Anda di halaman 1dari 22

REFERAT

PATENT DUCTUS ARTERIOSUS PADA ANAK

Pembimbing :
dr. Sigit Prastyanto, Sp.A

Disusun Oleh :
Noer Rizky Helga Widowati
1161050139

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak


Periode 22 Juli 2017 30 September 2017
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia
RSUD TARAKAN KALIMANTAN UTARA
2017
Perubahan Sirkulasi Normal
Setelah Lahir
Tahanan vaskular pulmonal turun dan
aliran darah pulmonal meningkat,
Tahanan vaskular sistemik meningkat,
Duktus arteriosus menutup,
Foramen ovale menutup,
Duktus venosus menutup.
Duktus Arteriosus yang tetap terbuka lebih dari 10 hari
setelah tahanan vaskuler pulmonal menurun (setelah bayi
dilahirkan) dan darah aorta dialirkan kedalam arteri
pulmonalis. 1,6
Etiologi 1,7

Faktor Genetik
karena adanya mutasi gen spesifik yang menyebabkan cacat
pada pembentukan jaringan elastik yang membentuk dinding
duktus arteriosus Gen PDA1 resesif, kromosom 12
Faktor Lingkungan
pajanan terhadap rubella pada waktu di dalam kandungan,
persalinan prematur, hipoksia, lahir di dataran tinggi.
Duktus ini merupakan otot arteri dengan lapisan otot polos tebal pada tepi
medialnya
Keseimbangan dari faktor vaskular yang menyebabkan relaksasi dan kontraksi

Relaksasi Kontraksi
prostaglandin yang tinggi penurunan kadar prostaglandin
Hipoksemia peningkatan tekanan oksigen parsial
produksi nitrat oksida pada peningkatan reseptor prostaglandin
ductus tersebut. endotelin prostaglandin-1
norepinefrin
asetilkolin
bradikinin
Menurunnya responsifitas duktus Kelainan struktur otot polos duktus
terhadap oksigen
Relaksasi aktif dari prostaglandin
dan prostasiklin
Patofisiologi
Kecil (<3mm)
asimptomatik

Sedang (4-5mm)
Tidak mau menyusui
Berat badannya tidak bertambah
Berkeringat secara berlebihan
Kesulitan dalam bernafas
Jantung yang berdenyut lebih cepat
Mudah kelelahan
Pertumbuhan terhambat

Berat (>5mm)
Gejala PDA sedang lebih berat
Takhipnoe
Takikardi
Banyak berkeringat
Pemeriksaan Fisik
Takhipnoe
Takikardi
Banyak berkeringat
Tanda khas pada denyut nadi berupa pulsus seler disebut water hammer
pulse.
Pada pemeriksaan fisik jantung
Palpasi :
Thrill sistolik yang paling jelas teraba pada ICS II kiri yang dapat menyebar ke sekitarnya
Auskultasi :
Bunyi jantung pertama sering normal, diikuti sistolik click.
Bunyi jantung kedua selalu keras, terkeras di sela iga II kiri.
Machinery murmur yang punctum maksimumnya pada ICS II linea sternalis kiri.
Pasien dengan pirau yang besar, dapat terdengar murmur mid-diastolik pada presentasi
katup mitral yang terdengar pada daerah apeks 4,8
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan EKG
Dapat ditemukan gelombang P yang
melebar, kompleks QRS yang tinggi
akibat beban tekanan pada atrium dan
ventrikel kiri.6
Secara umum bisa disebutkan
PDA kecil dalam batas normal
PDA sedang hipertrofi ventrikel kiri
dengan atau tanpa dilatasi atrium kiri.
PDA besar tampak hipertrofi
biventrikuler dengan dominasi aktivitas
ventrikel kiri dan dilatasi atrium kiri.2
Rontgen Thoraks
Bila PDA kecil sekali, gambaran jantung dan
pembuluh darah paru normal.
Bila PDA cukup besar, maka gambaran
radiologinya:
Aorta descendens dan arkus tampak normal
A. pulmonalis tampak menonjol lebar di
samping aorta.
Pembuluh darah paru dan hilus tampak
melebar
Pembesaran atrium kiri
Pembesaran ventrikel kanan dan kiri.

Gambar 3. Foto Rontgen Thoraks Gambar 4. Foto thoraks menunjukkan


pada PDA besar dengan kardiomegali pengisian dari aortapulmonary
Echocardiogram
Gold standard for diagnosing PDA

Pada M-Mode adanya dilatasi atrium dan ventrikel kiri


serta gambaran ventrikel kiri yang hiperdinamik petunjuk
tak langsung besarnya PDA.
Pada ekokardiogram 2 dimensi penampang sumbu
panjang parasternal letak tinggi atau suprasternal dapat
terlihat PDA dan dapat ditentukan diameternya.
Pada ekokardiogram Doppler berwarna dapat ditentukan
patensi dan arah aliran darah. 6

Gambar 6. Gambaran duktus dengan ukuran 3,1 mm pada PDA besar Gambar . Gambaran ekokardiografi dengan Dopler
MRI12

untuk menilai anatomi pada


PDA dan pada pasien
dengan kelainan pada arkus
aorta seperti aneurisma pada
arkus aorta.

Gambar 8. Gambaran MRI menunjukkan PDA besar


antara aorta dan arteri pulmonaris
Kateterisasi Jantung

Pemeriksaan kateterisasi jantung hanya dilakukan


bila terdapat hipertensi pulmonal, yaitu keadaan
dimana secara Doppler ekokardiografi tidak
terlihat aliran diastolic, ada keraguan
kemungkinan suatu aorta-pulmonary window atau
disertai dengan kelainan lain
Angiografi ventrikel kiri dilakukan untuk
mengevaluasi fungsinya dan juga melihat
kemungkinan adanya defek septum ventrikel atau
kelainan lain yang tidak terdeteksi dengan
pemeriksaan ekokardiografi.

Gambar 9. Gambaran angiografi pada PDA


TATALAKSANA

Untuk penutupan duktus


1. Indometasin, untuk bayi prematur
Usia <48 jam
Dosis awal 0,2 mg/kgBB oral/iv
Dosis kedua dan ketiga 0,1 mg/kgBB, dengan interval 24 jam
Usia 2-7 hari
Dosis kedua dan ketiga 0,2mg/kgBB
Usia >7 hari
0,25 mg/kgBB
Pemberian selama 5-7 hari, untuk mencegah pembukaan kembali
duktus yang menutup.

2. Ibuprofen
Dosis pertama 10mg/kgBB
Dosis kedua dan ketiga 5mg/kgBB
Indikasi operasi duktus arteriosus dapat diringkas sebagai
berikut:
PDA pada bayi yang tidak memberikan respon terhadap
pengobatan medikamentosa.
PDA dengan keluhan.
PDA dengan endokarditis infektif yang kebal terhadap terapi
medikamentosa.
1. Gianturco coil

Gianturco coil, digunakan untuk menutup PDA


kecil, yaitu ukurannya kurang dari 3 mm.

2. Amplatzer Ductal Occluder


3. Detachable Coil

4. Nit Occluder

Nit-occluder dapat digunakan untuk menutup PDA kecil-


sedang (kurang dari 3,5 sampai 4 mm).
Komplikasi

PDA besar yang tidak diterapi dapat menyebabkan :


1. Hipertensi pulmonal
2. Infeksi paru berulang
3. Aritmia
4. Gagal jantung 15% bayi prematur dengan berat badan lahir <1750
gram
Pada PDA kondisi ini akan muncul pada umur 1-3 bulan.7,8,13
Sindrom Eisenmenger biasanya terjadi pada penderita dengan PDA
besar yang tidak mengalami penanganan pembedahan.1,7,8
Prognosis

Pasien dengan PDA kecil dapat hidup normal dengan sedikit


atau tidak ada gejala.
Pengobatan termasuk pembedahan pada PDA yang besar
umumnya berhasil dan tanpa komplikasi sehingga
memungkinkan seseorang untuk hidup dengan normal.7
DAFTAR PUSTAKA
1. Wahab AS. Patent Duktus Arteriosus. Dalam : Wahab AS. Kardiologi Anak: Penyakit Jantung Kongenital Yang Tidak
Sianotik. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2006: 69-76
2. Sastroasmoro, M., B. Madiyono. Buku Ajar Kardiologi Anak. Jakarta: Bina Rupa Aksara; 1994, hal: 165-8, 182-8, 214-21
3. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi i, Simadribrata KM, Setiati S. Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Edisi IV. Jakarta: 2007: 1641-46
4. Guyton AC. Hall JE. Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC; 2007. 353-56.
5. Snell RS. Anatomi Klinik. Edisi 6. Jakarta: EGC; 2006. 108,141
6. Rilantono, L., Baraas F.,Karo S, Roebiono P (eds). Duktus Arteriosus dalam: Buku Ajar Kardiologi. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2003, hal 227-8
7. Desantis ERH, Clyman RI. Patent Ductus Arteriosus: Pathophysiology and Management Patent Ductus Arteriosus. Journal
of Perinatology. 2006 : 14-18
8. Schneider DJ, moore JW. Patent Ductus Arteriosus. University of Illinois College of Medicine at Peoria and Cardiac
Catheterization Laboratory, Children's Hospital of Illinois, Peoria, Ill (DJS); 2006. 114
9. Kim, L. 2012. Patent Ductus Arteriosus. http://emedicine.medscape.com/article/891096-overview . (diakses 03 September
2017)
10. Ontoseno T. Diagnosis Dan Tatalaksana Penyakit Jantung Bawaan Yang Kritis Pada Neonatus. Divisi Kardiologi Bagian
Ilmu Kesehatan Anak FK Unair - RSU Dr. Soetomo Surabaya. 2003. 8-9
11. Mansjoer, A. dkk (eds). Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Edisi 3. Jakarta:Media Aesculapius Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, hal: 448-9
12. Evans N, Malcolm G, Osborn D, et al. Diagnosis of Patent Ductus Arteriosus in Preterm Infants. NeoReviews 2004:5:86-93
13. Affandi M. Penyakit Jantung Bawaan: Apa Yang Harus Dilakukan. Cermin Dunia Kedokteran No. 31.1993. 11-17
14. Wong A. et al. Closure of the patent ductus arteriosus with ibuprofen and other non-steroidal anti-inflammatory
medication in neonates. Eastern Journal of Medicine. 2010 (15); 139-145

Anda mungkin juga menyukai