Anda di halaman 1dari 39

DISUSUN OLEH:

Rillawanti Yuniar
Dwi Santoso
Sahnaz Swity Primaswary
PEMBIMBING : dr. Asmin Lubis, DAF, Sp.An, KAP, KMN

DEPARTEMEN ANESTESI
RUMAH SAKIT UMUM HAJI MEDAN
2017
Definisi
Tonsilitis adalah peradangan pada amandel di rongga
faring, dapat disebabkan oleh salah satu bakteri
(streptokokus) atau virus (adenovirus). Kondisi ini
sering dikaitkan dengan faringitis.
Anatomi
Anatomi
Tonsil merupakan organ limfatik sekunder
yang diperlukan untuk diferensiasi dan
proliferasi limfosit yang sudah disensitisasi.
Tonsil mempunyai dua fungsi utama yaitu
menangkap dan mengumpulkan bahan
asing dengan efektif dan sebagai organ
produksi antibodi dan sensitisasi sel limfosit
T dengan antigen spesifik.
Tonsil berbentuk oval dengan panjang 2-5 cm, masing-
masing tonsil mempunyai 10-30 kriptus yang meluas ke
dalam jaringan tonsil. Tonsil tidak selalu mengisi
seluruh fossa tonsilaris, daerah yang kosong diatasnya
dikenal sebagai fossa supratonsilar. Tonsil terletak di
lateral orofaring. Secara mikroskopik tonsil terdiri atas
tiga komponen yaitu jaringan ikat, folikel
germinativum (merupakan sel limfoid) dan jaringan
interfolikel (terdiri dari jaringan limfoid). Lokasi tonsil
sangat memungkinkan terpapar benda asing dan
patogen, selanjutnya membawanya ke sel limfoid.
Aktivitas imunologi terbesar tonsil ditemukan pada usia
3 10 tahun.
ETIOLOGI
Tonsilitis bakterial supuratif akut paling sering
disebabkan oleh streptokokus beta hemolitikus grup
A, namun dapat juga pneumokokus, stafilokokus, dan
haemophilus influenza. Kadang-kadang streptokokus
non hemolitikus atau streptokokus viridans biasanya
pada kasus berat.
Tonsilitis kronis disebabkan oleh serangan ulangan
dari Tonsilitis Akut yang mengakibatkan kerusakan
permanen pada tonsil, atau kerusakan ini dapat terjadi
bila fase resolusi tidak sempurna.
Tanda dan Gejala
Pada pemeriksaan fisik:
Derajat pembesaran Tonsil
T1: batas medial tonsil melewati pilar anterior sampai jarak
pilar anterior uvula.
T2: batas medial tonsil melewati jarak pilar anterior-uvula
sampai jarak pilar anterior-uvula.
T3: batas medial tonsil melewati jarak pilar anterior-uvula
sampai jarak pilar anterior-uvula.
T4: batas medial tonsil melewati jarak pilar anterior-uvula
sampai uvula atau lebih
Dapat terlihat butiran pus kekuningan pada permukaan medial
tonsil
Bila dilakukan penekanan pada plika anterior dapat keluar pus
atau material menyerupai keju.
Warna kemerahan pada plika anterior bila dibanding dengan
mukosa faring, merupakan tanda penting untuk menegakkan
infeksi kronis pada tonsil.
Pada pemeriksaan penunjang:
Mikrobiologi Gold standard pemeriksaan
tonsil adalah kultur dari dalam tonsil. Kultur
dilakukan dengan swab permukaan tonsil untuk
menentukan diagnosis yang akurat terhadap flora
bakteri Tonsilitis Kronis tidak dapat dipercaya dan
juga valid. Kuman terbayak yang ditemukan yaitu
Streptokokus beta hemolitikus diukuti Staflokokus
aureus.(4)
Histopatologi Tonsilitis Kronis dapat
ditegakkan berdasarkan pemeriksaan histopatologi
dengan tiga kriteria histopatologi yaitu ditemukan
ringan- sedang infiltrasi limfosit, adanya Ugras
abses dan infitrasi limfosit yang difus. Kombinasi
ketiga hal tersebut ditambah temuan histopatologi
lainnya dapat dengan jelas menegakkan diagnosa
Tonsilitis Kronis.
PENATALAKSANAAN
Prinsip pengobatan dapat dibagi atas: medikamentosa dan
operatif.
Penatalaksanaan tonsilitis akut
Antibiotik golongan penicilin atau sulfanamid selama 5
hari dan obat kumur atau obat isap dengan desinfektan,
bila alergi dengan diberikan eritromisin atau klindomisin.
Antibiotik yang adekuat untuk mencegah infeksi
sekunder, kortikosteroid untuk mengurangi edema pada
laring dan obat simptomatik.
Pasien diisolasi karena menular, tirah baring, untuk
menghindari komplikasi kantung selama 2-3 minggu atau
sampai hasil usapan tenggorok 3x negatif.
Pemberian antipiretik.
Penatalaksanaan tonsilitis kronik
Terapi lokal untuk hygiene mulut dengan
obat kumur / hisap.
Terapi radikal dengan tonsilektomi bila

terapi medikamentosaatau terapi


konservatif tidak berhasil.
Penatalaksanaan operatif.
Tonsilektomi didefinisikan sebagai
operasi pengangkatan seluruh tonsil
palatina. Atau tonsilektomi adalah eksisi
surgikal tonsil palatina untuk mencegah
tonsilitis rekuren.
Anestesi umum
Anastesi (pembiusan; berasal dari bahasa Yunani an-tidak, tanpa dan
aestheotos. persepsi, kemampuan untuk merasa), secara umum berarti suatu
tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan
berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh.
Preoperatif
A. Penilaian Preoperatif
Tujuan:
Mengetahui status fisik pasien praoperatif
Mengetahui dan menganalisis jenis operasi
Memilih jenis atau teknik anestesia yang sesuai
Meramalkan penyulit yang mungkin terjadi selama operasi
dan atau pascabedah
Mempersiapkan obat atau alat guna menanggulangi penyulit
yang diramalka
Preoperatif

Menentukan prognosis pasien perioperative


Hal ini dapat menggunakan klasifikasi yang dibuat
oleh American Society of Anesthesiologist (ASA).
Kelas Definisi

ASA 1 pasien penyakit bedah tanpa disertai penyakit sistemik.

ASA 2 pasien penyakit bedah dengan disertai dengan penyakit sistemikringan sampai

sedang

ASA 3 pasien penyakit bedah dengan disertai dengan penyakit sistemik berat yang

disebabkan karena berbagai penyebab tetapi tidak mengancam nyawa.

ASA 4 pasien penyakit bedah dengan disertai dengan penyakit sistemik berat yang secara

langsung mengancam kehidupannya.

ASA 5 pasien penyakit bedah dengan disertai dengan penyakit sistemik berat yang sudah

tidak mungkin ditolong lagi, dioperasi ataupun tidak dalam24 jam pasien meninggal.

ASA 6 pasien mati batang otak yang akan menjalani transplantasi organ untuk donor.

E Jika prosedur merupakan prosedur emergensi, maka status pemeriksaan diikuti E

(Misal, 2E)
Persiapan Preoperatif
Puasakan Pasien
Terapi Cairan
Premedikasi
Meredakan kecemasan dan ketakutan
Memperlancar induksi anestesi
Mengurangi sekresi kelenjar ludah dan bronkus
Meminimalkan jumlah obat anestetik
Mengurangi mual muntah pasca bedah
Menciptakan amnesia
Mengurangi isi cairan lambung
Mengurangi reflek yang membahayakan
Contoh: Metoclopramide. Ranitidine, diazepam,
petidine
Premedikasi ialah pemberian obat 1-2 jam
sebelum induksi anestesi.

Obat-obat premedikasi, dosisnya


disesuakan dengan berat badan dan
keadaan umum pasien.
Periksalah jadwal pasien dengan teliti.
Periksalah apakah pasien sudah dipersiapkan untuk
operasi dan tidak makan/minum sekurang-
kurangnya 6 jam sebelumnya.
Ukurlah nadi dan tekanan darah dan buatlah pasien
relaks sebisa mungkin.
Periksa Alat-alat sebelum melakukan operasi
INDUKSI ANESTESI

Induksi anestesi ialah tindakan untuk


membuat pasien dari sadar menjadi
tidak sadar, sehingga memungkinkan
dimulainya anestesia dan pembedahan.

Untuk persiapan induksi anestesi


sebaiknya kita ingat kata STATICS
Induksi Intravena
Obat induksi bolus disuntikkan dalam kecepatan
antara 30-60 detik.
Selama induksi anestesi, pernapasan pasien, nadi dan
tekanan darah harus diawasi dan selalu diberikan
oksigen.
Tiopental (tiopenton, pentotal) diberikan secara
intravena dengan kepekatan 2,5% dan dosis antara 3-7
mg/kgBB
Propofol (recofol, diprivan) intravena dengan
kepekatan 1% menggunakan dosis 2-3 mg/kgBB
Ketamin intravena dengan dosis 1-2 mg/kgBB
Induksi Intramuskular
Sampai sekarang hanya ketamine yang dapat
diberikan secara intramuskular dengan dosis 5-7
mg/kgBB dan setelah 3-5 menit pasien tidur.

Induksi inhalasi
Teknik ini menggunakan halotan atau
sevoflurens merupakan pilihan bila jalan napas
pasien sulit ditangani. Induksi inhalasi hanya
dapat dilakukan apabila jalan napas bersih
sehingga obat anestesi dapat masuk. Induksi
inhalasi juga digunakan untuk anak-anak yang
takut pada jarum.
Durante Operasi
A. Persiapan Pasien
B. Pemakaian Obat Anestesi
C. Terapi Cairan
D. Monitor
Post-Operatif
A. Pemindahan Pasien dari Kamar Operasi ke
Recovery Room
B. Perawatan Post Anestesi di Recovery Room
Observasi klinis harus dilakukan dengan
pemantauan seperangkat alat berikut :
Pulse oximeter
Non-invasive blood pressure monitor
Elektokardiograf
Nerve stimulator
Pengukur suhu
POST ANESTHETIC ALDRETE RECOVERY SCORE

ORIGINAL CRITERIA Modified Criteria PointValue

COLOR Oxygenation

PINK SpO2>92% on room air 2

PALE OR DUSKY SpO2>90% on oxygen 1

CYANOTIC SpO2<90% on oxygen 0

RESPIRATION

CAN BREATHE DEEPLY AND COUGH Breathes deeply and coughs freely 2

SHALLOW BUT ADEQUATE EXCHANGE Dyspneic, shallow or limited breathing 1

APNEA OR OBSTRUCTION Apnea 0

CIRCULATION

BLOOD PRESSURE WITHIN 20% OF NORMAL Blood pressure 20 mmHg of normal 2

BLOOD PRESSURE WITHIN 2050% OF NORMAL Blood pressure 2050mmHg of normal 1

BLOOD PRESSURE DEVIATING >50% FROM NORMAL Blood pressure more than 50 mmHg of normal 0

CONSCIOUSNESS

AWAKE, ALERT, AND ORIENTED Fully awake 2

AROUSABLE BUT READILY DRIFTS BACK TO SLEEP Arousable on calling 1

NO RESPONSE Not responsive 0

ACTIVITY

MOVES ALL EXTREMITIES Same 2

MOVES TWO EXTREMITIES Same 1


Laporan kasus
Laporan Status
Anastesi
IDENTITAS
Nama : Muhammad Hendri
Jenis Kelamin : Laki- Laki
Umur : 18 tahun
Alamat : Jl. Lembaga DSN IV Tanjung Rejo
Pekerjaan : Pelajar
Status Perkawinan : Belum Menikah
No RM : 26 63 77
Tanggal Masuk : 15 Mei 2017
ANAMNESA
Keluhan Utama : Nyeri Menelan

Telaah : Pasien datang ke RSHM dengan


keluhan nyeri menalan, hal ini sudah di keluhkan
pasien sejak kurang lebih 10 tahun ini. Nyeri
dirasakan hilang timbul. Nyeri dirasakan semakin
berat apabila pasien menelan makanan yang keras.
Kemudian pasien juga mengeluhkan demam (+)
dan sakit kepala sebelah kanan (+). Riwayat tidur
mengorok (-). Kemudian pasien konsul ke dr.
Amran Simanjuntak, Sp. THT-KL dan disarankan
untuk operasi.
Lanjutan
Riwayat Penyakit Dahulu :
- Riwayat hipertensi (-)
- Riwayat DM (-)
Riwayat Penyakit Keluarga :
- Tidak ada yang memiliki keluhan yang sama dengan pasien
- Riwayat hipertensi (-)
- Riwayat DM (-)
Riwayat Alergi :
- Alergi makanan disangkal oleh pasien
- Alergi obat disangkal oleh pasien
- Alergi udara disangkal oleh pasien
Riwayat Pengobatan :
- Pasien sudah pernah berobat sebelumnya
Riwayat Psikososial
- Merokok (-)
PEMERIKSAAN FISIK

Status Present
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Sensorium : Compos Mentis
Berat Badan : 60 kg

Vital Sign
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 82 x/menit
Pernafasan : 24 x/menit
Suhu : 36,5 0C
Pemeriksaan Umum

Kepala - Leher
Kulit : Sianosis (-), Ikterik (-), Turgor (kembali cepat)
Kepala : Normocephali
Mata : Anemis -/-, Ikterik -/-, Edema palpebra -/-
Hidung : Tidak ada secret/Tidak ada bau/tidak ada perdarahan
pada hidung.
Mulut : Hiperemis pharing (-), Pembesaran tonsil (+)
Leher : Pembesaran KGB (-)
Lanjutan
Thorax Genitalia : Tidak
Paru dilakukan pemeriksaan
Inspeksi :Pergerakan nafas simetris,
tipe pernafasan torakal abdominal,retraksi Jantung
costae -/- Atas: ICS III linea
Palpasi : Stemfremitus kiri = kanan parasternalis sinistra
Perkusi : Sonor seluruh lapang paru Kiri : ICS VI 1 cm medial
Auskultasi : Vesikuler seluruh lapang linea mid clavicularis
paru sinistra
Kanan: ICS V linea
Abdomen sternalis dextra
Inspeksi : Datar, Simetris
Palpasi : Nyeri tekan (-), Hepar dan
Lien tidak teraba
Perkusi : Nyeri Ketok (-)
Auskultasi : Peristaltik (+) normal
Ekstremitas : Edema -/-
Pemeriksaan laboratorium
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil Laboratorium
Darah Rutin
Hb : 11,1 g/dl (12 16 g/dl)
HT : 35,1 % (36 47 %)
Eritrosit : 4,6 x 106/L (3,9 5,6 x 106/L)
Leukosit : 11.600 / L (4000 11.000 / L)
Trombosit : 317.000/L (150.000 450.000 /L)

Metabolik
KGD puasa : 96 mg/dl <140mg/dl
Asam urat : - mg dl
Fungsi Ginjal
Ureum : - mg/dl 20-40 mg/dl
Kreatinin : - mg/dl 0,6-1,1 mg/dl
Diagnosis : Tonsilitis Kronik
RENCANA TINDAKAN

Tindakan : Tonsilectomy
Anesthesi : GA-ETT
PS-ASA : 1
Posisi : supinasi
Pernapasan: Terkontrol dengan
menggunakan Ventilator
KEADAAN PRA BEDAH Pre operatif

B1 (Breath)
Airway : Clear
RR : 20x/menit
SP : Vesikuler ka=ki
ST : Ronchi (-/-), Wheezing
(-/-)

B2 (Blood)
Akral :
Hangat/Merah/Kering
TD : 120/80 mmHg
HR : 82 x/menit

B3 (Brain)
Sensorium : Compos Mentis
Pupil : Isokor, ka=ki
3mm/3mm
RC : (-)/(-)
Lanjutan...
B4 (Bladder)
Urine Output :-
Kateter : tidak
terpasang

B5 (Bowel)
Abdomen : Soepel
Peristaltik : (+)
Normal
Mual/Muntah : (-)/(-)

B6 (Bone)

Oedem : (-)
PERSIAPAN OBAT GA-ETT
Perdarahan
Induksi Anestesi Kasa Basah : 5 x 10 = 50
Kasa 1/2 basah : 2x 5 = 10
Propofol : 50 mg Suction : 500 cc
Obat pelumpuh otot EBV : 60 x 70 =
4200 cc
Rocorunium :50 mg EBL : 10 % =
Obat Reversal 420cc
Atropine 0,75 mg + 20% = 840cc
30 % = 1.260 cc
Prostigmin 3 mg
Maintenance
Durasi Operatif
Sevofluran 1-2% Lama Anestesi = 09.00 10.35 WIB
Jumlah Cairan Lama Operasi = 09.35 10.20 WIB

DO : RL Teknik Anastesi : GA ETT


1000 cc Supinasi Premedikasi Midazolam Fentanyl
PO : RL 500 Oksigenasi H2O2 Propofol Sleep non apneu
cc Injeksi Atracurium Sleep apneu Pemasangan
ETT (Intubasi) Cuff dikembangkan Suara
Pernafasan ka=ki - Fiksasi
POST OPERASI
Operasi berakhir pukul: PERAWATAN POST
10.20 WIB OPERASI
Setelah operasi selesai pasien Setelah operasi selesai,
di observasi di Recovery pasien dibawa ke ruang
Room. Tekanan darah, nadi pemulihan setelah
dan pernapasan dipantau dipastikan pasien pulih dari
hingga kembali normal. anestesi dan keadaan
Pasien boleh pindah ke umum, kesadaran serta
ruangan bila Alderette score vital sign stabil, pasien
>9 dipindahkan ke bangsal
Pergerakan :2 dengan anjuran untuk
Pernapasan :2 bedrest 24 jam dan tidur
Warna kulit :2 telentang.
Tekanan darah :2
Kesadaran :2
TERAPI POST OPERASI
Bedrest headup 30o
IVFD RL 20 gtt/menit
Minum sedikit-sedikit bila sadar penuh dan
peristaltic (+) Normal
Injeksi Ketorolac 30mg/8jam (IV)
Injeksi Ranitidine 50mg/12 jam (IV)
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai