penerimaan & penolakan
interpersonal. Kecemasan jg berhubungan dg
perkembangan trauma, spt perpisahan &
kehilangan. Harga diri rendah mudah
mengalami perkembangan kecemasan yg
berat. Kecemasan ini dpt terjadi pd orang tua
atau pada anak itu sendiri yg mengalami
tindakan pasang infus. Keadaan tsb dpt mbuat
orang tua cemas & takut jk akan memberikan
efek yang membuat anak merasa semakin
sakit atau nyeri (Sulistiyani, 2009).
Teori Perilaku
kecemasan merupakan hasil dari frustasi yaitu
segala sesuatu yang mengganggu kemampuan
seseorang untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Faktor tersebut bekerja
menghambat usaha seseorang untuk
memperoleh kepuasan dan kenyamanan.
Kecemasan dapat terjadi pada anak yang
dirawat di rumah sakit dan dipasang infus
akibat adanya hambatan untuk mencapai
tujuan yang diinginkannya, seperti bermain
dan berkumpul bersama keluarganya
(Supartini, 2004).
Teori Keluarga
Teori keluarga menunjukkan bahwa
kecemasan merupakan hal yang biasa ditemui
dalam suatu keluarga. Kecemasan ini terkait
dengan tugas perkembangan individu dalam
keluarga. Anak yang akan dirawat di rumah
sakit merasa tugas perkembangannya dalam
keluarga akan terganggu sehingga dapat
menimbulkan kecemasan.
Teori Biologis
Teori biologis menunjukkan bahwa otak
mengandung reseptor khusus untuk
benzodiazepin. Reseptor ini mgkn mbantu
mengatur kecemasan. Penghambat asam
aminobutirik-gamma neuroregulator (GABA)
juga mungkin memainkan peran utama dalam
mekanisme biologis berhubungan dengan
kecemasan. Selain itu, kesehatan umum
seseorang pny akibat nyata sbg predisposisi
thd kecemasan. Kecemasan mungkin disertai
gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan
kapasitas seseorang untuk mengatasi stressor.
Stressor Pencetus Cemas
(Stuart (2001))
Stuart (2001) mengatakan bahwa
stressor pencetus dikelompokkan
dalam dua kategori, yaitu:
Ancaman Terhadap Integritas Fisik
meliputi ketidakmampuan fisiologis atau
menurunnya kapasitas melakukan aktivitas
sehari-hari. Menyebabkan kecemasan timbul
akibat kekhawatiran thd tindakan pemasangan
infus yg mempengaruhi integritas tubuh scr
keseluruhan. Anak yg dirawat di rumah sakit
timbul cemas karena ketidakmampuan fisiologis
dan menurunnya aktivitas sehari-hari, seperti
bermain, belajar bagi usia sekolah, dsb.
Ancaman terhadap Rasa Aman
terkait rasa aman yang dapat menimbulkan
kecemasan, spt ancaman thd sistem diri
seseorang yg dpt membahayakan identitas, harga
diri & fgsi sosial seseorang. Ancaman ini dpt tjd
pd anak yg akan diinfus & bs jadi pd orang tua,
krn org tua merasa anaknya akan bertambah
sakit/ nyeri. Orang tua cemas dan takut jk
prosedur invasif pemasangan infus yang
dilakukan akan membuat anak merasa semakin
sakit atau nyeri (Sulistiyani, 2009). Sedangkan
pada anak, tindakan pemasangan infus
mengakibatkan nyeri yang dirasakan anak tsb.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai