Anda di halaman 1dari 74

ANATOMI & FISIOLOGI

HIDUNG DAN SINUS


PARANASAL

Disusun oleh:

Abyanka Rayhan Fuadi


161.0221.134
FK UPN VETERAN JAKARTA
Anatomi

Secara garis besar, hidung dibagi menjadi:


1. Hidung luar
2. Hidung dalam
Hidung Luar

Hidung luar
piramid
1. Pangkal hidung
2. Dorsum nasi
3. Puncak hidung
4. Ala nasi
5. Kolumela
Hidung Luar

Hidung luar
piramid
1. Pangkal hidung
2. Dorsum nasi
3. Puncak hidung
4. Ala nasi
5. Kolumela
Hidung Luar

Hidung luar
piramid
1. Pangkal hidung
2. Dorsum nasi
3. Puncak hidung
4. Ala nasi
5. Kolumela
Hidung Luar

Hidung luar
piramid
1. Pangkal hidung
2. Dorsum nasi
3. Puncak hidung
4. Ala nasi
5. Kolumela
Hidung Luar

Hidung luar
piramid
1. Pangkal hidung
2. Dorsum nasi
3. Puncak hidung
4. Ala nasi
5. Kolumela

kolumela
Hidung Luar
Struktur hidung luar dibedakan atas 3 bagian:
1. Kubah tulang
2. Kubah kartilago
3. Lobulus hidung
Kubah Tulang
Kubah tulang hidung terdiri dari:
Kedua os nasale
Processus frontalis maxillae
Processus nasalis ossis frontalis
Kubah Kartilago
Kubah kartilago hidung terdiri dari :
2 Cartilagines nasi lateralis
1 Cartilago septum nasi
Kerangka Tulang
&
Tulang Rawan
Lobulus Hidung
Lobulus hidung terdiri dari :
2 Cartilagines alares
Kolumela
2 Ala nasi
Ujung hidung
Nares
Lobulus
Nasi
Hidung Dalam
Terdiri dari beberapa bagian:
1. Septum nasi
2. Conchae nasales
3. Meatus nasales
4. Sinus paranasales
Septum Nasi
Kerangka tulang tdd :
Lamina perpendikularis
Vomer
Krista nasalis os maksilla
Krista nasalis os palatina

Kerangka tulang rawan tdd :


Kartilago septum
Kolumela
Conchae Nasales
1. Concha nasalis superior
... Meatus nasi superior...
2. Concha nasalis media
... Meatus nasi medius...
3. Concha nasalis inferior
... Meatus nasi inferior...
Dasar cavum nasi
Cavum Nasi
Berbentuk terowongan dari depan ke
belakang, dipisahkan oleh septum nasi
Pintu masuk nares anterior
Pintu keluar nares posterior koana
VESTIBULUM

Masing2 mempunyai 4 buah dinding


Dinding inferior os maksilla & os palatum
Dinding superior lamina kribiformis
Dinding medial septum nasi
Dinding lateral concha
V
A
S
K
U
L
A
R
I
S
A
S
I
I
N
E
R
V
A
S
I
FISIOLOGI HIDUNG
Fungsi hidung :
1. Fungsi Respirasi
2. Fungsi Penghidu
3. Fungsi Fonetik
4. Fungsi Statik dan Mekanik
5. Refleks Nasal
1. FUNGSI RESPIRASI
Inspirasi
Ekspirasi
Pengaturan Udara (kelembaban)
Pengaturan Temperatur
Pembersihan Udara
2. FUNGSI PENGHIDU
Bagian yang berperan dalam proses
penghidu adalah
1. Membran mukosa Olfaktorius
2. Bulbus Olfaktorius
3. Korteks Olfaktorius
Mukosa Olfaktorius
Terletak di langit-langit rongga hidung.

Mengandung 3 jenis sel :


1. sel reseptor olfaktorius ujung2 neuron
aferen khusus
2. sel penunjang mengeluarkan mukus yg
melapisi saluran hidung
3. sel basal prekursor untuk sel-sel reseptor
olfaktorius yg baru, yg diganti setiap sekitar
2 bln
Bulbus Olfaktorius
Suatu struktur saraf kompleks yg
mngandung bbrp lapisan sel yg bbeda2.
Serat2 yg kluar dari bulbus olfaktorius
bjalan melalui 2 rute :
1. rute subkortikal : mnuju ke daerah sistem
limbik, khususnya sisi media bwh lobus
temporalis (dianggap sbg korteks olfaktorius
primer) dianggap sbg satu2nya jalur phidu.
2. rute talamus-kortikal
3. FUNGSI FONETIK
Resonansi suara menghasilkan suara
overtones

Membantu proses pembentukan kata-


kata (kata dibentuk oleh : lidah, bibir,
palatum mole) konsonan nasal (m, n,
ng) dengan rongga mulut tertutup, rongga
hidung terbuka/palatum mole turun untuk
aliran udara
4. FUNGSI STATIK & MEKANIK

Untuk meringankan beban kepala,


proteksi terhadap trauma dan pelindung
panas
5. REFLEKS NASAL
Iritasi mukosa dapat menyebabkan refleks
bersin dan batuk terhenti
Rangsang bau menyebabkan sekresi
kelenjar liur, pankreas dan lambung
TEKNIK PEMERIKSAAN
HIDUNG & NASOFARING
PASIEN - PEMERIKSA

POSISI PASIEN DAN PEMERIKSA


MEJA ALAT DENGAN ALAT-ALAT THT
KURSI PASIEN
- berhadapan dengan kursi dokter
ALAT-ALAT
SPEKULUM HIDUNG
PINSET BAYONET PANJANG
SUCTION
ALAT PENGAIT BENDA ASING HIDUNG
SPATEL LIDAH
KACA TENGGOROK
LAMPU TRANSILUMINASI
RINOSKOPI ANTERIOR
RONGGA HIDUNG
LUASNYA, SEKRET
KONKA (INF, MEDIA, SUP)
N: MERAH MUDA, LIVID, HIPEREMI
BESARNYA
EDEMA, HIPERTROFI
SEPTUM NASI
LURUS, DEVIASI, KRISTA, SPINA
MEATUS (SUP, MEDIUS, INF)
SEKRET (ASAL?)
MASSA
POLIP, MASSA

PEMERIKSAAN TRANSILUMINASI
- Dilakukan dikamar gelap dengan
lampu transiluminator
- Menilai sinus maksila dan sinus
frontal
RINOSKOPI POSTERIOR
CARA
DGN KACA TENGGOROK 2-4
DILIHAT :
KOANA
KONKA
TORUS TUBARIUS, MUARA TUBA
EUSTACHIUS, FOSSA ROSENMULLER
Pemeriksaan Lainnya
Rinometri dan Rinomanometri
Endoskopi hidung
Pemeriksaan penghidu
Pemeriksaan radiologi
SINUS PARANASAL
SINUS PARANASAL

Merupakan hasil
pneumatisasi tulang kepala
sehingga terbentuk rongga
di dalam tulang

Ada 4 pasang sinus :


1. Sinus Maksilaris
2. Sinus Frontal
3. Sinus Etmoid
4. Sinus Sfenoid
Ostium berada di sebelah superior dinding medial sinus dan
bermuara ke hiatus semilunaris melalui infundibulum etmoid.
Vaskularisasi

Cabang dari arteri maxillaris internal mendarahi


sinus ini. Termasuk infraorbital
(yang berjalan dengan nervus infraorbital ),
cabang dari sphenopalatine, palatina mayor.

Inervasi

Sinus maksila dipersarafi dari V.2 yaitu nervus


palatina mayor dan cabang dari nervus infraorbital
Sinus Frontal
Terletak di os frontal.

Mulai terbentuk sejak bulan keempat fetus, berasal dari sel


resessus frontal atau sel infundibulum etmoid.

Sinus frontal kanan dan kiri biasanya tidak simetris dan


dipisahkan oleh sekat di garis tengah, tepi sinus berlekuk-
lekuk.

Ukuran :
- tinggi 2,8 cm - lebar 2,4 cm - dalam 2 cm

Sinus frontal melalui ostiumnya yang terletak di resesus


frontal, yg berhubungan dg infundibulum etmoid.
Tulang pemisah os. frontal dengan orbita dan fossa serebri anterior
tipis bila infeksi maka mudah menjalar

Vaskularisasi
dari arteri ophtalmica melalui arteri supraorbita dan supratrochlear

Inervasi
dipersarafi oleh cabang nervus V.1. secara khusus, nervus-nervus ini
meliputi cabang supraorbita dan supratrochlear.
Sinus Etmoid
Pada dewasa, bentuknya seperti piramid dengan dasarnya di
posterior.

Sinus etmoid berongga-rongga sel yang menyerupai sarang


tawon.

Ukuran ant-post 4-5 cm, tinggi 2,4 cm, lebar 0,5 cm di bag
anterior dan 1,5 cm di bag posterior.

Terletak di antara konka media dan dinding medial orbita.


Sinus Etmoid Sinus Etmoid
Anterior Berdasarkan letaknya Posterior
Selnya kecil dan Selnya lebih
banyak. besar dan sedikit
Terletak di depan jumlahnya.
lamina basalis. Di posterior
lamina basalis.
Vaskularisasi

Sinus etmoid mendapat aliran darah dari arteri


carotis eksterna dan interna. Arteri sphenopalatina
dan juga opthalmica mendarahi sinus. Pembuluh
vena mengikuti arteri dan dapat menyebabkan
infeksi intracranial.
Inervasi

Sinus etmoid dipersarafi oleh nervus V.1 dan V.2,


nervus V.1 mensarafi bagian superior sedangkan
sebelah inferior dipersarafi oleh nervus V.2
Sinus Sfenoid

Terletak di os sfenoid di
belakang sinus etmoid
posterior.

Dibagi dua oleh sekat yg


disebut septum intersfenoid.

Ukuran : Tinggi 2 cm - Dalam


2,3 cm - Lebar 1,7 cm

Volume 5-7,5 ml
Vaskularisasi
Arteri etmoid posterior mendarahi atap sinus
sphenoidalis. Bagian lain dari sinus mendapat
aliran darah dari arteri sphenopalatina.

Inervasi

Dipersarafi oleh cabang nervus V.1 dan V.2.


Nervus nasociliaris ( cabang dari nervus V.1)
berjalan menuju nervus etmoid posterior dan
mensarafi atap sinus. Cabang-cabang nervus
sphenopalatina (V.2) mensarafi dasar sinus
Kompleks Osteomeatal
Komplek Osteomeatal
(KOM)
Kompleks ostiomeatal (KOM) adalah area yang dibatasi oleh konka media
di medial dan lamina papirasea di lateral.

Kompleks ini berperan penting dalam patofisiologi sinusitis paranasalis.


Struktur yang termasuk dalam kompleks ini adalah
- konka media, - hiatus semilunaris,
- prosesus unsinatus, - ostium sinus maksilaris
- bulla ethmoid, - resesus frontal dan
- infundibulum ethmoid, - sel-sel agger nasi
Sistem Mukosiliar

Terdapat 2 aliran transpor


mukosiliar
Lendir dari sinus
Lendir dari sinus posterior bergabung
anterior bergabung di resesus
di infundibulum sfenoetmoidalis
etmoid dialirkan ke dialirkan ke
nasofaring di depan nasofaring di
muara tuba posterior-superior
Eustachius. muara tuba
Eustachius.
Didalam sinus terdapat mukosa
bersilia silia bergerak teratur
mengalirkan lendir ke
ostium alamiahnya mengikuti
jalur yg sudah tentu polanya.
Terdapat 2 aliran :
Sinus anterior bergabung di
infundibulum ethmoid
dialirkan di nasofaring.
Sinus posterior bergabung di
resesus sfenoethmoidalis
nasofaring (posterior muara
tuba), jika terjadi sinusitis, post
nasal drip (+).
Fungsi Sinus Paranasal
Sebagai pengatur kondisi udara (air
conditioning)

Sebagai penahan suhu

Peredam perubahan tekanan udara

Membantu resonansi suara

Membantu keseimbangan kepala

Membantu produksi mukus untuk


membersihkan rongga hidung
Sebagai pengatur kondisi
udara (air conditioning)

Ruang tambahan untuk memanaskan dan


mengatur kelembapan udara inspirasi

Membantu Produksi Mukus utk


Membersihkan Rongga Hidung

Efektif membersihkan partikel yang turut masuk


dengan udara inspirasi karena mukus ini keluar dari
meatus medius.
Sebagai Penahan
Suhu
Sebagai penahan (buffer) panas, melindungi orbita
dan fossa serebri dari suhu rongga hidung yang
berubah-ubah.

Membantu Keseimbangan
Kepala
Jika Penamba
udara han berat Diangga
Menguran
dalam hanya
gi berat p tidak
sinus sebesar
tulang
1% dari bermakn
muka diganti
berat a
dengan
tulang kepala
Membantu Resonansi
Suara
Berfungsi sebagai rongga untuk
resonansi suara dan mempengaruhi
kualitas suara

Peredam Perubahan Tekanan


Udara

Bila terdapat perubahan tekanan yang besar dan


mendadak misalnya bersin atau membuang ingus.
Anamnesis
Keluar cairan dari hidung (warna, konsistensi)
Hidung tersumbat
Post nasal drip
Wajah terasa nyeri (Nyeri dahi, pangkal hidung, pipi, dan
tengah kepala)
Wajah terasa penuh
Pendengaran terganggu akibat sumbatan tuba
Gangguan penghidu
Rasa kering di tenggorokan
Batuk
Nyeri gigi
Tanpa demam
Inspeksi dari
luar
Yang diperhatikan adalah adanya pembengkakan pada muka.
Pembengkakan di pipi sampai kelopak mata bawah sampai
berwarna kemerahan -> sinusitis maksila akut
Pembengkakan di kelopak mata atas -> sinusitis frontal akut

Palpasi
Nyeri tekan pada pipi dan nyeri ketuk di gigi menunjukkan adanya
sinusitis maksila.
Sinusitis frontal terdapat nyeri tekan di dasar sinus frontal yaitu
pada bagian medial atap orbita.
Sinusitis etmoid menyebabkan rasa nyeri tekan di daerah kantus
medius.
SINUSITIS
FRONTAL
Nyeri tekan bagian
medial atap orbita.

SINUSITIS
ETMOID Nyeri
tekan di daerah
kantus medius.

SINUSITIS
MAKSILA
Nyeri tekan
pipi
Transiluminasi

Hanya untuk memeriksa sinus maksila dan


sinus frontal.

Px sinus maxila: dimasukan sumber cahaya ke rongga mulut dan bibir


dikatupkan sehingga sumber cahaya tidak tampak lagi, setelah beberapa
menit tampak daerah orbita terang seperti bulan sabit.
Px Radiologik
X-ray kepala posisi
lateral Posisi rutin yang dipakai ialah
posisi Waters, P.A, dan lateral.

Posisi Waters terutama untuk


melihat adanya kelainan di sinus
maksila, frontal dan etmoid.

Posisi posterior anterior untuk


menilai sinus frontal.

Posisi lateral untuk menilai sinus


frontal, sphenoid dan etmoid.
Px Radiologik

X-ray kepala posisi waters


Pemeriksaan CT-scan.
Sinoscopy

Pemeriksaan ke dlm sinus


maksila dgn endoskop.
dimasukkan melalui lubang
buatan di meatus inferior
atau di fossa kanina.

Dapat melihat dalam sinus:


- Sekret
- Polip
- jaringan granulasi
- massa tumor/ kista

Anda mungkin juga menyukai