BUDAYA ORGANISASI
Edgar Schein (2002) dari MIT dalam tulisannya tentang
Organizational Culture & Leadership mendefinisikan
budaya sebagai:
A pattern of shared basic assumptions that the
group learned as it solved its problems of external
adaptation and internal integration, that has worked well
enough to be considered valid and, therefore, to be
taught to new members as the correct way you perceive,
think, and feel inrelation to those problems.
Shared basic assumptions consists of Belief and Value
Belief merupakan state of mind (lukisan pikiran) yang
terlepas dari ekspresi material yang diperoleh suatu
komunitas.
Value merupakan suatu ukuran normatif yang
mempengaruhi manusia untuk melaksanakan tindakan
yang dihayatinya.
Budaya organisasi dapat diartikan sebagai sistem nilai
yang diyakini oleh semua anggota perusahaan dan yang
dipelajari, diterapkan, serta dikembangkan secara
berkesinambungan, berfungsi sebagai sistem perekat,
dan dapat dijadikan acuan berperilaku dalam
perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan yang
telah ditetapkan
Dalam budaya organisasi ditandai adanya sharing atau
berbagi nilai dan keyakinan yang sama dengan seluruh
anggota organisasi. Misalnya berbagi nilai dan keyakinan
yang sama melalui pakaian seragam yang bisa
membawa rasa bangga, menjadi alat kontrol dan
membentuk citra organisasi. Dengan demikian, nilai
pakaian seragam tertanam menjadi basic.
Budaya organisasi yang mendasar untuk diperhatikan
dalam rangka pencapaian tujuan organisasi adalah:
Budaya Kerja (termasuk komitmen yang terbangun) dan
Budaya Inovatif.
Budaya kerja dan bentuk komitmen
karyawan
* Budaya kerja dalam organisasi diaktualisasikan
sangat beragam, bisa dalam bentuk
dedikasi/loyalitas, tanggung jawab, kerjasama,
kedisiplinan, kejujuran, ketekunan, semangat,
mutu kerja, keadilan, dan integritas kepribadian.
* Semua bentuk aktualisasi budaya kerja itu
sebenarnya bermakna komitmen. Ada suatu
tindakan, dedikasi, dan kesetiaan seseorang
pada janji yang telah dinyatakannya untuk
memenuhi tujuan organisasi dan individunya.
Bentuk komitmen karyawan bisa diwujudkan dalam
beberapa hal berikut ini:
Keempat, budaya inovasi hanya dapat tercipta jika ada komitmen dari
pemimpinnya. Pemimpin harus mengembangkan skill-skill yang
diperlukan untuk inovasi, baik untuk dirinya maupun karyawan-karyawan
dalam perusahaan.
skill-skill apa saja yang dibutuhkan untuk
menciptakan budaya inovasi?
Penelitian yang dilakukan INSEAD membantu menemukan skill-skill
apa saja yang penting dimiliki oleh seorang innovator dan
entrepreneur.
1) Associating.
Seorang inovator dapat menggabungkan titik-titik yang merupakan
informasi terpisah kemudian menjadi suatu ide yang inovatif.
Contohnya adalah Steve Jobs yang punya ketertarikan di kaligrafi,
sehingga kemudian perusahaannya dapat menciptakan Mac yang
user-friendly dan graphic-based.
2) Observing
Seorang innovator punya kebiasaan mengobservasi sesuatu secara
intensif. Mereka melakukan observasi yang ketat terhadap
sekelilingnya, sehingga mereka kemudian dapat mengembangkan
produk yang inovatif dan memberikan solusi yang tepat.
3) Experimenting
Inovator selalu melakukan eksperimen. Bagi mereka, eksperimen
adalah sebuah tantangan yang harus ditaklukkan. Mereka tidak
akan berhenti sebelum eksperimennya memberikan hasil yang
berarti. Jeff Bezos, misalnya, ide pertama bisnisnya adalah menjual
buku via internet tanpa memiliki inventory. Namun, setelah
eksperimen berkali-kali kemudian akhirnya mereka membangun
kapasitas gudang yang isinya penuh dengan buku.
4) Questioning
Semua orang bisa melakukan observasi, namun tanpa ada
pertanyaan, maka observasi tersebut jadi kurang powerful, karena
informasi yang diperoleh tentunya terbatas. Para innovator adalah
orang yang selalu memiliki rasa ingin tahu dan kritis.
5) Networking
Inovator cenderung untuk bersosialisasi dengan berbagai macam
orang,. sehingga dengan mengenal dan menjalin hubungan mereka
kemudian dapat mendiskusikan ide-ide yang sebelumnya mungkin
tidak terpikirkan.