b. Gejala Objektif
Dengan Slit Lamp tampak sebagai tonjolan bulat
ukuran 1-3 mm, berwarna kuning atau kelabu,
jumlahnya satu atau lebih yang di sekelilingnya
terdapat pelebaran pembuluh darah konjungtiva
(hyperemia). Bisa unilateral atau mengenai kedua
mata.
c. Laboratorium
Dapat dilakukan pemeriksaan kultur
konjungtiva.
Pemeriksaan dengan pewarnaan gram pada
sekret untuk mengidentifikasi organisme
penyebab maupun adanya infeksi sekunder
Tatalaksana
Terapi spesifik konjungtivitis bakteri tergantung pada temuan agen
mikrobiologiknya. Sambil menunggu hasil laboratorium, dokter
dapat memulai terapi antimikroba spectrum luas .
Pada setiap konjungtivitis purulen yang pulasan gramnya
menunjukkan diplokokus gram negative, dugaan neisseria, harus
segera dimulai terapi topical dan sistemik.
Jika kornea tidak terlibat, ceftriaxone 1g diberikan dosis tunggal per
intramuscular biasanya merupakan terapi sistemik yang adekuat.
Jika kornea terkena, dibutuhkan ceftriaxone parental, 1-2g perhari
selama 5 hari.
Pada konjungtivitis purulen dan mukopurulen, saccus conjunctivalis
harus dibilas dengan larutan saline agar dapat dihilangkan sekret
konjungtiva. Untuk mencegah penyebaran penyakit ini, pasien dan
keluarga diminta memperhatikan hygiene perorangan secara
khusus.
Prognosis
Bila segera diatasi, konjungtivitis ini tidak akan
membahayakan. Namun jika bila penyakit
radang mata tidak segera ditangani/diobati
bisa menyebabkan kerusakan pada
mata/gangguan dan menimbulkan komplikasi.
Komplikasi
Ulserasi kornea.
Membaliknya bulu mata ke dalam (trikiasis).
Membaliknya seluruh tepian palpebra
(enteropion).
Obstruksi ductus nasolacrimalis.
Turunnya kelopak mata atas karena
kelumpuhan (ptosis).