Anda di halaman 1dari 28

PENCEGAHAN

NURSYAHID SIREGAR
BP.1420332013
A.BATASAN
Merupakan tindakan agar tidak terjadi sesuatu
(prevensi)
Upaya medis bertujuan untuk mencegah
kematian,penyakit.kecatatan, ketidaknyamanan,
ketidakpuasan dan kekurangan yang
belumbelum saatnya terjadi
DEFINISI
Pencegahan

Tindakan menjauhi Kejadian.

Semua kegiatan di bidang kedokteran seyogyanya


merupakan tindakan pencegahan
DEFINISI
Mengambil suatu tindakan yang diambil terlebih
dahulu sebelum kejadian, dengan didasarkan
pada data / keterangan yang bersumber dari
hasil analisis epidemiologi atau hasil
pengamatan / penelitian epidemiologi.
(Narsy, 2006)
TUJUAN PENCEGAHAN PENYAKIT
Menghalangi perkembangan penyakit dan
kesakitan sebelum sempat berlanjut.

Sehingga diharapkan pencegahan dapat dapat


menyelesaikan masalah kesehatan di
masyarakat.
KONSEP DARI PENCEGAHAN
Suatu bentuk upaya sosial untuk promosi,
melindungi, dan mempertahankan kesehatan
pada suatu populasi tertentu.
(National Public Health Partnership, 2006)
RIWAYAT ALAMIAH PENYAKIT DAN
TINGKAT PENCEGAHAN

Periode prepatogenesis
- Tingkat pencegahan primer
Promosi kesehatan
Perlindungan khusus
Periode patogenesis
-Tingkat pencegahan sekunder
Diagnosis dini dan pengobatan segera
Pembatasan ketidakmampuan (disability)
-Tingkat pencegahan tersier
Rehabilitasi
TINGKAT PENCEGAHAN
Pengetahu Pencegah
an an
penyakit penyakit
Sehingga dengan mengetahui perjalanan penyakit
dari waktu ke waktu serta perubahan yg terjadi dari
fase ke fase dpt dipikirkan upaya pencegahan yang
sesuai sehingga penyakit dpt dihambat
perkembangannya agar tidak lebih berat, bahkan dpt
disembuhkan
TINGKAT PENCEGAHAN
1. Pencegahan Primer (primary Prevention)
Tingkat penceghan awal dg cara menghindari
ataumengatasi faktor2 resiko
Ex: -melaksanakan imunisasi terhadap penyakit
menular
-menganjurkan masy berhenti merokok
Terdiri dari:
1. Health promotion
2. Specific protection
Dilakukan melalui 2 strategi: populasi dan
individu
Target
populasi
Individu sehat
Promosi kesehatan
Pendidikan kesehatan, penyuluhan
Gizi yang cukup sesuai dengan perkembangan
Penyediaan perumahan yg sehat
Konseling perkawinan
Pemeriksaan kesehatan berkala
dll
Perlindungan khusus
Imunisasi
Kebersihan perorangan
Perlindungan thdp kecelakaan akibat kerja
Penggunaan gizi tertentu
Perlindungan terhadap zat yang dapat menimbulkan
kanker
dll
2. Pencegahan sekunder (secondary prevention)
Tingkat pencegahan dg cara melakukan deteksi dini
pnykt pd saat penyakit tersebut belum menampilkan
gejala2nya yg khas, sehingga pengobatan dini masih
mampu menghentikan perjalanan pnykt lebih lanjut
Ex : pemeriksaan Pap smear dan tes lain utk pnykt
keganasan yg masih terselubung
Fase penyakit
tahap dini penyakit
Target
pasien
Diagnosis dini dan pengobatan segera
Penemuan kasus (individu atau masal)
Skrining
Pemeriksaan khusus dengan tujuan
Menyembuhkan dan mencegah penyakit berlanjut
Mencegah penyebaran penyakit menular

Mencegah komplikasi dan akibat lanjutan


3. Pencegahan tersier (tertiary Prevention)
Tingkat pencegahan melakukan tindakan klinis
yg bertujuan mencegah kerusakan lebih lanjut
atau mengurangi komplikasi setelah pnykt
diketahui.
Ex : pembatasan kecacatan, Rehabilitasi
Fase penyakit
penyakit tahap lanjut (pengobatan dan rehabilitasi)
Target
pasien
Rehabilitasi
Penyediaan fasilitas untuk pelatihan hingga fungsi
tubuh dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya
Pendidikan pada masyarakat dan industriawan agar
menggunakan mereka yang telah direhabilitasi
A. PENCEGAHAN PRIMER
Sering dilakukan diluar sistem perawatan
kesehatan, misalnya khlorinasi dan flouridasi
dari air.
Namun pencegahan primer lainnya terjadi pula
pada tatanan kerja yang spesifik misalnya
penggunaan masker debu, uji ketajaman mata,
dan uji deteksi hepatitis B dan atau AIDS
B.Tingkat Pencegahan
Mencegah terjadnya penyakit secara keseluruhan
Primer dengan menghilangkan faktor-faktor risiko. Cth:
imunisasi

Mendeteksi penyakit secara dini (early detection) pada

Sekunder saat penyakit masih asimtomatik dan apabila


pengobatan dini dapat menghentikan berlanjutnya
penyakit, cth: pap smears

Aktivitas klinik yang mencegah memburuknya atau

Tersier mengurangi komplikasi sesudah penyakit tampak (cth:


penggunaan obat blocker untuk mengurangi risiko
kematian sesudah pasien sembuh dari infark miokard)
b.Pencegahan Sekunder
Untuk deteksi dini atau diagnosis dini dari
penyakit, dengan 2 strategi yang berbeda:
Uji tes, pemeriksaan yang dapat dilakukan dengan
cepat. Memilah perorangan yang terlihat sehat yang
mempunyai penyakit dar imereka yang mungkin
Skrining tidak mempunyai penyakit.
Perangan yang menunjukkan hasil positif dirujuk
untuk didiagnosis dan pengobatan.

Mencari penyakit dengan uji skrining diantara


pasien-pasiennya yang datang untuk konsultasi
Penemuan mengenai gejala yang tidak berhubungan.
kasus/case Penemuan klinisi mempunyai tanggung jawab untuk
menindaklanjuti hasil-hasil yang abnormal.
finding
Pencegahan dini dan riwayat alami
penyakit
Tujuan dari diagnosis dini tetap sama yaitu deteksi dini dari penyakit
yang belum menampakkan gejala (pra asimtomatik).
Penyakit bermula dengan berawal dari interaksi antar manusia, faktor kausal dan
Awal lingkungan.
biologik

Dengan perjalanan waktu, walaupun individu yangterkena tetap bebas dari gejala,
Kemungkina mekansime penyakit menimbulkan perubahan dari struktur atau fungsi, sehingga bila
n deteksi digunakan uji yang sesuai dapat dicapai diagnosis dini dari penyakit.
dini

Dengan tidak adanya intervensi atau hilangnya secara spontan, penyakit bergerakn
Diagnosis menuju ketitik dimana timbul gejala dan individu yang terkena menjadi sakit dan mencari
klinik pertolongan klinik.
lazim

Penyakit dalam perjalanannya akan sampai padakeluarannya berupa kesembuhan, cacat


atau kematian
keluaran
Keluaran:
Diagnosis dini Diagnosis dini - Kesembuhan
Awal biologik
yang mungkin yanglazim - Kecacatan
- kematian

TK
2 3
1

Titik kritik 1: antara biologik dan diagnosis dini, skrining atau


penemuan kasus akan terlambat kegunaannya, titik kritik sudah
terlewatkan pada saat deteksi dini dimungkinkan
titik kritik 3: antara diagnosis klinik lazim dan keluaran, maka
diagnosis dini akan membuang-buang waktu. Dalam hal ini akan lebih
baik bila ditunggu sampai saat pasien dengan gejalanya mencari
pertolongan klinik
Titik kritik 2: antara diagnosis dini yang mungkin dan lazim dilakukan,
sesuatu skrining dan penamuan kasus memberikan harapan untuk
memperbaiki keluaran dri pasien2 dengan penyakit yang dituju
3 kriterian menentukan kondisi medis yang
sesuai untuk skrining yaitu:
Keefektivan Efikasi
pengobatan apabila Kepatuhan pasien
ditemukan penyakit Pengobatan dini lebih efektif drpd
pd masa dini: pengobatan pd saat kemudian

Seberapa berat beban Kematian, penyakit, keccacatan,


penderita yang
ditimbulkan oleh
ketidaknyamanan,
keadaan dlm arti: ketidakpuasana, kerugian

Sensitivitas, spesifitas,
Seberapa baik
kesederhanaan, biaya, keamanan,
prosedur skrining
dilakukan dalam arti: penerimaan oleh pasien, efek
labeling
KEEFEKTIVAN DARI PENGOBATAN DINI
Diperlukan studi yang cermat karena adanya bias-
bias yang terjadi dalam program skrining yaitu:
Waktu yang mendahuluinya yaitu periode waktu
antara ditemukannya suatu keadaan medis oleh
skrining dan saat kalau hal tersebut didiagnosa
pd saat sesorang menunjukkan adanya gejala
dan mencari pertolongan medis.
Bias panjang yang terjadi karena proporsi dari
kelainan yang tumbuh lambat yang didiagnosa
pada saat kunjungan medis biasa.
Kepatuhan pasien dalam menjalankan nasehat
medis
BEBAN PENDERITAAN
Apakah skrining dibenarkan berdasarkan
beratnya kondisi medis dalam arti
kematian,kesakitan dan penderitaan yang
sidebabkan kondisi tersbut.
Beratnya kondisi medis berdasarkan risiko yang
ada atau pronosisnya.
Suatu dilema adalah keadaan bahwa bila
seseorang diketahui mempunyai risiko tinggi
tetapi tidak ada bukti bahwa bila pengobatan
dini adalah efektif.
Apabila bukti menunjukkan tidak adanya
keefektivan pengobatannya, maka tidak ada
gunanya dilakukan skrining
Bias karena panjang/waktu dan kepatuhan pasien
dapat dihindarkan dengan uji acak kontrol (RTC)
yang memperhitungkan semua keluaran dalam
kelompok, tanpa memandang metode diagnosis atau
tingkat partisipasinya.
Kelompok-kelompok pasien yang secara random
dialokasikan akan mempunyai orang-orang dengan
tumor tumbuh lambat dan tingkat kepatuhan yang
sebanding.
Kelompok-kelompok ini dapat diakui sepanjang
waktu dengan melihat angka kematiannya dan
bukannya angka kesakitannya (untuk menghindari
bias karena waktu yang mendahului.
Prosedur skrining yang bagaimana???
Skrining harus sensitivitas tinggi agar tidak terluput dari beberapa
kasus penyakit yang ada dan mempunyai spesitivitas tinggi untuk
mengurangi jumlah orang dengan hasil postif semu yang memerlukan
pemeriksaan lebuh lanjut.
Sederhana dan murah: biaya finansial dari uji tidak hanya bergantung pada
biaya evaluasi berikutnya yang dilakukan pada pasien dengan hasil uji
positif. Dengan demikian sensitivitas, spesitifitas dan nilai preiksi akan
mempengaruhi biaya.
Keamanan: walau secara etik cukup dibenarkan penggunaan uji
diagnostik yang berisiko pada pasien-pasien yang datang dengan
keluhan-keluhan spesifik, namun hal tersebut akan berbeda bila
digunakan pada subjek yang diperkirakan masih sehat.
Dapat diterima baik oleh pasien maupun klinisi.
Efek labeling: suatu dampak dari hasil uji atau diagnosis pada pasien-pasien. Efek positif
bila skiringnya normal, efek negatif akan merisaukan bilapasien dengan positif semu
dan hal ini terjadi apabila skrining dilakukan padapenyakit yang prevalensinya rencah.
Risiko dari posotif semu: bila pengukuran2 dari uji skrining diexpresikan dalam skala
interval dan apabila nilai normal diberi batasan dalam rentang 95% dari hasil , maka
makin banyak uji yang dilakukan,main besar risiko untuk mendaptkan hasil positif semu.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai