PPH PASAL 4 AYT 2

PEMOTONGAN DAN PEMUNGUTAN
PAJAK PENGHASILAN
PASAL 4 AYAT(2),PASAL 15 ,PASAL 22,
PASAL 23 DAN PASAL 26
SOEWITO
TIDAK
TERMASUK
PENGHASILAN
PENGHASILAN KENA PAJAK YG PENGENAAN
PAJAKNYA
BERSIFAT FINAL
PENGH DALAM NEGERI PENGH LUAR NEGERI
PEMENUHAN KEWAJIBAN PAJAK PAJAK ATAS PENGHASILAN

DI LN
DIHITUNG KEMBALI DG
BAYAR PEMO PEMU UU PPh
SENDIRI TONGAN NGUTAN
PPh
PPh PPh PPh
PSL
PSL 25 PSL 22 PSL 24
21/23
MERUPAKAN KREDIT PAJAK THD PPh TERUTANG

PAJAK PENGHASILAN
PELUNASAN PAJAK DALAM TAHUN BERJALAN
MEMBAYAR PEMOTONG PEMUNGUT

SENDIRI AN AN
PASAL 25
PASAL 21 / 23 PASAL 22
PELUNASAN PAJAK DALAM TAHUN BERJALAN DAPAT DIKREDITKAN THD PPh

TERUTANG UNTUK TAHUN PAJAK YBS,
KECUALI PPh ATAS PENGHASILAN YG PENGENAAN PAJAKNYA BERSIFAT FINAL.
PEMUNGUTAN PPh PASAL 22 ,KHUSUS PPh PASAL 22 IMPOR BARANG, PENYETORAN

PPh PASAL 22 NYA DAPAT DILAKSANAKAN OLEH IMPORTIR YBS ATAU OLEH DJBC
SIFAT PEMENUHAN KEWAJIBAN PAJAK
TIDAK FINAL FINAL
PASAL 26
PASAL 25 PASAL 15 PASAL 19

PASAL 21 /23
PASAL 17 (2c) PASAL 4 (2)
PASAL 22
NORMA PENGHASILAN
KHUSUS TERTENTU
PASAL 24 DIVIDEN YG PENILAIAN KEMBALI
DITERIMA WP OP AKTIVA TETAP
PPh PASAL 21 TIDAK FINAL,KECUALI PENGHASILAN ISTRI SEMATA-MATA DARI SATU
PEMBERI KERJA BERSIFAT FINAL ; PPh PASAL 22 TIDAK FINAL,KECUALI PENJUALAN BBM
KPD PENYALUR/AGEN BERSIFAT FINAL ; PASAL 26 FINAL ,KECUALI WP LN BERUBAH
STATUS MENJADI WP DN, BERSIFAT TIDAK FINAL
PAJAK PENGHASILAN
PASAL 4 AYAT (2)
PASAL 4 AYAT (2) UU PPH
PENGHASILAN DI BAWAH INI DAPAT DIKENAI PAJAK BERSIFAT FINAL:

a. PENGHASILAN BERUPA BUNGA DEPOSITO DAN TABUNGAN LAINNYA,
BUNGA OBLIGASI DAN SURAT UTANG NEGARA, DAN BUNGA SIMPANAN
YANG DIBAYARKAN OLEH KOPERASI KEPADA ANGGOTA KOPERASI ORANG
PRIBADI;
b. PENGHASILAN BERUPA HADIAH UNDIAN;
c. PENGHASILAN DARI TRANSAKSI SAHAM DAN SEKURITAS LAINNYA,
TRANSAKSI DERIVATIF YANG DIPERDAGANGKAN DI BURSA, DAN TRANSAKSI
PENJUALAN SAHAM ATAU PENGALIHAN PENYERTAAN MODAL PADA
PERUSAHAAN PASANGANNYA YANG DITERIMA OLEH PERUSAHAAN MODAL
VENTURA;
d. PENGHASILAN DARI TRANSAKSI PENGALIHAN HARTA BERUPA TANAH
DAN/ATAU BANGUNAN, USAHA JASA KONSTRUKSI, USAHA REAL ESTATE,
DAN PERSEWAAN TANAH DAN BANGUNAN; DAN
e. PENGHASILAN TERTENTU LAINNYA,
YANG DIATUR DENGAN ATAU BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH.
JENIS PENGHASILAN
YANG DIKENAI PPh PASAL 4 AYAT (2) UU PPh
a. PENGHASILAN BERUPA BUNGA DEPOSITO DAN TABUNGAN SERTA
DISKONTO SERTIFIKAT BANK INDONESIA
b. PENGHASILAN BERUPA BUNGA OBLIGASI
c. PENGHASILAN BERUPA BUNGA SIMPANAN YANG DIBAYARKAN OLEH
KOPERASI KEPADA ANGGOTA KOPERASI ORANG PRIBADI
d. PENGHASILAN BERUPA HADIAH UNDIAN
e. PENGHASILAN DARI TRANSAKSI PENJUALAN SAHAM DI BURSA EFEK
f. PENGHASILAN DARI WAJIB PAJAK YANG MEMILIKI PEREDARAN BRUTO
TERTENTU
g. PENGHASILAN TRANSAKSI PENGALIHAN HAK ATAS TANAH DAN/ATAU
BANGUNAN
h. PENGHASILAN DARI PERSEWAAN TANAH DAN/ATAU BANGUNAN
i. PENGHASILAN DARI USAHA JASA KONSTRUKSI
PAJAK PENGHASILAN
ATAS
BUNGA DEPOSITO DAN
TABUNGAN
SERTA DISKONTO SBI
PERATURAN PELAKSANAAN TERKAIT
o PP NO. 131 TAHUN 2000 TANGGAL 15 DESEMBER 2000 TENTANG PAJAK

PENGHASILAN ATAS BUNGA DEPOSITO DAN TABUNGAN SERTA
DISKONTO SERTIFIKAT BANK INDONESIA
o KMK NO. 51/KMK.04/2001 TANGGAL 01 FEBRUARI 2001 TENTANG
PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN ATAS BUNGA DEPOSITO DAN
TABUNGAN SERTA DISKONTO SERTIFIKAT BANK INDONESIA
PPH ATAS BUNGA DEPOSITO DAN TABUNGAN SERTA DISKONTO SBI
PEMOTONG PAJAK OBJEK PEMOTONGAN PAJAK
BANK YANG DIDIRIKAN BUNGA DEPOSITO DAN TABUNGAN SERTA
ATAU BERTEMPAT DISKONTO SBI TERMASUK
KEDUDUKAN DI BUNGA YANG DITERIMA ATAU DIPEROLEH DARI
INDONESIA DEPOSITO DAN TABUNGAN YANG DITEMPATKAN DI
CABANG BANK LN LN MELALUI
DI INDONESIA BANK YANG DIDIRIKAN ATAU BERTEMPAT
BANK INDONESIA KEDUDUKAN DI INDONESIA ATAU CABANG BANK LN
DI INDONESIA.
DEPOSITO : DEPOSITO DGN NAMA DAN DALAM BENTUK APAPUN, TERMASUK

DEPOSITO BERJANGKA, SERTIFIKAT DEPOSITO DAN DEPOSIT ON CALL BAIK DLM
RUPIAH /DLM VALAS YG DITEMPATKAN PADA ATAU DITERBITKAN OLEH BANK.
TABUNGAN : SIMPANAN PADA BANK DENGAN NAMA APAPUN, TERMASUK GIRO,
YANG PENARIKANNYA DILAKUKAN MENURUT SYARAT-SYARAT TERTENTU YANG
DITETAPKAN OLEH MASING-MASING BANK.
TERMASUK PENGERTIAN DEPOSITO DAN TABUNGAN : DEPOSITO DAN TABUNGAN
DALAM RUPIAH MAUPUN VALAS YANG DITEMPATKAN DI LN MELALUI BANK YANG
DIDIRIKAN DI INDONESIA ATAU CABANG BANK LN DI INDONESIA.
TARIF PAJAK PPh PASAL 4 AYAT (2)
TERHADAP WP DN DAN BUT. 20% DARI JUMLAH BRUTO,
20% DARI JUMLAH BRUTO,

TERHADAP WP LN. ATAU
TARIF P3B YANG BERLAKU.
BUKTI POTONG
BUKTI PEMOTONGAN PPH FINAL PASAL 4 AYAT (2) ATAS BUNGA

DEPOSITO DAN TABUNGAN , DISKONTO SBI SERTA JASA GIRO YANG
DIBUAT OLEH PEMOTONG PAJAK DALAM RANGKAP 2, YAITU:
LEMBAR KESATU UNTUK WAJIB PAJAK
LEMBAR KEDUA UNTUK PEMOTONG PAJAK
PENYETORAN - PELAPORAN PAJAK
PENYETORAN PAJAK MENGGUNAKAN SURAT SETORAN PAJAK (SSP) RANGKAP 4:

o LEMBAR KE-1 : UNTUK ARSIP WAJIB PAJAK
o LEMBAR KE-2 : UNTUK KANTOR PELAYANAN PERBENDAHARAAN NEGARA
(KPPN)
o LEMBAR KE-3 : UNTUK DILAPORKAN WAJIB PAJAK KE KANTOR PELAYANAN
PAJAK
o LEMBAR KE-4 : UNTUK ARSIP KANTOR PENERIMA PEMBAYARAN
PENYETORAN PALING LAMA TGL 10 BULAN BERIKUTNYA SETELAH MASA PAJAK
BERAKHIR
PELAPORAN PALING LAMA 20 SETELAH MASA PAJAK BERAKHIR.
Dalam hal tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran, batas akhir pelaporan
pajak ,bertepatan dengan hari libur termasuk hari Sabtu atau hari libur nasional,
pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya
Hari libur nasional termasuk hari yang diliburkan untuk penyelenggaraan

Pemilihan Umum yang ditetapkan oleh Pemerintah dan cuti bersama secara
nasional yang ditetapkan oleh Pemerintah.
DIKECUALIKAN DARI PEMOTONGAN:
a. BUNGA DARI DEPOSITO DAN TABUNGAN SERTA DISKONTO
SERTIFIKAT BANK INDONESIA SEPANJANG JUMLAH DEPOSITO DAN
TABUNGAN SERTA SERTIFIKAT BANK LNDONESIA TERSEBUT TIDAK
MELEBIHI RP 7.500.000,00 DAN BUKAN MERUPAKAN JUMLAH YANG
DIPECAH-PECAH;
b. BUNGA DATA DISKONTO YANG DITERIMA ATAU DIPEROLEH BANK
YANG DIDIRIKAN DI INDONESIA ATAU CABANG BANK LN DI INDON.
c. BUNGA DEPOSITO DAN TABUNGAN SERTA DISKONTO SERTIFIKAT
BANK INDONESIA YANG DITERIMA ATAU DIPEROLEH DANA PENSIUN
YANG PENDIRIANNYA TELAH DISAHKAN OLEH MENTERI KEUANGAN
SEPANJANG DANANYA DIPEROLEH DARI SUMBER PENDAPATAN
SEBAGAIMANA DIMAKSUD DALAM PASAL 29 UNDANG-UNDANG
NOMOR 11 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN;
d. BUNGA TABUNGAN PADA BANK YANG DITUNJUK PEMERINTAH
DALAM RANGKA PEMILIKAN RUMAH SEDERHANA DAN SANGAT
SEDERHANA, KAVELING SIAP BANGUN UNTUK RUMAH SEDERHANA
DAN SANGAT SEDERHANA, ATAU RUSUN SEDERHANA SESUAI
DENGAN KETENTUAN YANG BERLAKU, UNTUK DIHUNI SENDIRI.
PAJAK PENGHASILAN
ATAS
BUNGA SIMPANAN
ANGGOTA KOPERASI ORANG
PRIBADI
o PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15

TAHUN 2009 TENTANG PAJAK PENGHASILAN ATAS BUNGA
SIMPANAN YANG DIBAYARKAN OLEH KOPERASI KEPADA
ANGGOTA KOPERASI ORANG PRIBADI
o PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 112/PMK.03/2010
TANGGAL 14 JUNI 2010 TENTANG TATA CARA PEMOTONGAN,
PENYETORAN, DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN ATAS
BUNGA SIMPANAN YANG DIBAYARKAN OLEH KOPERASI KEPADA
PPH ATAS BUNGA SIMPANAN ANGGOTA KOPERASI

KOPERASI YANG IMBALAN BERUPA BUNGA SIMPANAN
DIDIRIKAN DI YANG DITERIMA ANGGOTA KOPERASI
INDONESIA ORANG PRIBADI DARI DANA YANG
DISIMPAN ANGGOTA KOPERASI
ORANG PRIBADI PADA KOPERASI
TEMPAT ORANG PRIBADI TERSEBUT
MENJADI ANGGOTA.
TIDAK
TERMASUK
BUNGA SIMPANAN YANG DITERIMA ANGGOTA KOPERASI

ORANG PRIBADI
YANG MERUPAKAN BAGIAN DARI SISA HASIL USAHA.
TARIF PAJAK PPH PASAL 4 AYAT (2)
BUNGA SIMPANAN ANGGOTA KOPERASI
PENGHASILAN BERUPA
BUNGA SIMPANAN SAMPAI
0%
DENGAN RP 240.000,00 PER
BULAN
PENGHASILAN BERUPA
BUNGA SIMPANAN LEBIH 10 % DARI JUMLAH BRUTO
DARI RP 240.000,00 PER BUNGA
BULAN.
PAJAK PENGHASILAN WAJIB DIPOTONG OLEH

KOPERASI YANG MELAKUKAN PEMBAYARAN BUNGA SIMPANAN KEPADA
PADA SAAT PEMBAYARAN.
BUKTI POTONG
BUKTI POTONG DIBUAT OLEH PEMOTONG PAJAK
DALAM RANGKAP 3 (TIGA), YAITU:
o LEMBAR KESATU UNTUK WAJIB PAJAK
o LEMBAR KEDUA UNTUK KANTOR PELAYANAN
PAJAK
o LEMBAR KETIGA UNTUK PEMOTONG PAJAK
SIFAT PEMOTONGAN PPH PASAL 4 AYAT (2)
PEMOTONGAN PPH PASAL 4 AYAT (2),BERSIFAT

FINAL, ARTINYA PPH YANG TELAH DIPOTONG
TERSEBUT TIDAK DAPAT DIPERHITUNGKAN
SEBAGAI KREDIT PAJAK DALAM SURAT
PEMBERITAHUAN TAHUNAN PAJAK
PENGHASILAN WAJIB PAJAK YANG DIPOTONG

(KPPN)
PAJAK
BERAKHIR

PAJAK PENGHASILAN
ATAS
HADIAH UNDIAN
o PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 132 TAHUN 2000 TANGGAL

15 DESEMBER 2000 TENTANG PAJAK PENGHASILAN ATAS
HADIAH UNDIAN
o KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR KEP-
395/PJ/2001 TANGGAL 13 JUNI 2001 TENTANG PENGENAAN
PAJAK PENGHASILAN ATAS HADIAH DAN PENGHARGAAN
PPh ATAS HADIAH UNDIAN
HADIAH UNDIAN YANG

DIBAYARKAN ATAU DISERAHKAN KEPADA
ORANG PRIBADI, BADAN, ORANG PRIBADI ATAU BADAN
KEPANITIAAN, ORGANISASI
(TERMASUK ORGANISASI
INTERNASIONAL) ATAU
PENYELENGGARA LAINNYA
TERMASUK PENGUSAHA YANG
MENJUAL BARANG ATAU JASA YANG DIMAKSUD DENGAN HADIAH
UNDIAN ADALAH HADIAH DENGAN
YANG MEMBERIKAN HADIAH NAMA DAN DALAM BENTUK APAPUN
DENGAN CARA DIUNDI. YANG DIBERIKAN MELALUI UNDIAN.
TARIF PAJAK PPh PASAL 4 AYAT (2) HADIAH UNDIAN
YANG DITERIMA ATAU

DIPEROLEH ORANG PRIBADI 25%
DAN BADAN BAIK DALAM DARI JUMLAH BRUTO
NEGERI MAUPUN LUAR NILAI HADIAH
NEGERI
PENGERTIAN NILAI HADIAH

ADALAH
NILAI UANG ATAU NILAI PASAR
APABILA HADIAH TERSEBUT DISERAHKAN DALAM BENTUK NATURA
MISALNYA MOBIL.
BUKTI POTONG
DALAM R ANGKAP 3 (TIGA), YAITU:
o LEMBAR KESATU UNTUK PENERIMA HADIAH
UNDIAN
o LEMBAR KEDUA UNTUK KANTOR PELAYANAN
PAJAK
o LEMBAR KETIGA UNTUK PENYELENGGARA
HADIAH UNDIAN


(KPPN)
PAJAK
BERAKHIR

PAJAK PENGHASILAN
ATAS
PENGHASILAN DARI TRANSAKSI
PENJUALAN SAHAM DI BURSA EFEK
o PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 41 TAHUN 1994

TANGGAL 23 DESEMBER 1994 TENTANG PAJAK
PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN DARI
TRANSAKSI PENJUALAN SAHAM DI BURSA EFEK
SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 14 TAHUN 1997
o KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR
282/KMK.04/1997 TANGGAL 20 JUNI 1997
TENTANG PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK
PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN DARI
PPh ATAS PENGHASILAN
DARI
PENYELENGGARAAN
BURSA EFEK TRANSAKSI
MELALUI PENJUALAN SAHAM
PERANTARA DI BURSA EFEK
PEDAGANG EFEK.
TARIF PAJAK PPH ATAS PENGHASILAN DARI
0,1% DARI JUMLAH BRUTO

NILAI TRANSAKSI PENJUALAN.
PENGHASILAN YANG
DITERIMA ATAU
DIPEROLEH ORANG PEMILIK SAHAM PENDIRI
PRIBADI ATAU BADAN
DARI DARI TRANSAKSI
PENJUALAN SAHAM DI 0,5% DARI NILAI SAHAM
BURSA EFEK PERUSAHAAN PADA SAAT
PENAWARAN UMUM
PERDANA.
PENDIRI ADALAH ORANG PRIBADI ATAU BADAN YANG NAMANYA
TERCATAT DALAM DAFTAR PEMEGANG SAHAM PT ATAU TERCANTUM
DALAM ANGGARAN DASAR PT SEBELUM PERNYATAAN PENDAFTARAN
YANG DIAJUKAN KEPADA BAPEPAM DALAM RANGKA PENAWARAN
UMUM PERDANA (IPO) MENJADI EFEKTIF.
BUKTI POTONG
DALAM R ANGKAP 3 (TIGA), YAITU:
o LEMBAR KESATU UNTUK WAJIB PAJAK YANG
DIPOTONG
o LEMBAR KEDUA UNTUK PENYELENGGARA
BURSA EFEK
LEMBAR KETIGA UNTUK PEMOTONG PAJAK

PENYETORAN DAN PELAPORAN PPh PASAL 4 AYAT (2)
PENYETORAN PELAPORAN
SELAMBAT-LAMBATNYA TANGGAL 20 SELAMBAT-LAMBATNYA
SETIAP BULAN ATAS TRANSAKSI TANGGAL 25 PADA
PENJUALAN SAHAM YANG DILAKUKAN BULAN YANG SAMA DENGAN
DALAM BULAN SEBELUMNYA. BULAN PENYETORAN
DALAM HAL TANGGAL JATUH TEMPO PEMBAYARAN /PENYETORAN PAJAK

ATAU BATAS AKHIR PELAPORAN BERTEPATAN DENGAN HARI LIBUR
TERMASUK HARI SABTU ATAU HARI LIBUR NASIONAL,
PEMBAYARAN / PENYETORAN PAJAK ATAU PELAPORAN DAPAT DILAKUKAN
PADA HARI KERJA BERIKUTNYA
PAJAK PENGHASILAN
ATAS
PENGHASILAN DARI USAHA
YANG DITERIMA ATAU DIPEROLEH
WAJIB PAJAK YANG MEMILIKI
PEREDARAN BRUTO TERTENTU
o PP NO. 46 TH 2013 TENTANG PAJAK PENGHASILAN ATAS

PENGHASILAN DARI USAHA YANG DITERIMA ATAU DIPEROLEH
WAJIB PAJAK YANG MEMILIKI PEREDARAN BRUTO TERTENTU
o PER MENKEU NOMOR 107/PMK.011/2013 TENTANG TATA CARA
PENGHITUNGAN, PENYETORAN, DAN PELAPORAN PAJAK
PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN DARI USAHA YANG
DITERIMA ATAU DIPEROLEH WAJIB PAJAK YANG MEMILIKI
PEREDARAN BRUTO TERTENTU.
o SURAT EDARAN DIRJEN PAJAK NOMOR SE - 42/PJ/2013
TENTANG PELAKSANAAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46
TAHUN 2013 TENTANG PAJAK PENGHASILAN ATAS
PENGHASILAN DARI USAHA YANG DITERIMA ATAU DIPEROLEH
WAJIB PAJAK YANG MEMILIKI PEREDARAN BRUTO TERTENTU
WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI ATAU WAJIB PAJAK BADAN
TIDAK TERMASUK
BENTUK USAHA TETAP
DAN
MENERIMA, PENGHASILAN DARI USAHA,
TIDAK TERMASUK
PENGHASILAN DARI JASA SEHUBUNGAN DENGAN PEKERJAAN BEBAS,
DENGAN PEREDARAN BRUTO TIDAK MELEBIHI RP 4.800.000.000,00
DALAM 1 TAHUN PAJAK.
DIKENAI PAJAK PENGHASILAN YANG BERSIFAT FINAL.

JASA SEHUBUNGAN DENGAN PEKERJAAN BEBAS
MELIPUTI
o TENAGA AHLI YANG MELAKUKAN PEKERJAAN BEBAS, YANG TERDIRI DARI
PENGACARA, AKUNTAN, ARSITEK, DOKTER, KONSULTAN, NOTARIS, PENILAI,
DAN AKTUARIS;
o PEMAIN MUSIK, PEMBAWA ACARA, PENYANYI, PELAWAK, BINTANG FILM,
BINTANG SINETRON, BINTANG IKLAN, SUTRADARA, KRU FILM, FOTO MODEL,
PERAGAWAN/PERAGAWATI, PEMAIN DRAMA, DAN PENARI;
o OLAHRAGAWAN;
o PENASIHAT, PENGAJAR, PELATIH, PENCERAMAH, PENYULUH,
DAN MODERATOR;
o PENGARANG, PENELITI, DAN PENERJEMAH;.
o AGEN IKLAN;
o PENGAWAS ATAU PENGELOLA PROYEK;
o PERANTARA;
o PETUGAS PENJAJA BARANG DAGANGAN;
o AGEN ASURANSI; DAN
o DISTRIBUTOR PERUSAHAAN PEMASARAN BERJENJANG (MULTILEVEL
MARKETING) ATAU PENJUALAN LANGSUNG (DIRECT SELLING) DAN
KEGIATAN SEJENIS LAINNYA.
TIDAK TERMASUK WAJIB PAJAK YANG DIKENAI PPh
BERSIFAT FINAL BERDASARKAN PP 46 TH 2013
WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI WAJIB PAJAK BADAN
WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI YANG WAJIB PAJAK BADAN YANG

MELAKUKAN KEGIATAN USAHA BELUM
PERDAGANGAN DAN/ATAU JASA BEROPERASI SECARA
YANG DALAM USAHANYA: KOMERSIAL;
MENGGUNAKAN SARANA ATAU ATAU
PRASARANA YANG DAPAT DIBONGKAR WAJIB PAJAK BADAN YANG
PASANG BAIK YANG MENETAP MAUPUN DALAM JANGKA WAKTU 1
TIDAK MENETAP; (SATU) TAHUN SEJAK
DAN BEROPERASI SECARA
MENGGUNAKAN SEBAGIAN ATAU SELURUH KOMERSIAL MEMPEROLEH
TEMPAT UNTUK KEPENTINGAN UMUM YANG PEREDARAN BRUTO
TIDAK DIPERUNTUKKAN BAGI MELEBIHI RP
TEMPAT USAHA ATAU BERJUALAN. 4.800.000.000,00
PENGENAAN PPH DIDASARKAN PADA PEREDARAN BRUTO
DARI USAHA DLM 1 TAHUN DARI TAHUN PAJAK TERAKHIR
SEBELUM TAHUN PAJAK YBS
PEREDARAN BRUTO YANG TIDAK MELEBIHI RP4.800.000.000, DITENTUKAN

BERDASARKAN PEREDARAN BRUTO DARI USAHA SELURUHNYA TERMASUK
DARI USAHA CABANG, TIDAK TERMASUK PEREDARAN BRUTO DARI:
o JASA SEHUBUNGAN DENGAN PEKERJAAN BEBAS;
o PENGHASILAN YANG DITERIMA ATAU DIPEROLEH DARI LUAR NEGERI;
o USAHA YANG ATAS PENGHASILANNYA TELAH DIKENAI PAJAK
PENGHASILAN YANG BERSIFAT FINAL DENGAN KETENTUAN PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN PERPAJAKAN TERSENDIRI; DAN
o PENGHASILAN YANG DIKECUALIKAN SEBAGAI OBJEK PAJAK.
DALAM HAL PEREDARAN BRUTO KUMULATIF

WP YANG MEMILIKI PEREDARAN BRUTO TERTENTU
PADA SUATU BULAN
TELAH MELEBIHI JUMLAH RP 4.800.000.000
DALAM SUATU TAHUN PAJAK,
WP TETAP DIKENAI TARIF PPh YANG BERSIFAT FINAL 1%
SAMPAI DENGAN AKHIR TAHUN PAJAK YBS.
DALAM HAL PEREDARAN BRUTO WP TELAH MELEBIHI JUMLAH RP
4.800.000.000 PADA SUATU TAHUN PAJAK, ATAS PENGHASILAN YANG
DITERIMA ATAU DIPEROLEH WAJIB PAJAK PADA TAHUN PAJAK BERIKUTNYA
DIKENAI PPH BERDASARKAN TARIF UMUM UU PPH.
BESARNYA ANGSURAN PPH PASAL 25 UU PPH TAHUN PAJAK PERTAMA DIATUR

KETENTUAN SEBAGAI BERIKUT:
a. BAGI WP SBGMN DIMAKSUD PASAL 25 AYAT (7) HURUF b DAN HURUF c UU
PPH, BESARAN ANGSURAN PAJAK ADALAH SESUAI DENGAN BESARNYA
ANGSURAN PAJAK SEBAGAIMANA DIATUR DALAM PMK YANG MENGATUR
MENGENAI BESARNYA ANGSURAN PAJAK BAGI WP TSB;
b. BAGI WP SELAIN WP PADA HURUF a, PENGHITUNGAN BESARNYA
ANGSURAN PAJAK DIBERLAKUKAN SEPERTI WP BARU PASAL 25 AYAT (7)
HURUF a UUPPH.
PASAL 25 AYAT (7) UU PPH BERBUNYI :MENTERI KEUANGAN MENETAPKAN

PENGHITUNGAN BESARNYA ANGSURAN PAJAK BAGI :
a. WAJIB PAJAK BARU,
b. BANK, BUMN, BUMD, WP MASUK BURSA, DAN WP LAINNYA YANG
BERDASARKAN KETENTUAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN HARUS
MEMBUAT LAPORAN KEUANGAN BERKALA ;
c. WP ORANG PRIBADI PENGUSAHA TERTENTU DENGAN TARIFF PALING
TINGGI 0,75 % DARI PEREDARAN USAHA .
WP BARU BADAN
NO.255/PMK.03/2008
a.PENGHASILAN NETO BLN YBS. XX

b. PENGHS. a DISETAHUNKAN (12 X) XX
c. PKP XX
d. PPh TERUTANG XX
e.PPh PSL 25.BLN YBS 1/12 X d XX
WP BARU OP
PEMBUKUAN
a.PENGHASILAN NETO BLN YBS. XX

b. PENGHS. a DISETAHUNKAN (12 X) XX
c. PTKP (XX)
d. PKP XX
e. PPh TERUTANG XX
f.PPh PSL 25.BLN YBS 1/12 X e XX
WP BARU OP
NORMA PENGHITUNGAN
PENGHASILAN NETO
a.PENJUALAN BLN YBS. XX

b. % NPPN MIS: R%
c.PENGHASILAN NETO (a x b) XX
d. PENGHS. c DISETAHUNKAN (12 X) XX
e. PTKP (XX)
f. PKP XX
g. PPh TERUTANG XX
h.PPh PSL 25.BLN YBS 1/12 X g XX
WP OP PENGUSAHA TETENTU
NO.208/PMK.03/2009
WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI YANG MELAKUKAN KEGIATAN

USAHA SEBAGAI PEDAGANG PENGECER YANG MEMPUNYAI 1
(SATU) ATAU LEBIH TEMPAT USAHA.
ANGSURAN PPh Ps 25 BAGI
WP OP PENGUSAHA TERTENTU
SETIAP BULAN ADALAH :
0,75% DARI JUMLAH PEREDARAN BRUTO
MASING-MASING TEMPAT USAHA
NO.255/PMK.03/2008
W P BANK
DAN
SGU HAK OPSI
A.L-R FISK LAP KEU TRIW TERAKHIR XX

B.(A) DISETHNKAN ( 4X) XX
C, PPh TERUTANG XX
D.DIKURANGI PPh 24 XX
E.PPh YG DIBYR SENDIRI XX
F.PPh PASAL 25 :1/12 X E XX
BUMN/BUMD
A.L-R FISK RKAP TH.YBS (RUPS) XX

B.PPh TERUTANG XX
C.DIKURANGI DGN PPh 22,23,24 XX
D.PPh YG DIBYR SENDIRI XX
E.PPh PASAL 25 :1/12 X D XX
PAJAK PENGHASILAN
ATAS
PENGHASILAN BUNGA OBLIGASI
o PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 16 TAHUN 2009 TANGGAL 9

PEBRUARI 2009 TENTANG PAJAK PENGHASILAN ATAS
PENGHASILAN BERUPA BUNGA OBLIGASI STDTD PP NO.100 TH
2013 TGL. 31 DESEMBER 2013
TANGGAL 23 MEI 2011 TENTANG TATA CARA PEMOTONGAN,
BUNGA OBLIGASI
TANGGAL 13 JANUARI 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS
PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 85/PMK.03/2011
TENTANG TATA CARA PEMOTONGAN, PENYETORAN, DAN
PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN ATAS BUNGA OBLIGASI
PENGERTIAN
BUNGA OBLIGASI
ADALAH IMBALAN YANG DITERIMA ATAU DIPEROLEH
PEMEGANG OBLIGASI DALAM BENTUK
BUNGA DAN/ATAU DISKONTO.
OBLIGASI
ADALAH SURAT UTANG DAN SURAT UTANG NEGARA,
YANG BERJANGKA WAKTU LEBIH DARI 12 (DUA BELAS) BULAN.
PPh ATAS PENGHASILAN BUNGA OBLIGASI
BUNGA DAN/ATAU DISKONTO YANG
PENERBIT OBLIGASI DITERIMA ATAU DIPEROLEH
(EMITEN) ATAU PEMEGANG OBLIGASI DENGAN
KUSTODIAN KUPON PADA SAAT JATUH TEMPO
SELAKU AGEN BUNGA OBLIGASI; DAN
PEMBAYARAN YANG DISKONTO YANG DITERIMA ATAU
DITUNJUK DIPEROLEH PEMEGANG OBLIGASI
TANPA BUNGA PADA SAAT JATUH
TEMPO OBLIGASI;
PERUSAHAAN EFEK,
DEALER, BANK, DANA BUNGA DAN/ATAU DISKONTO OBLIGASI
PENSIUN, DAN YANG DITERIMA ATAU DIPEROLEH PENJUAL
REKSADANA, OBLIGASI PADA SAAT TRANSAKSI;
SELAKU
PEMBELI OBLIGASI
LANGSUNG TANPA PERUSAHAAN EFEK, DEALER, ATAU BANK,
MELALUI PERANTARA SELAKU PERANTARA,
TARIF PAJAK PPH PASAL 4 AYAT (2) ATAS
15% BAGI WP DN DAN BUT

ATAS BUNGA OBLIGASI
20% ATAU SESUAI TARIF P3B DENGAN KUPON
BAGI WP LN SELAIN BUT
DARI JUMLAH BRUTO BUNGA SESUAI DENGAN

MASA KEPEMILIKAN) OBLIGASI

ATAS DISKONTO OBLIGASI
20% ATAU SESUAI TARIF P3B DENGAN KUPON
DARI SELISIH LEBIH HARGA JUAL PADA SAAT TRANSAKSI ATAU

NILAI NOMINAL PADA SAAT JATUH TEMPO OBLIGASI DI ATAS
HARGA PEROLEHAN OBLIGASI, TIDAK TERMASUK BUNGA BERJALAN
TARIF PAJAK PPH PASAL 4 AYAT (2) ATAS

ATAS DISKONTO OBLIGASI
20% ATAU SESUAI TARIF P3B TANPA BUNGA
DARI SELISIH LEBIH HRG JUAL PADA SAAT TRANSAKSI ATAU NILAI NOMINAL
PADA SAAT JATUH TEMPO OBLIGASI DI ATAS HRGA PEROLEHAN OBLIGASI;
PP NO.16 TH 2009 ATAS BUNGA DAN/ATAU

0% : UNTUK TH 2009 SD TH 2010 DISKONTO OBLIGASI YANG
5% : UNTUK TH 2011 SD TH 2013 DITERIMA DAN/ATAU
15%: UNTUK TH 2014 DST. DIPEROLEH WAJIB PAJAK
REKSADANA YANG
PP NO.100 TH 2013 TERDAFTAR PADA BADAN
5% : UNTUK TH 2014 SD TH 2020 PENGAWAS PASAR MODAL
10%: UNTUK TH 2021 DST. DAN LEMBAGA KEUANGAN
TATA CARA PEMOTONGAN PAJAK
PEMOTONG PAJAK WAJIB MEMBERIKAN BUKTI

PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN FINAL PASAL 4 AYAT (2)
KEPADA ORANG PRIBADI ATAU BADAN
YANG MEMPEROLEH PENGHASILAN BERUPA
BUNGA OBLIGASI.
BUKTI POTONG MENGGUNAKAN FORMULIR BUKTI

PEMOTONGAN PPH FINAL PASAL 4 AYAT (2) ATAS BUNGA DAN
ATAU DISKONTO OBLIGASI DAN SURAT BERHARGA NEGARA,
YANG DIBUAT OLEH PEMOTONG PAJAK DALAM RANGKAP 4 :
LEMBAR KE 1: UNTUK WAJIB PAJAK YANG DIPOTONG

LEMBAR KE 2: UNTUK PENYELENGGARA BURSA EFEK
LEMBAR KE 3: ARSIP PEMOTONG PAJAK
LEMBAR KE 4: UNTUK PEMBELI/PEMEGANG OBLIGASI

(KPPN)
PAJAK
BERAKHIR

PAJAK PENGHASILAN
ATAS
PENGALIHAN HAK
ATAS
TANAH DAN/ATAU BANGUNAN
o PP NO. 48 THN 1994 TGL 27 DESEMBER 1994 TENTANG PEMBAYARAN

PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN DARI PENGALIHAN HAK
ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN STDTD PP NO. 71 TAHUN 2008
TGL 4 NOPEMBER 2008
o KEP. MEN.KEU NO. 635/KMK.04/1994 TGL 29 DESEMBER 1994
TENTANG PELAKSANAAN PEMBAYARAN DAN PEMUNGUTAN PAJAK
PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN DARI PENGALIHAN HAK ATAS
TANAH DAN/ATAU BANGUNAN STDTD PER. MEN.KEU NO.
243/PMK.03/2008 TGL 31 DESEMBER 2008
o PER. DIRJEN PAJAK NO. PER - 28/PJ/2009 TENTANG PELAKSANAAN
KETENTUAN PERALIHAN PP NO.71 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN
KETIGA ATAS PP NO.48 TAHUN 1994 PEMBAYARAN PAJAK
PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN DARI PENGALIHAN HAK ATAS
TANAH DAN/ATAU BANGUNAN
o PER. DIRJEN PAJAK NO. 30/PJ/2009 TGL 27 APRIL 2009 TENTANG TATA
CARA PEMBERIAN PENGECUALIAN DARI KEWAJIBAN PEMBAYARAN
ATAU PEMUNGUTAN PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN DARI
PENGALIHAN HAK ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN
PENGALIHAN HAK ATAS TANAH PEMENUHAN KEWAJIBAN
DAN/ATAU BANGUNAN PAJAK
o PENJUALAN, TUKAR-MENUKAR, DIBAYAR SENDIRI OLEH

PERJANJIAN PEMINDAHAN HAK, OP/BDN YANG MELAKUKAN
PELEPASAN HAK, PENYERAHAN HAK, PHTB SEBELUM DOKUMEN
LELANG, HIBAH, ATAU CARA LAIN YANG TRANSAKSI PHTB DITANDA
DISEPAKATI DENGAN PIHAK LAIN SELAIN TANGANI OLEH PEJABAT YANG
PEMERINTAH; BERWENANG.
o PENJUALAN, TUKAR-MENUKAR,
PELEPASAN HAK, PENYERAHAN HAK, ATAU
DIPUNGUT OLEH BENDAHARA
CARA LAIN YANG DISEPAKATI DENGAN
ATAU PEJABAT YANG
PEMERINTAH GUNA PELAKSANAAN
MELAKUKAN PEMBAYARAN
PEMBANGUNAN, TERMASUK
ATAU PEJABAT YANG
PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN
MENYETUJUI TUKAR MENUKAR
UMUM YANG TIDAK MEMERLUKAN
PERSYARATAN KHUSUS;
o PENJUALAN, TUKAR-MENUKAR, PELEPASAN HAK, PENYERAHAN HAK, ATAU CARA

LAIN KEPADA PEMERINTAH GUNA PELAKSANAAN PEMBANGUNAN UNTUK
KEPENTINGAN UMUM YANG MEMERLUKAN PERSYARATAN KHUSUS.
PENJUALAN, TUKAR-MENUKAR, PERJANJIAN PEMINDAHAN HAK,
PELEPASAN HAK, PENYERAHAN HAK, LELANG, HIBAH, ATAU CARA LAIN
YANG DISEPAKATI DENGAN PIHAK LAIN SELAIN PEMERINTAH;
PEJABAT YANG BERWENANG
o MENANDA TANGANI DOKUMEN o WAJIB MENYAMPAIKAN

TRANSAKSI ATAS PHTB APABILA LAPORAN BULANAN
OP/BD DIMAKSUD TELAH MENGENAI PENERBITAN
MENYERAHKAN FC SSP YBS DG DOKUMEN TRANSAKSI ATAS
MENUNJUKAN ASLINYA PHTB KPD DJP.
o PEJABAT YANG BERWENANG :NOTARIS, PPAT, CAMAT, PEJABAT LELANG,

ATAU PEJABAT LAIN YANG DIBERI WEWENANG SESUAI DG PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERLAKU.
DOKUMEN TRANSAKSI TSB BERUPA AKTA, KEPUTUSAN, PERJANJIAN, KESEPAKATAN

ATAU RISALAH LELANG
PENJUALAN, TUKAR-MENUKAR, PELEPASAN HAK, PENYERAHAN HAK,
ATAU CARA LAIN YANG DISEPAKATI DENGAN PEMERINTAH GUNA
PELAKSANAAN PEMBANGUNAN, TERMASUK PEMBANGUNAN UNTUK
KEPENTINGAN UMUM YG TIDAK MEMERLUKAN PERSYARATAN KHUSUS
BENDAHARA ATAU PEJABAT YANG BERWENANG
WAJIB MENYETOR PPH YG PENYETORAN PAJAK

TELAH DIPUNGUT SEBELUM DILAKUKAN DENGAN
MELAKUKAN PEMBAYARAN MENGGUNAKAN SSP AN
KPD OP/BD YANG BERHAK OP/BD YANG MENERIMA
MENERIMANYA ATAU PEMBAYARAN ATAU YANG
SEBELUM TUKAR-MENUKAR MELAKUKAN TUKAR-
DILAKSANAKAN. MENUKAR.
WAJIB MENYAMPAIKAN LAPORAN MENGENAI PHTB KPD DJP.

TARIF PPH
5%
KECUALI
JUMLAH
PENGALIHAN HAK ATAS
BRUTO NILAI
PENGALIHAN
RSS YANG DILAKUKAN OLEH

WP YANG USAHA POKOKNYA
MELAKUKAN PENGALIHAN 1%
HAK ATAS TANAH DAN/ATAU
BANGUNAN
NILAI PENGALIHAN
NILAI YANG TERTINGGI ANTARA NILAI BERDASARKAN AKTA PENGALIHAN HAK DG

NILAI JUAL OBJEK PAJAK TANAH DAN/ATAU BANGUNAN YBS BERSANGKUTAN
KECUALI PENGALIHAN HAK:
KEPADA PEMERINTAH MELALUI LELANG
NILAI BERDASARKAN NILAI MENURUT RISALAH

KEPUTUSAN PEJABAT YANG LELANG TERSEBUT.
BERSANGKUTAN;
NILAI JUAL OBJEK PAJAK ADALAH NILAI JUAL OBJEK PAJAK MENURUT SURAT
PEMBERITAHUAN PAJAK TERUTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN TAHUN YANG
BERSANGKUTAN ATAU DALAM HAL SURAT PEMBERITAHUAN PAJAK TERUTANG
DIMAKSUD BELUM TERBIT, ADALAH NILAI JUAL OBJEK PAJAK MENURUT SURAT
PEMBERITAHUAN PAJAK TERUTANG TAHUN PAJAK SEBELUMNYA.
PEMENUHAN PAJAK
Dibayar sendiri oleh pihak yang melakukan pengalihan hak

atas tanah dan/atau bangunan.
PPh yang terutang atas penghasilan yang diterima atau
diperoleh orang pribadi atau badan dari pengalihan hak
atas tanah dan/atau bangunan, wajib dibayar sendiri
dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP),
sebelum akta, keputusan, perjanjian, kesepakatan atau
risalah lelang ditanda tangani oleh pejabat yang
berwenang.
Pada SSP wajib dicantumkan nama, alamat, dan NPWP
dari orang pribadi atau badan yang bersangkutan.
PEMENUHAN PAJAK
Dipungut oleh bendahara atau pejabat yang melakukan pembayaran
atau pejabat yang menyetujui tukar menukar.
PPh yang terutang atas penghasilan yang diterima atau diperoleh
orang pribadi atau badan dari penjualan, tukar-menukar, pelepasan
hak, penyerahan hak, atau cara lain yang disepakati dengan
pemerintah guna pelaksanaan pembangunan, termasuk
pembangunan untuk kepentingan umum yang tidak memerlukan
persyaratan khusus , dipungut oleh bendahara atau pejabat yang
melakukan pembayaran atau pejabat yang menyetujui tukar menukar.
Bendahara atau pejabat yang melakukan pembayaran atau pejabat
yang menyetujui tukar menukar memungut PPh yang terutang dan
menyetorkannya ke bank persepsi atau Kantor Pos dan Giro dengan
menggunakan SSP, sebelum pembayaran kepada orang pribadi atau
badan atau sebelum tukar menukar dilaksanakan.
Pada SSP wajib dicantumkan nama, alamat, dan NPWP dari orang
pribadi atau badan yang menerima pembayaran atau yang melakukan
tukar menukar.
DIKECUALIKAN DARI
KEWAJIBAN PEMBAYARAN ATAU PEMUNGUTAN PPH
o ORANG PRIBADI PENGHASILAN DIBAWAH PTKP YANG MELAKUKAN PENGALIHAN
HAK ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN DENGAN JUMLAH BRUTO
PENGALIHANNYA KURANG DARI RP 60.000.000,00 DAN BUKAN MERUPAKAN
JUMLAH YANG DIPECAH-PECAH;
o ORANG PRIBADI ATAU BADAN PENGHASILAN DARI PENGALIHAN HAK ATAS TANAH
DAN/ATAU BANGUNAN KEPADA PEMERINTAH GUNA PELAKSANAAN
PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM YANG MEMERLUKAN
PERSYARATAN KHUSUS;
o ORANG PRIBADI YANG MELAKUKAN PENGALIHAN TANAH DAN/ATAU BANGUNAN

DENGAN CARA HIBAH KEPADA KELUARGA SEDARAH DALAM GARIS KETURUNAN
LURUS SATU DERAJAT, BADAN KEAGAMAAN, BADAN PENDIDIKAN, BADAN SOSIAL
TERMASUK YAYASAN, KOPERASI ATAU ORANG PRIBADI YANG MENJALANKAN
USAHA MIKRO DAN KECIL YANG KETENTUANNYA DIATUR LEBIH LANJUT DENGAN
PERATURAN MENTERI KEUANGAN, SEPANJANG HIBAH TERSEBUT TIDAK ADA
HUBUNGAN DENGAN USAHA, PEKERJAAN, KEPEMILIKAN, ATAU PENGUASAAN
ANTARA PIHAK-PIHAK YANG BERSANGKUTAN;
DIKECUALIKAN DARI
KEWAJIBAN PEMBAYARAN ATAU PEMUNGUTAN PPH
o BADAN YANG MELAKUKAN PENGALIHAN TANAH DAN/ATAU

BANGUNAN DENGAN CARA HIBAH KEPADA BADAN KEAGAMAAN,
BADAN PENDIDIKAN, BADAN SOSIAL TERMASUK YAYASAN
KOPERASI ATAU ORANG PRIBADI YANG MENJALANKAN USAHA
MIKRO DAN KECIL, YANG KETENTUANNYA DIATUR LEBIH LANJUT
DENGAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN,SEPANJANG HIBAH
TERSEBUT TIDAK ADA HUBUNGAN DENGAN USAHA, PEKERJAAN,
KEPEMILIKAN, ATAU PENGUASAAN ANTARA PIHAK-PIHAK YANG
BERSANGKUTAN; ATAU
o PENGALIHAN HAK ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN KARENA

WARISAN.
PAJAK PENGHASILAN
ATAS
PERSEWAAN TANAH
DAN/ATAU BANGUNAN
o PP NOMOR 29 TAHUN 1996 TANGGAL 18 APRIL 1996 TENTANG

PEMBAYARAN PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN DARI
PERSEWAAN TANAH DAN/ATAU BANGUNAN S.T.D.D PP NOMOR 5
TAHUN 2002
o KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 394/KMK.04/1996
TANGGAL 05 JUNI 1996 TENTANG TENTANG PELAKSANAAN
PEMBAYARAN DAN PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN ATAS
PENGHASILAN DARI PERSEWAAN TANAH DAN ATAU BANGUNAN S.T.D.D
KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 120/KMK.03/2002
TANGGAL 01 APRIL 2002
DASAR PENGENAAN PAJAK DAN TARIF
PENGHASILAN DARI PERSEWAAN
TANAH DAN ATAU BANGUNAN
DITERIMA /DIPEROLEH WP OP/BD
TARIF 10%
JUMLAH BRUTO NILAI PERSEWAAN

TANAH DAN ATAU BANGUNAN
DAN BERSIFAT FINAL.
JUMLAH BRUTO NILAI PERSEWAAN ADALAH

SEMUA JUMLAH YANG DIBAYARKAN ATAU TERUTANG OLEH PENYEWA
DENGAN NAMA DAN DALAM BENTUK APAPUN
JUGA YANG BERKAITAN DENGAN TANAH DAN/ATAU BANGUNAN YANG DISEWA
TERMASUK
BIAYA PERAWATAN, BIAYA PEMELIHARAAN, BIAYA KEAMANAN, BIAYA FASILITAS
LAINNYA DAN "SERVICE CHARGE" BAIK YANG PERJANJIANNYA
DIBUAT SECARA TERPISAH MAUPUN YANG DISATUKAN."
PEMENUHAN KEWAJIBAN PAJAK PAJAK
PENYEWA WP OP/BD YG
MENYEWAKAN
BADAN PEMERINTAH, SUBJEK PAJAK

BADAN DN, PENYELENGGARA
KEGIATAN, BUT, KSO, PERWAKILAN
WAJIB MOTONG DIPOTONG PPH
PERUSAHAAN LN LAINNYA, DAN
ORANG PRIBADI YANG DITETAPKAN
OLEH DIREKTUR JENDERAL PAJAK,
ORANG PRIBADI ATAU BUKAN SUBJEK TIDAK WAJIB BAYAR SENDIRI

PAJAK PENGHASILAN MOTONG PPH
PEMENUHAN PAJAK MELALUI PEMOTONGAN DAN MEMBAYAR SENDIRI
PAJAK YANG TERUTANG
MELALUI PEMOTONGAN
Apabila penyewa adalah badan pemerintah, subjek pajak badan dalam negeri,
penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, kerjasama operasi, perwakilan
perusahaan luar negeri lainnya, dan orang pribadi yang ditetapkan oleh Direktur
Jenderal Pajak, Pajak Penghasilan yang terutang wajib dipotong oleh penyewa.
Penyewa berkewajiban untuk:
a. memotong Pajak Penghasilan pada saat pembayaran atau terutangnya sewa;
b. Pemotong Pajak wajib memberikan bukti potong PPh Final Pasal 4 ayat (2)
kepada orang atau badan yang menyewakan pada saat dilakukannya
pemotongan Pajak Penghasilan;
Bukti potong rangkap 3 (tiga), yaitu:

Lembar ke 1 : Untuk yang menyewakan
Lembar ke 2 : Untuk Kantor Pelayanan Pajak
Lembar ke 3 : Untuk penyewa
MELALUI PEMOTONGAN MEMBAYAR SENDIRI
o menyetorkan Pajak Penghasilan o Pihak yang menyewakan wajib

yang telah dipotong dengan membayar Pajak Penghasilan
menggunakan SSP pada bank dengan menggunakan SSP Final
persepsi atau Kantor Pos dan Giro, pada bank persepsi atau Kantor
selambat-lambatnya tanggal 10 Pos dan Giro, selambat-
bulan berikutnya setelah bulan lambatnya tanggal 15 bulan
pembayaran atau terutangnya sewa; berikutnya setelah bulan diterima
o melaporkan Pajak Penghasilan yang atau diperolehnya sewa.
telah dipotong dan disetor kepada o Pihak yang menyewakan wajib
Kepala Kantor Pelayanan Pajak menyampaikan Surat
tempat penyewa terdaftar sebagai Pemberitahuan Masa paling lama
Wajib Pajak, selambat-lambatnya 20 hari setelah Masa Pajak
tanggal 20 bulan berikutnya setelah berakhir.
bulan pembayaran atau terutangnya
sewa.
SSP dibuat dalam rangkap 4, dengan peruntukan sebagai berikut:
Lembar ke-1 : untuk arsip Wajib Pajak
Lembar ke-2 : untuk Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN)
Lembar ke-3 : untuk dilaporkan Wajib Pajak ke Kantor Pelayanan Pajak
Lembar ke-4 : untuk arsip Kantor Penerima Pembayaran
PAJAK PENGHASILAN
ATAS
PENGHASILAN DARI USAHA
JASA KONSTRUKSI
o PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 51 TAHUN 2008 TANGGAL 20 JULI

2008 TENTANG PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN DARI USAHA
JASA KONSTRUKSI STDTD PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 40 TAHUN
2009 TANGGAL 4 JULI 2009
o PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 187/PMK.03/2008 TANGGAL
20 NOPEMBER 2008 TENTANG TATA CARA PEMOTONGAN,
PENYETORAN, PELAPORAN, DAN PENATAUSAHAAN PAJAK
PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN DARI USAHA JASA KONSTRUKSI
STDTD PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR
153/PMK.03/2009
PENGERTIAN (1)
JASA KONSTRUKSI ADALAH LAYANAN JASA :

o KONSULTANSI PERENCANAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI
o PELAKSANAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI, DAN
o KONSULTANSI PENGAWASAN PEKERJAAN KONSTRUKSI.
PEKERJAAN KONSTRUKSI ADALAH KESELURUHAN ATAU SEBAGIAN RANGKAIAN

KEGIATAN PERENCANAAN DAN/ATAU PELAKSANAAN BESERTA PENGAWASAN
YANG MENCAKUP PEKERJAAN
ARSITEKTURAL, SIPIL, MEKANIKAL, ELEKTRIKAL, DAN TATA LINGKUNGAN
MASING-MASING BESERTA KELENGKAPANNYA
UNTUK MEWUJUDKAN
SUATU BANGUNAN ATAU BENTUK FISIK LAIN.
PERENCANAAN KONSTRUKSI ADALAH PEMBERIAN JASA OLEH

ORANG PRIBADI ATAU BADAN YANG DINYATAKAN AHLI YANG PROFESIONAL
DI BIDANG PERENCANAAN JASA KONSTRUKSI
YANG MAMPU MEWUJUDKAN PEKERJAAN DALAM BENTUK
DOKUMEN PERENCANAAN BANGUNAN FISIK LAIN.
PENGERTIAN (2)
PELAKSANAAN KONSTRUKSI ADALAH

PEMBERIAN JASA OLEH ORANG PRIBADI ATAU BADAN
YANG DINYATAKAN AHLI YANG PROFESIONAL
DI BIDANG PELAKSANAAN JASA KONSTRUKSI
YANG MAMPU MENYELENGGARAKAN KEGIATANNYA UNTUK
MEWUJUDKAN SUATU HASIL PERENCANAAN MENJADI
BENTUK BANGUNAN ATAU BENTUK FISIK LAIN,
TERMASUK DI DALAMNYA PEKERJAAN KONSTRUKSI TERINTEGRASI
YAITU PENGGABUNGAN FUNGSI LAYANAN DALAM MODEL
PENGGABUNGAN PERENCANAAN, PENGADAAN, DAN PEMBANGUNAN
(ENGINEERING, PROCUREMENT AND CONSTRUCTION) SERTA MODEL
PENGGABUNGAN PERENCANAAN DAN PEMBANGUNAN
(DESIGN AND BUILD).
PENGERTIAN (3)
PENGAWASAN KONSTRUKSI ADALAH PEMBERIAN JASA

OLEH ORANG PRIBADI ATAU BADAN YANG DINYATAKAN AHLI YANG
PROFESIONAL DI BIDANG PENGAWASAN JASA KONSTRUKSI,
YANG MAMPU MELAKSANAKAN PEKERJAAN PENGAWASAN
SEJAK AWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI
SAMPAI SELESAI DAN DISERAHTERIMAKAN.
PENGGUNA JASA ADALAH

ORANG PRIBADI ATAU BADAN TERMASUK BENTUK USAHA TETAP
YANG MEMERLUKAN LAYANAN JASA KONSTRUKSI.
PENYEDIA JASA ADALAH

ORANG PRIBADI ATAU BADAN TERMASUK BENTUK USAHA TETAP,
YANG KEGIATAN USAHANYA MENYEDIAKAN LAYANAN JASA KONSTRUKSI
BAIK SEBAGAI PERENCANA KONSTRUKSI, PELAKSANA KONSTRUKSI DAN
PENGAWAS KONSTRUKSI MAUPUN SUB-SUBNYA.
NILAI KONTRAK JASA KONSTRUKSI ADALAH

NILAI YANG TERCANTUM DALAM SATU KONTRAK JASA KONSTRUKSI
SECARA KESELURUHAN.
TARIF DAN DASAR PENGENAAN PPh
USAHA JASA KONSTRUKSI
PENGHASILAN JASA KONSTRUKSI
DIKENAI PPh YG BERSIFAT FINAL
JASA PELAKSANAAN
YG MEMILIKI YG TIDAK YG MEMILIKI

KUALIFIKASI MEMILIKI KUALIFIKASI USAHA
USAHA KECIL KUALIFIKASI MENENGAH ATAU
USAHA KUALIFIKASI BESAR
2% 4% 3%
DARI JUMLAH PEMBAYARAN ATAU JUMLAH PENERIMAAN YG

MERUPAKAN BAGIAN NILAI KONTRAK TIDAK TERMASUK PPN
TARIF DAN DASAR PENGENAAN PPh
USAHA JASA KONSTRUKSI
PENGHASILAN JASA KONSTRUKSI
DIKENAI PPh YG BERSIFAT FINAL
JASA PERENCANAAN & PENGAWASAN
YG MEMILIKI YG TIDAK MEMILIKI

KUALIFIKASI KUALIFIKASI
USAHA USAHA
4% 6%
DARI JUMLAH PEMBAYARAN ATAU JUMLAH PENERIMAAN YG

MERUPAKAN BAGIAN NILAI KONTRAK TIDAK TERMASUK PPN
PEMENUHAN KEWAJIBAN PAJAK
PENGGUNA JASA PENYEDIA JASA
BADAN PEMERINTAH, SUBJEK PAJAK

BADAN DN, BUT, DAN ORANG
WAJIB MOTONG DIPOTONG PPH
PRIBADI YANG DITETAPKAN OLEH
DIREKTUR JENDERAL PAJAK,
ORANG PRIBADI ATAU BUKAN SUBJEK BAYAR SENDIRI

TIDAK MOTONG
PAJAK PENGHASILAN PPH
PENGGUNA JASA PENYEDIA JASA

(PEMOTONG PPh) (BAYAR SENDIRI)
PENYETORAN PENYETORAN
PALING LAMA TANGGAL 10 BULAN PALING LAMA TANGGAL 15 BULAN
BERIKUTNYA SETELAH BERIKUTNYA SETELAH
MASA PAJAK BERAKHIR MASA PAJAK BERAKHIR ,
PELAPORAN
PALING LAMA 20 HARI
SETELAH MASA PAJAK BERAKHIR,
PAJAK PENGHASILAN
ATAS
DIVIDEN YANG DITERIMA OLEH WAJIB PAJAK
ORANG PRIBADI DALAM NEGERI
o PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19

TAHUN 2009 TENTANG PAJAK PENGHASILAN ATAS DIVIDEN
YANG DITERIMA ATAU DIPEROLEH WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
DALAM NEGERI
TANGGAL 14 JUNI 2010 TENTANG TATA CARA PEMOTONGAN,
DIVIDEN YANG DITERIMA ATAU DIPEROLEH WAJIB PAJAK ORANG
PRIBADI DALAM NEGERI
PEMOTONG PPH PASAL 4 AYT (2) DAN DPP
DIVIDEN YANG DITERIMA ATAU DIPEROLEH WP OP DN DIKENAI PPH BERSIFAT FINAL.
PIHAK YANG MEMBAYAR ATAU DARI JUMLAH

TARIF
PIHAK LAIN YANG DITUNJUK BRUTO DAN
10%
SELAKU PEMBAYAR DIVIDEN BERSIFAT FINAL.
DIVIDEN ADALAH DIVIDEN, DENGAN NAMA DAN DALAM BENTUK APAPUN,

TERMASUK DIVIDEN DARI PERUSAHAAN ASURANSI KEPADA PEMEGANG POLIS, DAN
PEMBAGIAN SISA HASIL USAHA KOPERASI
PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN ATAS DIVIDEN DILAKUKAN PADA SAAT DIVIDEN

DISEDIAKAN UNTUK DIBAYARKAN.
PEMOTONGAN DAN PENYETORAN :
MEMBERIKAN BUKTI PEMOTONGAN PPH PSL 4 AYT (2) KPD WP YANG

DIPOTONG
Bukti Pemotongan Rangkap 3 :
Ke-1 :WP Yang Dipotong
Ke-2:KPP lamp SPT Masa PPh Psl 4 ay (2)
Ke-3 :Arsip Pemotong Pajak
KEWA
JIBAN
MENYETOR PPH YG TERUTANG KE BANK PERSEPSI /KANTOR POS DAN
PEMO GIRO PALING LAMA TANGGAL 10 BULAN BERIKUTNYA
TONG
SSP Rangkap 4 :
PAJAK
Ke-1 : Arsip WP (Pemotong)
Ke-2 : KPPN
Ke-3 : Dilaporkan Oleh WP Ke KPP
Ke-4 : Arsip Kantr Penerima Pembayaran,
MELAPORKAN PEMOTONGAN DAN PENYETORAN PPH KE KPP PALING

LAMA TANGGAL 20 (DUA PULUH) BULAN BERIKUTNYA
PAJAK PENGHASILAN
ATAS
PENGHASILAN PERUSAHAAN MODAL VENTURA
DARI TRANSAKSI PENJUALAN SAHAM ATAU
PENGALIHAN PENYERTAAN MODAL
PADA
PERUSAHAAN PASANGAN USAHANYA
o PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 4 TAHUN 1995 TANGGAL 08

MARCH 1995 TENTANG PAJAK PENGHASILAN ATAS
PENGHASILAN PERUSAHAAN MODAL VENTURA DARI
TRANSAKSI PENJUALAN SAHAM ATAU PENGALIHAN
PENYERTAAN MODAL PADA PERUSAHAAN PASANGAN
USAHANYA
o KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 250/KMK.04/1995
TANGGAL 02 JUNI 1995 TENTANG PERUSAHAAN KECIL DAN
MENENGAH PASANGAN USAHA DARI PERUSAHAAN MODAL
VENTURA DAN PERLAKUAN PERPAJAKAN ATAS PENYERTAAN
MODAL PERUSAHAAN MODAL VENTURA
o SURAT EDARAN DIRJEN PAJAK NOMOR SE-33/PJ.4/1995
TANGGAL 21 JUNI 1995 TENTANG PERUSAHAAN KECIL DAN
MENENGAH PASANGAN USAHA MODAL VENTURA DAN
PERLAKUAN PERPAJAKAN ATAS PENYERTAAN MODAL
PERUSAHAAN MODAL VENTURA
PENGERTIAN
PERUSAHAAN MODAL VENTURA

ADALAH SUATU PERUSAHAAN
YANG KEGIATAN USAHANYA
MEMBIAYAI
BADAN USAHA (SEBAGAI PASANGAN USAHA)
DALAM BENTUK PENYERTAAN MODAL
UNTUK SUATU JANGKA WAKTU TERTENTU.
PASANGAN USAHA PERUSAHAAN MODAL VENTURA (MV)

ADALAH
PERUSAHAAN KECIL DAN MENENGAH ,
YANG PADA SAAT PERUSAHAAN MV MELAKUKAN PENYERTAAN MODALNYA ,
PENJUALAN BERSIH PERUSAHAAN KECIL DAN MENENGAH
PADA TAHUN PAJAK SEBELUMNYA TIDAK MELEBIHI RP. 5.000.000.000,00 SETAHUN.
TARIF DAN DASAR PENGENAAN PAJAK
TRANSAKSI 0,1% DARI

PENJUALAN SAHAM JUMLAH BRUTO NILAI
ATAU PENGALIHAN TRANSAKSI
PENG PENYERTAAN MODAL PENJUALAN SAHAM
HASIL PADA PERUSAHAAN ATAU PENGALIHAN
AN PASANGN USAHANYA PENYERTAAN MODAL.
PERU
SAHA
AN
TRANSAKSI SESUAI PERATURAN
MO
PENJUALAN SAHAM TENTANG PAJAK
DAL
ATAU PENGALIHAN PENGHASILAN ATAS
VEN
PENYERTAAN MODAL PENGHASILAN DARI
TURA
TSB DILAKUKAN TRANSAKSI
MELALUI BURSA PENJUALAN SAHAM
EFEK, DI BURSA EFEK.
PENYERTAAN MODAL PADA PERUSAHAAN PASANGN USAHANYA
PALING LAMA TGL 15 BULAN PALING LAMA 20 HARI
BERIKUTNYA SETELAH SETELAH MASA PAJAK
MASA PAJAK BERAKHIR BERAKHIR

TERMASUK HARI SABTU ATAU HARI LIBUR NASIONAL, PEMBAYARAN /
PENYETORAN PAJAK ATAU PELAPORAN DAPAT DILAKUKAN PADA HARI KERJA
BERIKUTNYA
PENYERTAAN MODAL TSB DILAKUKAN MELALUI BURSA EFEK
SELAMBAT-LAMBATNYA TANGGAL 20 SELAMBAT-LAMBATNYA
SETIAP BULAN ATAS TRANSAKSI TANGGAL 25 PADA
PENJUALAN SAHAM YANG DILAKUKAN BULAN YANG SAMA DENGAN
DALAM BULAN SEBELUMNYA. BULAN PENYETORAN

TERMASUK HARI SABTU ATAU HARI LIBUR NASIONAL,
PEMBAYARAN / PENYETORAN PAJAK ATAU PELAPORAN DAPAT DILAKUKAN
PADA HARI KERJA BERIKUTNYA

PPH PASAL 4 AYT 2

Diunggah oleh

Informasi Dokumen

Judul Asli

Hak Cipta

Format Tersedia

Bagikan dokumen Ini

Bagikan atau Tanam Dokumen

Opsi Berbagi

Apakah menurut Anda dokumen ini bermanfaat?

Apakah konten ini tidak pantas?

Hak Cipta:

Format Tersedia

PPH PASAL 4 AYT 2

Diunggah oleh

Hak Cipta:

Format Tersedia

PEMOTONGAN DAN PEMUNGUTAN

PENGH DALAM NEGERI PENGH LUAR NEGERI

PEMENUHAN KEWAJIBAN PAJAK PAJAK ATAS PENGHASILAN

MERUPAKAN KREDIT PAJAK THD PPh TERUTANG

MEMBAYAR PEMOTONG PEMUNGUT

PELUNASAN PAJAK DALAM TAHUN BERJALAN DAPAT DIKREDITKAN THD PPh

PEMUNGUTAN PPh PASAL 22 ,KHUSUS PPh PASAL 22 IMPOR BARANG, PENYETORAN

TIDAK FINAL FINAL

PASAL 25 PASAL 15 PASAL 19

PENGHASILAN DI BAWAH INI DAPAT DIKENAI PAJAK BERSIFAT FINAL:

o PP NO. 131 TAHUN 2000 TANGGAL 15 DESEMBER 2000 TENTANG PAJAK

DEPOSITO : DEPOSITO DGN NAMA DAN DALAM BENTUK APAPUN, TERMASUK

TERHADAP WP DN DAN BUT. 20% DARI JUMLAH BRUTO,

20% DARI JUMLAH BRUTO,

BUKTI PEMOTONGAN PPH FINAL PASAL 4 AYAT (2) ATAS BUNGA

PENYETORAN PAJAK MENGGUNAKAN SURAT SETORAN PAJAK (SSP) RANGKAP 4:

PELAPORAN PALING LAMA 20 SETELAH MASA PAJAK BERAKHIR.

Hari libur nasional termasuk hari yang diliburkan untuk penyelenggaraan

o PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15

PEMOTONG PAJAK OBJEK PEMOTONGAN PAJAK

BUNGA SIMPANAN YANG DITERIMA ANGGOTA KOPERASI

PAJAK PENGHASILAN WAJIB DIPOTONG OLEH

SIFAT PEMOTONGAN PPH PASAL 4 AYAT (2)

PEMOTONGAN PPH PASAL 4 AYAT (2),BERSIFAT

PENYETORAN PAJAK MENGGUNAKAN SURAT SETORAN PAJAK (SSP) RANGKAP 4:

PELAPORAN PALING LAMA 20 SETELAH MASA PAJAK BERAKHIR.

Hari libur nasional termasuk hari yang diliburkan untuk penyelenggaraan

o PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 132 TAHUN 2000 TANGGAL

PEMOTONG PAJAK OBJEK PEMOTONGAN PAJAK

HADIAH UNDIAN YANG

YANG DITERIMA ATAU

PENGERTIAN NILAI HADIAH

SIFAT PEMOTONGAN PPH PASAL 4 AYAT (2)

PEMOTONGAN PPH PASAL 4 AYAT (2),BERSIFAT

PENYETORAN PAJAK MENGGUNAKAN SURAT SETORAN PAJAK (SSP) RANGKAP 4:

PELAPORAN PALING LAMA 20 SETELAH MASA PAJAK BERAKHIR.

Hari libur nasional termasuk hari yang diliburkan untuk penyelenggaraan

o PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 41 TAHUN 1994

PEMOTONG PAJAK OBJEK PEMOTONGAN PAJAK

0,1% DARI JUMLAH BRUTO

SIFAT PEMOTONGAN PPH PASAL 4 AYAT (2)

PEMOTONGAN PPH PASAL 4 AYAT (2),BERSIFAT

DALAM HAL TANGGAL JATUH TEMPO PEMBAYARAN /PENYETORAN PAJAK

o PP NO. 46 TH 2013 TENTANG PAJAK PENGHASILAN ATAS

DIKENAI PAJAK PENGHASILAN YANG BERSIFAT FINAL.

WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI WAJIB PAJAK BADAN

WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI YANG WAJIB PAJAK BADAN YANG

PEREDARAN BRUTO YANG TIDAK MELEBIHI RP4.800.000.000, DITENTUKAN

DALAM HAL PEREDARAN BRUTO KUMULATIF

BESARNYA ANGSURAN PPH PASAL 25 UU PPH TAHUN PAJAK PERTAMA DIATUR

PASAL 25 AYAT (7) UU PPH BERBUNYI :MENTERI KEUANGAN MENETAPKAN

a.PENGHASILAN NETO BLN YBS. XX

a.PENGHASILAN NETO BLN YBS. XX

a.PENJUALAN BLN YBS. XX

WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI YANG MELAKUKAN KEGIATAN

A.L-R FISK LAP KEU TRIW TERAKHIR XX

A.L-R FISK RKAP TH.YBS (RUPS) XX

o PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 16 TAHUN 2009 TANGGAL 9

15% BAGI WP DN DAN BUT

DARI JUMLAH BRUTO BUNGA SESUAI DENGAN

15% BAGI WP DN DAN BUT

DARI SELISIH LEBIH HARGA JUAL PADA SAAT TRANSAKSI ATAU

15% BAGI WP DN DAN BUT