Satyam adalah salah satu perusahaan IT terbesar di India yang telah
mencatatkan perkembangan di bidang keuangan yang cukup pesat pada periode 2008. Perusahaan ini mempunyai 50 ribu karyawan yang tersebar di berbagai pusat pengembangan IT-nya di negara-negara Asia, Amerika, Eropa, dan Australia. Menjadi rekanan dari 654 perusahaan global, termasuk General Electric, Nestle, Qantas Airways, Fujitsu, dan 185 perusahaan lainnya. Sahamnya listed di Indias National Stock Exchange, The New York Stock Exchange dan Euronext di Eropa. Satyam didirikan dan dipimpin oleh Ramalinga Raju, lulusan MBA Ohio University dan alumnus Harvard University. Ramalinga Raju mendapatkan berbagai penghargaan di antaranya Ernst & Young Entrepreneur of the Year for Services (tahun 1999), Dataquest IT Man of the Year (2000), dan CNBCs Asian Business Leader Corporate Citizen of the Year award (2002). Pada 2004, jumlah kekayaan Ramalinga Raju mencapai 495 juta dolar. Kronologi Kasus 1. Pada Maret 2008, Satyam melaporkan kenaikan revenue sebesar 46,3 persen menjadi 2,1 milyar dolar AS. Di Oktober 2008, Satyam mengatakan bahwa revenue-nya akan meningkat sebesar 19-21 persen menjadi 2,55-2,59 milyar dolar pada bulan Maret 2009. Melihat semua reputasinya, pantas saja jika Satyam dinobatkan menjadi raksasa IT terbesar keempat di India. 2. Pada 7 Januari 2009, Ramalinga Raju tiba-tiba mengatakan bahwa sekitar 1,04 milyar dolar saldo kas & bank Satyam adalah palsu (jumlah itu setara dengan 94% nilai kas & bank Satyam di akhir September 2008). Dalam suratnya yang dikirimkan ke jajaran direksi Satyam, Ramalinga Raju juga mengakui bahwa dia memalsukan nilai pendapatan bunga diterima di muka (accrued interest), mencatat kewajiban lebih rendah dari yang seharusnya (understated liability) dan menggelembungkan nilai piutang (overstated debtors). Pada awalnya, Satyam fraud dilakukan dengan menggelembungkan nilai keuntungan perusahaan. Setelah dilakukan selama beberapa tahun, selisih antara keuntungan yang sebenarnya dan yang dilaporkan dalam laporan keuangan semakin lama semakin besar. 3. Pada 14 Januari 2009, auditor Satyam selama 8 tahun terakhir Price Waterhouse India mengumumkan bahwa laporan auditnya berpotensi tidak akurat dan tidak reliable karena dilakukan berdasarkan informasi yang diperoleh dari manajemen Satyam. Institusi akuntan di India ICAI, meminta PwC memberikan jawaban resmi dalam 21 hari terkait skandal Satyam. 4. Satyam selama enam tahun terakhir melakukan pelaporan yang salah. Hal ini bermula dari keinginan Ramalingga Raju untuk mendapatkan ijin perolehan dana dari bank untuk melakukan ekspansi Satyam. Sehingga Raju melakukan beberapa manipulasi, seperti dijelaskan di bawah ini: Saldo kas dan bank sebesar 50,40 miliar adalah fiktif jika dibandingkan dengan RS 53,61 milyar dalam pembukuan Piutang bunga fiktif sebesar RS 3,67 miliar Utang yang understated senilai RS 12,3 miliar Piutang yang terlalu tinggi (overstated) senilai RS 4,90 miliar. Untuk Q2 September, pendapatan lebih besar RS 5,88 milyar dan operating margin yang dilaporkan senilai Rs 6,49 miliar seharusnya bernilai Rs 610 juta. Hal ini mengakibatkan adanya saldo kas fiktif senilai Rs 5,88 miliar. 5. Menyusul skandal fraud dalam laporan keuangan Satyam, pada 10 Januari 2009 harga saham Satyam jatuh menjadi 11,5 rupees, atau hanya senilai 2% dari harga saham tertingginya di tahun 2008 sebesar 544 rupees. Diskusi Kasus Satyam bisa dikatakan sebagai kasus enron milik India. Fraud yang dilakukan Satyam bisa dikatakan sebagai yang terburuk di India. India merupakan negara dengan tingkat korupsi yang terbilang tinggi. Hal tersebutlah yang harus menjadi dasar untuk seorang investor dalam berinvestasi. Apalagi untuk perusahaan sejenis Satyam, yang merupakan perusahaan yang mayoritas dimiliki oleh keluarga. Perusahaan yang mayoritas dimiliki keluarga tentu memliki peluang besar dalam melakukan manipulasi karena adanya dukungan mayoritas tersebut. Investor-investor sudah sering khawatir akan keadaan tersebutr. Dengan demikian, investor harus memperhatikan kepemilikan mayoritas yang ada di sebuah perusahaan sebelum melakukan investasi agar tata kelola yang ada di perusahaan itu dapat berjalan dengan baik, tidak memihak dan peluang terjadinya fraud kecil. Budaya yang ada di bisnis di India adalah setiap bawahan atau junior harus selalu patuh terhadap atasan atau senior. Segala diskusi dan keputusan selalu diinisiasi oleh pihak-pihak tingkat atas atau eksekutif. Apabila mereka mengatakan tidak maka dianggap tidak sopan dan menyinggung pihak berwenang. Hal tersebut juga terjadi di Satyam. Para junior tidak semuanya tahu apa yang terjadi di Satyam sebenarnya. Mereka hanya bekerja mengikuti atasan dan tidak boleh membantah. Hal inilah yang menjadi salah satu penyebab situasi di Satyam memungkinkan terjadinya manipulasi oleh pihak direksi. Selain itu, struktur yang ada di Satyam yang mayoritas adalah keluarga membuat red flag di Satyam semakin meningkat. Banyaknya kepentingan yang mengatasnamakan keluarga membuat situasi di Satyam dalam memanipulasi dapat terjadi. Selain itu, ada pula persengkokolan antara pihak-pihak dalam di Satyam, diantarannya auditor internal, manajemen, dan auditor eksternal. Tantangan utama dari peraturan whistleblower untuk perusahaan seperti Satyam adalah budaya India dan perusahaan yang sudah mengakar. Budaya India mementingkan senioritas, sehingga apabila senior melakukan kesalahan dan pegawai melaporkan kesalahan, maka pegawai tersebut akan dianggap tidak sopan dan tidak bertindak sesuai. Selain itu budaya Satyam sendiri yang sudah terlihat sangat mengutamakan kepentingan Raju dan keluarganya diatas kepentingan para investor dan para pegawai. Hal ini berimplikasi pula pada bagaimana para direktur melihat komplain dari whistleblower karena komplain dari whistleblower pada kasus ini bertentangan dengan kepentingan Raju. Penerima komplai dari whistleblower adalah Krishna Palepu satu satunya komisaris non independen yang juga merupakan konsultan perusahaan. Sehingga, walaupun Krishna Palepu memiliki kapabilitas untuk mengetahui praktik ideal bagaimana menangani whistleblower, tetapi karena terafiliasi dengan Raju maka tidak menindaklanjuti lebih dalam. Menurut ICAEW (2004), direktur yang ideal akan menggunakan laporan dari whistleblower untuk menelaah kontrol internal perusahaan. Selain itu direktur akan mendokumentasikan bukti dari laporan dan menindaklanjuti laporan tersebut secara konfidensial. Direktur juga akan memberikan feedback pada pelapor dengan waktu yang tepat. Semua prosedur ini idealnya diketahui oleh semua manajer dan pegawai perusahaan. Menyusul skandal fraud dalam laporan keuangan Satyam, pada 10 Januari 2009 harga saham Satyam jatuh menjadi 11,5 rupees, atau hanya senilai 2% dari harga saham tertingginya di tahun 2008 sebesar 544 rupees. Satyam adalah pemenang penghargaan the coveted Golden Peacock Award for Corporate Governance under Risk Management and Compliance Issues di tahun 2008. Gelar itu kemudian dicabut sehubungan dengan skandal fraud yang dihadapinya. Adapun Raju dan saudaranya, B. Rama Raju, yang juga terkait Satyam fraud, kemudian ditahan dengan tuduhan melakukan konspirasi kriminal, penipuan, pemalsuan dokumen, dan menghadapi ancaman hukuman 10 tahun penjara.