Anda di halaman 1dari 16

KEJANG DEMAM

NAMA : Jaka PurnaYudha, S.Ked


NIM : 70 2009 026
Pembimbing : dr. M. Nazir, S.Ked
BAB I
PENDAHULUAN
Kejang bukan suatu penyakit, tetapi gejala dari suatu atau
beberapa penyakit, yang merupakan manifestasi dari lepasnya muatan
listrik yang berlebihan di sel-sel neuron otak oleh karena terganggu
fungsinya. Kejang demam pada anak merupakan kelainan neurologis
yang sering dijumpai pada bayi dan anak.

Kejang demam adalah kejang yang terjadi pada saat suhu badan
tinggi, Setiap serangan kejang pada anak harus mendapat penanganan
yang cepat dan tepat apalagi pada kasus kejang yang berlangsung lama
dan berulang. Karena keterlambatan dan kesalahan prosedur akan
mengakibatkan gejala sisa pada anak bahkan menyebabkan kematian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kejang demam merupakan tipe kejang yang paling sering terjadi pada
anak, dimana 2-5% anak pernah mengalami serangan kejang demam
sebelum usia 5 tahun.

Kejang merupakan bangkitan motorik yang terjadi akibat adanya


mekanisme yang mencetuskan sel neuron untuk melepaskan muatan
listrik secara berlebihan. Mekanisme yang mencetuskan kejang
diantaranya adalah gangguan pada membran sel neuron yaitu gangguan
keseimbangan natrium dan kalium atau akibat adanya
ketidakseimbangan antara neurotransmitter eksitasi dan inhibisi
Epidemiologi
Kejang demam merupakan tipe kejang yang paling sering dijumpai pada
anak-anak. Dua sampai lima persen dari seluruh anak mengalami
sedikitnya satu kali kejang demam dalam lima tahun pertama
kehidupan

Verity dkk dalam suatu penelitian di Inggris pada tahun 1970 hingga 1975
mendapatkan prevalensi kejang demam sebesar 2,3%. Di Jepang,
Tsuboi tahun 1974-1980 mendapatkan prevalensi kejang demam yang
lebih tinggi yaitu sebesar 8,3%. Eka dkk pada tahun 1999-2001 di RS
Moh. Hoesin Palembang mendapatkan 429 penderita kejang demam,
terutama pada usia 12-17 bulan.
Etiologi
Banyak teori yang telah dikemukakan para ahli mengenai
berbagai kemungkinan mekanisme terjadinya kejang pada kejang
demam selain faktor demam itu sendiri. Berdasarkan beberapa literatur
disebutkan, faktor yang mungkin memiliki peranan terhadap terjadinya
kejang demam adalah faktor genetik, riwayat kejang demam atau
epilepsi dalam keluarga, faktor perinatal (asfiksia dan riwayat
perawatan saat neonatus), faktor suhu, defisiensi besi, defisiensi seng,
hiponatremia dan channelopathy.
Manifestasi Klinis
Terjadinya bangkitan kejang pada bayi dan anak kebanyakan
bersamaan dengan kenaikan suhu badan yang tinggi (diatas 38C) dan
cepat yang disebabkan oleh infeksi diluar susunan saraf pusat, misalnya
tonsilitis, otitis media akuta, bronkitis, furunkulosis dan lainnya.

Serangan kejang biasanya terjadi dalam 24 jam pertama sewaktu


demam, berlangsung singkat dengan sifat bangkitan dapat berbentuk
tonik-klonik, tonik, klonik fokal atau akinetik.
Diagnosis kejang demam
Diagnosis kejang demam dapat ditegakkan melalui anamnesis yang
lengkap pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.

Kejang demam paling sering terjadi pada anak usia antara 6 bulan
hingga 5 tahun.
Kenaikan suhu yang tinggi dan cepat pada saat kejang kejadian kejang
dapat menjadi patokan. Semakin tinggi demam akan dapat
mencetuskan bangkitan kejang.
Pada kejang harus diperhatikan jenisnya (tonik atau klonik), bagian
tubuh yang terkena (fokal atau umum), lamanya kejang berlangsung,
frekuensinya, selang atau interval antara serangan, keadaan saat kejang
dan setelah kejang (post-iktal).
Pungsi Lumbal
Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan atau
menyingkirkan kemungkinan meningitis. Risiko terjadinya meningitis
bakterialis ialah 0,6-0,7%
Elektroensefalografi
Pemeriksaan EEG masih dapat dilakukan pada keadaan kejang demam
yang tidak khas. Misalnya kejang demam kompleks pada anak usia
lebih dari 6 tahun, atau kejang demam fokal.
Diagnosis Banding
Menghadapi seorang anak yang menderita demam dengan kejang, harus
dipikirkan apakah penyebab dari kejang itu di dalam atau di luar
susunan saraf pusat (otak). Kelainan di dalam otak biasanya karena
infeksi,misalnya maningitis, ensefalitis, abses otak dan lain-lain. Oleh
sebab itu perlu waspada untuk menyingkirkan dahulu apakah ada
kelainan organik di otak. Baru setelah itu dipikirkan apakah kejang
demam ini tergolong dalam kejang demam sederhana atau epilepsi yang
diprovokasi oleh demam.
Penatalaksanaan
Biasanya kejang demam berlangsung singkat dan datang kejang sudah
berhenti. Apabila datang dalam keadaan kejang obat yang paling cepat
menghentikan kejang adalah diazepam yang diberikan secara intravena.
Dosis diazepam intravena adalah 0,3-0,5 mg/kg perlahan-lahan dengan
kecepatan 1-2 mg/menit atau dalam waktu lebih dari 2 menit, dengan
dosis maksimal 20 mg.

Obat yang praktis dan dapat diberikan orang tua atau di rumah adalah
diazepam rektal. Dosis diazepam rektal adalah 0,5-0,75 mg/kg atau
diazepam rektal 5 mg untuk anak dengan berat badan kurang dari 10 kg
dan 10 mg untuk berat badan lebih dari 10 mg. Atau diazepam rektal
dengan dosis 5 mg untuk anak dibawah usia 3 tahun atau dosis 7,5 mg
untuk anak diatas usia 3 tahun.
Bila kejang tetap belum berhenti diberikan fenitoin secara intravena
dengan dosis awal 10-20 mg/kg/kali dengan kecepatan 1 mg/kg/menit
atau kurang dari 50 mg/ menit. Bila kejang berhenti dosis selanjutnya
adalah 4-8 mg/kg/hari, yaitu 12 jam setelah dosis awal. Bila dengan
fenitoin kijang belum berhenti maka pasien harus dirawat di ruang
intensif.

Bila kejang telah berhenti, pemberian obat selanjutnya tergantung dari


jenis kejang demamnya dan faktor resikonya, apakah kejang demam
sederhana atau kompleks.
BAB III
KESIMPULAN
Kejang demam adalah kejang yang terjadi saat demam (suhu rectal diatas
38 derajat celsius) tanpa adanya infeksi system saraf pusat atau
gangguan elektrolit akut, terjadi pada anak umur 1 bulan, dan tidak ada
riwayat kejang tanpa demam sebelumnya

Klasifikasi dari kejang demam :


Kejang demam sederhana
Kejang demam kompleks
Penatalaksanaan yang perlu dilakukan yaitu :
Pengobatan fase akut
Mencari dan mengobati penyebab
Pengobatan profilaksis terhadap berulangnya kejang demam
Untuk prognosis kejang demam, Prognosisnya baik dan tidak menyebakan
kematian jika ditanggulangi dengan cepat dan tepat perkembangan
mental dan neurologis umumnya tetap normal pada pasien yang
sebelumnya normal.

Anda mungkin juga menyukai