Anda di halaman 1dari 14

Infertilitas adalah ketidakmampuan untuk hamil

dan melahirkan anak setelah sekurang-kurangnya


satu tahun melakukan hubungan seksual secara
teratur tanpa perlindungan.
Infertilitas primer yaitu
Infertilitas jika istri belum pernah
hamil walaupun
primer bersenggama

Infertilitas sekunder yaitu


Infertilitas jika istri pernah hamil, akan
tetapi kemudian tidak
sekunder terjadi kehamilan lagi
walaupun bersenggama
Kelainan
urogenital
kongenital

Suhu skrotum
Kelainan
yang
endokrin
meningkat

Infeksi
Kelainan
saluran
genetik
urogenital
Konsumsi Alkohol
Merokok
Berat badan
Gaya Obat-obatan
hidup

Terdapat beberapa pekerjaan yang melibatkan


paparan bahan berbahaya bagi kesuburan seorang
perempuan maupun laki-laki
Pekerjaan
Tahap pertama (Fase I)
Tahap pertama
Pemeriksaan riwayat (Fase
infertilitas (anamnesis)
usia, riwayat kehamilan, panjang siklus haid,
I)
riwayat penyakit sebelumnya, riwayat operasi,
Pemeriksaan riwayat infertilitas
frekuensi koitus, dan waktu koitus. Perlu juga
(anamnesis)
diketahui pola hidup dari pasien mengenai
Pemeriksaan fisik
usia, riwayat kehamilan,
konsumsi alkohol, panjang
merokok, danperlu
stress.
Disini diperiksa Indeks
siklus haid, riwayat penyakit
Massa Tubuh (IMT), dilakukan
sebelumnya, riwayat operasi,
Pemeriksaan juga pemeriksaan pelvik untuk
frekuensi koitus, fisik
dan waktu
Disini perlu mengetahui apakah ada
koitus. Perlu juga diperiksa Indeks
diketahui pola Massa Tubuh (IMT),
kelainan di vagina, serviks, dan
dilakukan jugamengenai
hidup dari pasien pemeriksaan pelvikuterus.
untuk
mengetahui
konsumsi alkohol,apakah
merokok,ada
dan kelainan di vagina, serviks,
dan uterus. stress.
Tahap Pada tahap ini dilakukan
kedua pemeriksaan HSG
(histerosalphngograpi) untuk
(Fase II) mencari potensi tuba.

Tahap Laparoskopi dianggap cara


ketiga terbaik untuk menilai fungsi tuba
fallopi.
(Fase III)
WHO kelas I
Pada perempuan yang memiliki IMT < 19, tindakan
peningkatan berat badan menjadi normal akan
membantu mengembalikan ovulasi dan kesuburan.
Pengobatan kombinasi rekombinan FSH (rFSH)-
rekombinan LH (rLH), hMG atau hCG.
WHO Kelas II
Pengobatan gangguan ovulasi WHO kelas II (SOPK)
dapat dilakukan dengan cara pemberian obat
pemicu ovulasi golongan anti estrogen (klomifen
sitrat), tindakan drilling ovarium, atau penyuntikan
gonadotropin.
WHO Kelas III
Pada pasien yang mengalami gangguan ovulasi
karena kegagalan fungsi ovarium (WHO
kelasIII) sampai saat ini tidak ditemukan bukti
yang cukup kuat terhadap pilihan tindakan yang
dapat dilakukan.
WHO Kelas IV
Pemberian agonis dopamin (bromokriptin atau
kabergolin) dapat membuat pasien
hiperprolaktinemia menjadi normoprolaktinemia
sehingga gangguan ovulasi dapat teratasi.
Kelainan jumlah spermatozoa
Klomifen sitrat dengan dosis 1 x 50 mg selama 90 hari
atau 1 x 50 mg 3 x 25 hari dengan interval antara
terapi 5 hari.
Tamoxifen, dapat diberikan dengan dosis 2 x 1 tablet
selama 60 hari.
Abnormalitas kualitas spermatozoa
Androgen dosis rendah
Phospholipid esensial
Vitamin E + Vit B
Antibiotika
Mengobati infeksi yang terjadi pada organ
reproduksi. Diketahui bahwa infeksi yang terjadi
pada prostat maupun saluran sperma, dapat
menyebabkan infertilitas pada laki-laki.

Menghindari bahan-bahan yang menyebabkan


penurunan kualitas dan jumlah dari sperma dan
sel telur seperti rokok dan alkohol.

Mengobati penyebab infertilitas pada


perempuan.

Berperilaku hidup sehat

Anda mungkin juga menyukai