Anda di halaman 1dari 41

Obat Anastesi

Indra Wijaya
I11108038
Intra Vena
Tiopental (pentotal, tiopenton)
Propofol (diprivan, recofol)
Ketamin (ketalar)
Opioid (morfin, petidin, fentanil, sufentanil)
Tiopental (pentotal, tiopenton)
Sediaan : ampul 500 mg atau 1000 mg, bentuk tepung, berwarna
kuning, berbau belerang.
Dosis : 3 7 mg/kgBB
Efek : Sedasi, hipnotik, anastesia dan depresi pernafasan.
Tiopental dalam tubuh 70% terikat oleh albumin dan 30%
dalam bentuk bebas, pada pasien dengan albumin rendah dosis
harus dikurangi.
Tiopental tidak dianjurkan pada penyakit liver, hipotensi,
penyakit jantung dan gangguan pernafasan.
Propofol ( diprivan, recofol)
Sediaan : Cairan emulsi lemak berwarna putih susu dengan
kepekatan 1% ( 1ml = 10 mg)
Dosis : induksi 2 2,5 mg/kgBB, Rumatan 4 12 mg/kgBB/Jam.
Efek : Hipnotik, nyeri saat pemberian suntikan karena dapat
menyebabkan iritasi vena, mual muntah post Op.
Tidak dianjurkan untuk wanita hamil dan anak dibawah usia 3
tahun, karena dalam beberapa penelitian propofol menyebabkan
depresi pada bayi yang dilahirkan.
Propofol juga dapat masuk kedalam air susu ibu, sehingga tidak
dianjurkan pada ibu yang sedang menyusui.
Propofol tidak dianjurkan pada pasien dengan riwayat
alergi kacang dan susu karena dapat menimbulkan efek
alergi.
Ketamin
Sediaan : Cairan bening dengan kepekatan 1%, 5% dan 10%.
Dosis : 1 -2 mg/KgBB
Efek : Analgetik tinggi, hipnosis rendah.
Takikardi, hipertensi, hipersalivasi, nyeri kepala,pandangan kabur,
halusinasi
Sebelum pemberian ketamin, dianjurkan pemberian premedikasi
berupa sedasi Midazolam atau Valium dengan dosis 0,1
mg/KgBB dan untuk mengurangi hipersalivasi diberikan Sulfas
Atrofin dengan dosis 0,01 kg/mgBB.
Ketamin dapat menimbulkan nistagmus, sehingga tidak di
anjurkan pada operasi mata.
Ketamin juga tidak dianjurkan pada pasien hipertensi dan
ganguguan jantung.
Opioid
Untuk induksi anastesi digunakan Fentanil dengan dosis 20 50
mg/KgBB dilanjutkan dengan dosis rumatan 0,3 - 1 mg/kgBB.
Opioid sering digunakan pada kasus anastesi dengan kelainan
jantung, karena obat ini tidak mengganggu sistem
kardiovaskular.
Penggunaan fentanil tidak dianjurkan pada orang tua dan orang
dengan penyakit paru seperti PPOK dan Asma.
Intra Muskular
Saat ini anastesi secara intra muskular hanya menggunakan
Ketamin dengan dosis 5 -7 mg/kgBB.
Inhalasi
N2O
Halotan
Etil Klorida
Eter
Enfluran
Isofluran
sevofluran
OBAT ANESTESI INHALASI
Dinitrogen Oksida (N2O/ gas gelak)
N2O merupakan gas yang tidak berwarna, berbau
manis, tidak iritatif, tidak berasa, lebih berat dari pada
udara, tidak mudah terbakar/meledak dan tidak
bereaksi dengan soda lime absorber (pengikat CO2).
Penggunaan dalam anestesi umumnya dipakai dalam
kombinasi N2O:O2 yaitu 60%:40%, 70%:30%, dan
50%:50%. Dosis untuk mendapatkan efek analgesik
digunakan dengan perbandingan 20%;80%, untuk
induksi 80%:20%, dan pemeliharaan 70%:30%.
Pada akhir anastesia, setelah N2O di hentikan, maka N2O
akan cepat keluar dan mengisi alveoli, sehingga dapat
menyebabkab hipoksia difusi, oleh karena itu diberikan
oksigen 5-10 L/mnt.
Halotan
Halotan merupakan cairan tidak berwarna, berbau
enek, tidak iritatif, mudah menguap, tidak mudah
terbakar/meledak, tidak bereaksi dengan soda lime,
dan mudah diuraikan cahaya. Halotan merupakan obat
anestetik dengan kekuatan 4-5 kali eter atau 2 kali
kloroform. Keuntungan penggunaan halotan adalah
induksi cepat dan lancar, tidak mengiritasi jalan nafas,
bronkodilatasi, pemulihan cepat, proteksi terhadap
syok, jarang menyebabkan mual/muntah. Kerugiannya
adalah sangat poten, relatif terjadi over dosis, analgesi
dan relaksasi yang kurang, harus dikombinasika dengan
obat analgetik dan relaksan, harga mahal,menimbulkan
hipotensi, aritmia, dll.
Etil Klorida
Merupakan cairan tidak berwarna, sangat mudah
menguap, dan mudah terbakar. Anestesi dengan etil
klorida cepat terjadi namun cepat hilang. Induksi dapat
dicapai dalam 0,5-2 menit dengan waktu pemulihan 2-
3 menit sesudah pemberian anestesi dihentikan. Etil
klorida sudah tidak dianjurkan digunakn sebagai
anestesi umum. Sebagai anestesi lokal etil klorida
digunakan dengan cara disemprotkan pada kulit
sampai beku.
Eter (Dietil Eter)

Merupakan cairan tidak berwarna, mudah menguap,


berbau kkhas, mengiritasi saluran napas, mudah
terbakar/meledak, tidak bereaksi dengan soda lime
absorber, dan dapat terurai oleh udara serta cahaya.
Eter merupakan obat anestesi yang sangat kuat
sehingga pasien dapat memasuki tiap tingkat anestesi.
Keuntungan penggunaan eter adalah mudah didapat
dan murah, tidak perlu digunakan bersama-sama
dengan obat-obat lain karena telah memenuhi trias
anestesi, cukup aman dengan batas keamanan yang
lebar, dal alat yang digunakan cukup sederhana.
Kerugiannya adalah mudah terbakar/meledak, bau tidak
enak, mengiritasi jalan napas, menimbulkan hipersekresi
kelenjar ludah, menyebabkan mual dan muntah serta masa
pemulihannya cepat. Jumlah eter yang dibutuhkan
tergantung dari berat badan dan kondisi pasien, kebutuhan
dalamnya anestesi dan teknik yang digunakan.
Enfluran (ethran)
Merupakan obat anestetik eter berhalogen berbentuk cairan,
mudah menguap, tidak mudah terbakar, tidak bereaksi dengan
soda lime. Induksi dengan enfluran cepat dan lancar. Oabt ini
jarang menimbulkan mualdan muntah serta masa pemulihannya
cepat.
Isofluran (forane)
Merupakan eter berhalogen, berbau tajam dan tidak mudah
terbakar. Keuntungan penggunaan isofluran adalah irama
jantung stabil dan tidak terangsang oleh adrenalin serta induksi
dan masa pulih anestesi cepat.
Sevofluran
Obat anestesi ini merupakan turunan eter berhalogen yang
paling disukai untuk induksi inhalasi, induksinya enak dan cepat
terutama pada anak.
Rektal

Hanya digunakan pada anak atau bayi yang sulit untuk dipasang
jalur intravena.
Midazolam, tiopental.
Lokal
Obat anestesi regional/lokal adalah obat yang
menghambat hantaran saraf bila dikenakan secara
lokal. Anertesi lokal idealnya adalah yang tidak
mengiritasi atau merusak jaringan secara permanen,
batas keamanan lebar, mula kerja singkat, masa kerja
cukup lama, larut dalam air, stabil dalam larutan, dapat
disterilkan tanpa mengalami perubahan, dan efeknya
reversible.
Kokain
Hanya dijumpai dalam bentuk topikal semprot 4% untuk
mukosa jalan nafas, lama kerja 2 30 menit.
Prokain
Lama kerja 30 -60 menit
Kloroprokain (nesakain)
Lama kerja < 30 menit
Lidokain
Lidokain (lignikaon,xylocain) adalah anestetik lokal
kuat yang digunakan secara topikal dan suntikan. Efek
anestesi terjadi lebih cepat, kuat, dan ekstensif
dibandingkan prokain. Lama kerja 1 1,5 jam
Bupivakain
Bupivakain adalah anestetik golongan amida dengan
mula kerja lambat dan masa kerja panjang. Lama kerja
3 - 8 jam.
Relaksan
Depolarisasi
Nondepolarisasi
Depolarisasi
Pelumpuh otot depolarisasi memiliki struktur yang sangat
dekat dengan asetilkolin sehingga dapat berikatan dengan
reseptor asetilkolin dan menimbulkan potensial aksi dari
otot. Akan tetapi obat ini tidak dimetabolisme oleh
asetilkolinesterase dan bertahan di celah sinaps lebih lama
sehingga depolarisasi endplate terjadi lebih lama
Depolarisasi endplate yang berlanjut akan mengakibatkan
terjadinya relaksasi otot karena waktu terbukanya kanal
sodium terbatas. Setelah eksitasi di awal dan terbukanya
kanal sodium, kanal akan tertutup dan tidak bisa terbuka
lagi ingga endplate terrepolarisasi. Endplate tidak akan bisa
mengalami repolarisasa selama agen pelumpuh otot
depolarisasi terus berikatan dengan reseptor setilkolin.
Hal ini disebut blok fase I. Setelah cukup lama depolarisasi
endplate akan bisa menyebabkan perubahan di reseptor
asetilkolin yang menyebabkan blok fase II, yang
menyerupai mekanisme pada pelumpuh otot
nondepolarisasi
Nondepolarisasi
Pelumpuh otot nondepolarisasi akan berikatan dengan
reseptor asetilkolin tetapi tidak menyebabkan terbukanya
kanal ion. Karena asetilkolin menjadi tidak bisa berikatan
dengan reseptornya, maka tidak terjadi potensial aksi di
endplate. Meski hanya satu subunit yang diblok, blokade
neuromuskular tetap akan terjadi
Melihat mekanisme kerjanya di atas, pelumpuh otot
depolariasi bekerja sebagai agonis reseptor asetilkolin
sementara yang nondepolarisasi bekerja sebagai antagonis
kompetitif
Depolarisasi
Suksinil kolin
Dekametonium
Side effect
Nyeri otot pasca pemberian, hal ini dapat di atasi dengan
pemberian nondepolar dosis kecil sebelumnya.
Peningkatan TIO
Peningkatan TIK
Peningkatan TIG
Peningkatan kadar kalium plasma
Aritmia
Salivasi
Alergi
Nondepolarisasi
Bensilo kuinolinum
D tubokurarin
Metokurin
Atrakurium
Doksakurium
Mivakurium
Steroid
Pankuronium
Vekuronium
Pipekuronium
Ropakuronium
rokuronium
Eter fenolik
Gallamin
Nortoksiferin
alkuronium
Dosis Awal Dosis Durasi Efek Samping
(mg/kgBB) Rumatan (menit)
(mg/kgBB)
Nondepol long acting
1. d-tubokurin 0.4 0.6 0.10 30 60 Hipotensi
2.pankuronium 0.8 0.12 0.015 0.020 30 60 Vagolitik, takikardi
3.metakurin 0.2 0.4 0.05 40 60
4.pipekuronium 0.05 0.12 0.01 0.015 40 60
5.doksakurium 0.02 0.08 0.005 0.01 45 60
6.Alkurium 0.15 0.3 0.05 40 60 Vagolitik, takikardi
Nondepol intermediate
acting
1.gallamain 46 0.5 30 60 Hipotensi
2.atrakurium 0.5 0.6 0.1 20 45
3.vekuronium 01 0.2 0.015 0.02 25 - 45
4.rokuronium 0.6 1.0 0.10 0.15 30 - -60
5.Cistacuronium 0.15 0.20 0.02 30 45
Nondepol short acting
1.mivakurium
2.Ropacuronium 0.20 0.25 0.05 10 15 Hipotensi
1.5 2.0 0.3 0.5 15 30
Depol Short acting
1.Suksinil kolin 1.0 3 10
Pavulon ( pankuromium bromida ). Pavulon merupakan
steroid sintetis yang banyak digunakan. Mulai kerja pada
menit kedua-ketiga untuk selama 30-40 menit. Memiliki
efek akumulasi pada pemberian berulang sehingga dosis
rumatan harus dikurangi dan selang waktu pemberian
diperpanjang. Dosis awal untuk relaksasi otot 0,08
mg/kgBB intravena pada dewasa. Dosis rumatan setengah
dosis awal. Dosis intubasi trakea 0,15 mg/kgBB intravena.
Kemasan ampul 2 ml berisi 4 mg pavulon
Rokuronium. Zat ini merupakan analog vekuronium
dengan awal kerja lebih cepat. Keuntungannya adalah tidak
mengganggu fungsi ginjal, sedangkan kerugiannya adalah
terjadi gangguan funsi hati dan efek kerja yang lebih lama.
Dosis intubasi 0,3-0,6 mg/kgBB. Dosis rumatan 0,1-2
mg/kgBB
Trakium ( atrakurium besilat ). Trakrium mempunyai
struktur benzilissoquinolin yang berasal dari tanaman
Leontice leontopeltalum. Keunggulannya adalah
metabolisme terjadi di dalam darah, tidak bergantung pada
fungsi hati dan ginjal, tidak mempunyai efek akumulasi
pada pemberian berulang dan tidak menyebabkan
perubahan fungsi kardiovaskular yang bermakna. Mula dan
kerja tergantung dosis yang digunakan. Mula kerja pada
dosis intubasi 2-3 menit sedangkan lama kerja pada dosis
relaksasi 15-35 menit. Dosis intuibasi 0,5-06 mg/kgBB
intravena. Dosis relaksasi otot 0,5-0,6 mg/kgBB intravena.
Dosis rumatan 0,1-0,2 mg/kgBB intravena. Kemasan ampul
5 ml berisi 50 mg trakrium
Pilihan penggunaan obat pelumpuh otot :
Gangguan Ginjal : Atrakutium, vekuronium
Gangguan faal hati : atrakurium
Bedah singkat : Atrakurium, rokuronium, mivakurium
Kasus obstetri : semua, kecuali gallamin
Depolarisasi Nondepolarisasi

Ada fasikulasi otot. Tidak ada fasikulasi otot.

Berpotensi dengan antikolinesterase. Berpotensi dengan hipokalemia, hipotermia, obat anestetik


inhalasi, eter, halotan, enfluran,isofluran.

Tidak mununjukkan kelumpuhan yang bertahap pada Menunjukkan kelumpuhan yang bertahap pada perangsangan
perangsangan tunggal atau tetanik. tunggal atau tetanik.

Belum dapat diatasi dengan obat spesifik Dapat diantagonis oleh antikolin esterase.

Kelumpuhan berkurang dengan pemberian obat pelumpuh otot


nondepolarisasi dan asidosis
Penawar pelumpuh otot yang sering digunakan di
antaranya neostigmin 0,04-0,08 mg/kg, piridostigmin 0,1-
0,4 mg/kg, dan edrophonium 0,5-1,0 mg/kg. Obat-obat
penawar pelumpuh otot ini dapat menyebabkan
hipersalivasi, perspirasi, bradikardi, bronkospasme,
hipermotilitas usus, dan pandangan kabur sehingga harus
disertai obat vagolitik seperti glikopirolat.
Prostigmin (neostigmin metilsulfat). Prostigmin
merupakan antikolinesterase yang dapat mencegah
hidrolisis dan menimbilkan akumulasi asetilkolin.
Prostigmin mempunyai efek nikotinik, muskarinik, dan
merupakan stimulan otot langsung. Efek muskarinik
diantaranya bradikardia, hiperperistaltik, spasme saluran
cerna, pembentukan secret jalan napas dan liur,
bronkospasme, berkeringat, miosis, dan kontraksi vesika
urinaria. Dosis 0,5 mg bertahap sampai 5 mg, biasa diberi
bersama atropine dosis 1-1,5 mg
Thank You

Anda mungkin juga menyukai