Anda di halaman 1dari 35

Peranan Bakteri dalam Terjadinya

Kanker Rongga Mulut


Oleh:
Mohammad Naufal
Orlando F.M Sinaga
Sarah A.M
Tamilarasi Balakrishnan
Thelazia C. Gurky

Pembimbing:
drg. Asmulian Dwi Djaya, C. Ort, AMED

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER


DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2016

1
Latar Belakang
Kanker oral merupakan satu dari 10
prevalensi tertinggi terjadinya kanker di dunia.
Lebih dari 90% jenis neoplasia pada oral yaitu
squamous cell carcinomas (SCCs) yang berasal
dari mukosa oral (Chen and Myers, 2001).
Sejauh ini kanker oral dianggap 70-80%
penyebabnya dari menyirih, mengunyah
tembakau, merokok dan komsumsi alkohol.

2
Latar Belakang
Sebuah bukti ilmiah terbaru menyatakan
adanya hubungan antara bakteri tertentu
dengan kanker. Mekanisme bakteri yang ikut
terlibat belum dapat dijelaskan sepenuhnya.

3
Tujuan
Untuk memahami keterkaitan antara infeksi
bakteri dengan terjadinya kanker rongga
mulut.

4
Manfaat
Sebagai tambahan informasi ilmiah dan
wawasan bagi penulis dan pembaca tentang
topik yang bersangkutan.

5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

6
DEFINISI
Kanker rongga mulut merupakan suatu
pertumbuhan sel kanker yang dapat mengenai
rongga mulut, meliputi bibir dan mukosa bibir,
lidah, palatum, gingival, dasar mulut dan
mukosa pipi.

7
EPIDEMIOLOGI
Rongga mulut merupakan 1 dari 10 lokasi
tersering terkenanya kanker di dunia.
Kanker rongga mulut menduduki kanker urutan
pertama di Negara Sri Lanka, India, Pakistan, dan
Bangladesh.
Sedangkan di negara maju, kanker rongga mulut
kurang populer, tetapi tetap menduduki urutan
ke-8, contohnya di Francis bagian utara, kanker ini
merupakan kanker paling sering terjadi pada laki-
laki.
8
EPIDEMIOLOGI
Sedangkan di negara maju, kanker rongga mulut
kurang populer, tetapi tetap menduduki urutan
ke-8, contohnya di Francis bagian utara, kanker ini
merupakan kanker paling sering terjadi pada laki-
laki.
Tiga tempat asal karsinoma rongga mulut yang
predominan adalah (sesuai dengan urutan
frekuensi) (1) batas vermilion tepi lateral bibir
bawah, (2) dasar mulut, dan (3) batas lateral
lidah yang bergerak.

9
FAKTOR RISIKO

Merokok

Mengunyah
Tembakau

10
FAKTOR RISIKO
Menyirih

Alkohol

Phenol

11
Patogenesis

12
Manifestasi Klinis
Pada tahap dini tidak menimbulkan gejala.
Diameter benjolan dapat kurang dari 2 cm,
kebanyakan berwarna merah dengan atau
tanpa disertai komponen putih, licin, halus,
dan memperlihatkan elevasi yang minimal.
Seringkali awal dari keganasan ditandai oleh
adanya ulkus

13
Kanker Lidah
Terletak pada 2/3 anterior lidah ( umumnya
pada tepi lateral dan bawah lidah). Keluhan
utamanya adalah timbulnya suatu massa yang
seringkali terasa tidak sakit.
Bila timbul pada 1/3 posterior, kanker sering
tidak diketahui oleh rasa sakit yang dialami
dan biasanya dihubungkan dengan rasa sakit
tenggorakan.

14
Kanker Lidah
Kanker yang terletak 2/3 anterior lidah lebih
dapat dideteksi dini daripada terletak pada
1/3 posterior lidah.
Pada stadium awal dapat berupa bercak
leukoplakia , penebalan, perkembangan
eksofitik atau endofitik bentuk ulkus.

15
Kanker pada Bibir
Sering dihubunkan dengan aktivitas luar,
seperi nelayan dan petani.
Pada awal pertumbuhan, lesi dapat berupa
nodul kecil atau ulkus yang tidak sembuh-
sembuh.

16
Kanker Dasar Mulut
Pada stadium awal mungkin tidak
menimbulkan gejala
Lesi berkembang pasien akan mengeluhkan
adanya gumpalan dalam mulut, sehingga
menimbulkan rasa tidak nyaman.
Paling sering dijumpai adalah lesi berupa
ulserasi dengan tepi yang timbul.

17
Kanker pada Mukosa Pipi

Dihubungkan dengan kebiasaan mengunyah


campuran pinang, daun sirih, kapur dan
tembakau.
Di daerah lesi terlihat eritematous, ulserasi
yang kecil, daerah merah dengan indurasi dan
kadang-kadang dihubungkan dengan
leukoplakia tipe nodular.

18
Kanker pada Gingiva
Lebih sering pada gingiva mandibula daripada
gingiva maksila.
Lesi awal terlihat sebagai granuloma yang
kecil.
Pertumbuhan eksofitik seperti bunga kol,
mudah berdarah

19
Kanker pada Palatum
Lesi awal dalam bentuk yang kecil, oval atau
bulat berwarna kemerahmerahan, erosi yang
licin dengan daerah hiperkeratosis
disekelilingnya.
Kanker pada palatum dapat menyebabkan
perforasi palatum dan meluas sampai ke
rongga hidung.

20
Penegakkan diagnosis

21
o Anamnesa
o Pemeriksaan Fisik Inspeksi, Palpasi
o Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Radiografi
- X-foto polos
- Imaging USG hepar, CT-scan, MRI, Scan
tulang
Pemeriksaan Laboratorium

22
Pemeriksaan Histopatologi
o Pemeriksaan Sitologi
Kelas I : sel-sel normal
Kelas II : sel-sel yang tidak khas (atipik), tidak ada bukti
keganasan
Kelas III : Perubahan pada pola nuklear yang sifatnya
tidak jelas, tidak ada tanda-tanda keganasan, tetapi
terdapat sel yang menyimpang dari normal.
Kelas IV : Memberi kesan sebagai suatu keganasan.
Kelas V : perubahan keganasan terlihat jelas.

23
o Biopsi
Fine needle aspiration (FNAB)
Biopsi insisi
Biopsi eksisi

24
Klasifikasi SCC
Grade I Well differentiated

Grade II Moderate Differentiated

25
Grade III Poorly differentiated

26
Skrining kanker rongga mulut
Pemeriksaan dengan toludine blue

Sitologi
Saliva sebagai alat diagnostik

27
PENATALAKSANAAN
Terapi Pembedahan
Tumor Reseksi
Bedah mikrografi Mohs ( untuk beberapa kanker pada bibir)
Glosektomi ( Pengangkatan dari organ lidah )
Mandibulektomi ( pengangkatan dari tulang rahang )
Maksilektomi
Pembedahan robotic
Laringektomi
Diseksi leher
Operasi rekonstruksi

Terapi Radiasi
Menggunakan energi tinggi dari x-ray atau partikel untuk menghancurkan sel
kanker atau memperlambat petumbuhannya
Dapat dilakukan pada beberapa situasi untuk kanker oral dan orofaring.

28
Kemoterapi
Efek Samping : Kebotakan,peradangan mulut,
nafsu makan berkurang,mual dan muntah
,diare, sel darah yang menurun.
Terapi tertargetkan
Terapi paliatif

29
BAB 3
PEMBAHASAN

30
Sebuah penelitian melaporkan adanya
sekuens DNA Streptococcus anginosus yang
ditemukan pada DNA sampel pasien-pasien
kanker esofagus.
Hasil penelitian menunjukkan infeksi S.
anginosus sangat berhubungan dalam proses
karsinogenesis kanker kepala dan leher.

31
Maget et al., menyimpulkan peningkatan jumlah
bakteri Capnocytophaga gingivalis, Prevotella
melaninogenica, dan Streptococcus mitis di dalam
saliva dapat digunakan sebagai alat indikator
penegakan diagnosa OSCC.
Chocolatewala et al., menyimpulkan di dalam studinya
bahwa keanekaragaman bakteri yang diisolasi diantara
specimen jaringan kanker oral dan kontrol, adanya
temuan Exiguobacterium oxidotolerans, P.
melaninogenica, Staphylococcus aureus, dan Veillonella
parvula yang spesifik pada jaringan tumor.

32
Dalam penelitian case-control, Rajendra et.al.,
menyimpulkan bahwa kontribusi dari H.pylori
yang ada pada plak dental yang menyebabkan
infeksi mukosa dan penyakit periodontal
adanya hubungan signifikan.

33
KESIMPULAN
Disimpulkan, penelitian-penelitian sebelumnya
belum dapat menjelaskan sepenuhnya
mekanisme bakteri dari segi kausatif, kolonisasi,
atau bahkan kanker yang telah sembuh;
bagaimanapun masih banyak pertanyaan belum
terjawab.
Masih diperlukan penelitian yang lebih lanjut
untuk menjawab semua pertanyaan di atas,
sehingga dapat digunakan dalam tindakan
preventif,deteksi dini, dan penatalaksanaan.

34
35

Anda mungkin juga menyukai