Anda di halaman 1dari 26

TERAPI CAIRAN DAN

ELEKTROLIT

Afnijar Wahyu
BAB I
PENDAHULUAN

Dalam waktu 24 jam jumlah air dan


elektrolit yang masuk setara dengan
jumlah yang keluar. Pengeluaran cairan
dan elektrolit dari tubuh dapat berupa
urin, tinja, keringan dan uap air pada saat
bernapas.
Terapi cairan dibutuhkan bila tubuh tidak
dapat memasukka air, elektrolit serta zat-
zat makanan ke dalam tubuh secara oral
misalnya pada saat pasien harus berpuasa
lama, karena pembedahan saluran cerna,
perdarahan banyak, syok hipovolemik,
anoreksia berat, mual muntah dan lain-
lain. Dengan terapi cairan kebutuhan akan
air da elektrolit akan terpenuhi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Cairan tubuh adalah cairan suspensi sel di
dalam tubuh makhluk multiseluler seperti
manusia atau hewan yang memiliki fungsi
fisiologis tertentu.
Jadi secara anatomis cairan tubuh
di bagi atas :
Cairan intraseluler : 40% BB
Cairan ekstraseluler : 20% BB
yang terdiri dari :
Cairan interstitial : 15% BB
Cairan intravascular : 5% BB
Cairan transeluler : 2% BB
Komponen cairan tubuh
Elektrolit Merupakan zat yang
terdisosiasi dalam cairan dan
menghantarkan arus listrik.
Kation
Natrium
Kalium
Kalsium
Magnesium
Anion
Karbonat
Non elektrolit
Merupakan zat seperti glukosa dan urea
yang tidak terdisosiasi dalam cairan.
Zat lainya termasuk penting adalah
kreatinin dan bilirubin.
Proses Pergerakan Cairan Tubuh
Osmosis
bergeraknya molekul melalui membran
semipermeabel dari larutan berkadar > menuju
larutan berkadar > hingga kadarnya sama

Difusi
proses bergeraknya molekul lewat pori-pori

Pompa Natrium Kalium


proses transpor yang memompa ion natrium keluar
melalui membran sel dan pada saat bersamaan
memompa ion kalium dari luar ke dalam.
Perubahan cairan tubuh dapat
dikategorikan menjadi 3, yaitu :
1. Perubahan volume
Defisit volume
Dehidrasi
Dehidrasi isotonis
Dehidrasi hipotonis
Dehidrasi hipertonis
Kelebihan volume
2. Perubahan konsentrasi
Hiponatremia
Kadar natrium normal 135-145 mEq/L.
Keadaan ini dapat diterapi dengan restriksi
cairan (Na+ 125 mg/L) atau NaCl 3%
ssebanyak (140-X)xBBx0,6 mg dan untuk
pediatrik 1,5-2,5 mg/kg.
Untuk menghitung Na serum yang
dibutuhkan dapat menggunakan rumus
Na= Na1 Na0 x TBW
Hipernatremia
Terapi keadaan ini adalah penggantian cairan dengan 5%
dekstrose dalam air sebanyak {(X-140) x BB x 0,6}: 140.12

Hipokalemia
Terapi hipokalemia dapat berupa koreksi faktor presipitasi
(alkalosis, hipomagnesemia, obat-obatan), infuse potasium
klorida sampai 10 mEq/jam (untuk mild hipokalemia ;>2
mEq/L) atau infus potasium klorida sampai 40 mEq/jam
dengan monitoring oleh EKG (untuk hipokalemia
berat;<2mEq/L disertai perubahan EKG, kelemahan otot
yang hebat). Rumus untuk menghitung defisit kalium :
K = K1 K0 x 0,25 x BB
Hiperkalemia
Terjadi jika kadar kalium > 5 mEq/L
Terapi untuk hiperkalemia dapat berupa
intravena kalsium klorida 10% dalam 10
menit, sodium bikarbonat 50-100 mEq dalam
5-10 menit, atau diuretik, hemodialisis.
3. Perubahan komposisi
Asidosis respiratorik
Alkalosis respiratorik
Asidosis metabolik
Alkalosis metabolik
keseimbangan input dan output cairan tubuh :
Masuk : minum 1500 cc
makan 700 cc
oksidasi 200 cc
-
2400 cc

Keluar : kulit-menguap 350 cc


keringat 100 cc
paru-paru 350 cc
faeces 200 cc
urine 1400 cc
-
2400 cc
Terapi Cairan
Tindakan untuk memelihara,
mengganti cairan tubuh dalam
batas-batas fisiologis dengan
cairan infus kristaloid (elektrolit)
atau koloid (plasma ekspander)
secara intravena.
Terapi cairan berfungsi :
mengganti defisit cairan saat puasa
sebelum dan sesudah pembedahan
mengganti kebutuhan rutin saat
pembedahan
mengganti perdarahan yang terjadi
mengganti cairan yang pindah ke
rongga ketiga.
Terapi cairan terbagi menjadi dua yaitu :
1. Terapi cairan resusitasi
untuk menggantikan kehilangan akut cairan
tubuh atau ekspansi cepat dari cairan
intravaskuler untuk memperbaiki perfusi jaringan
(Misalnya syok dan luka bakar )
Terapi cairan resusitasi dapat dengan pemberian
infus Normal Saline (NS), Ringer Asetat (RA), atau
Ringer laktat (RL) sebanyak 20 ml/kg selama 30-
60 menit.
Pada syok hemoragik bisa diberikan 2-3 L dalam
10 menit.
2. Terapi rumatan
bertujuan memelihara keseimbangan cairan tubuh dan
nutrisi.
Orang dewasa rata-rata membutuhkan cairan 30-35
ml/kgBB/hari
dan elektrolit utama (Na+=1-2 mmol/kgBB/hari) dan
(K+= 1mmol/kgBB/hari)

Terapi rumatan dapat diberikan infus cairan elektrolit
dengan kandungan karbohidrat atau infus yang hanya
mengandung karbohidrat saja. Larutan elektrolit yang
juga mengandung karbohidrat adalah larutan KA-EN,
dextran + saline, DGAA, Ringers dextrose, dll.
Sedangkan larutan rumatan yang mengandung hanya
karbohidrat adalah dextrose 5%. Tetapi cairan tanpa
elektrolit cepat keluar dari sirkulasi dan mengisi ruang
antar sel sehingga dextrose tidak berperan dalam
hipovolemik.
Pada pembedahan akan menyebabkan cairan
pindah ke ruang ketiga, ke ruang peritoneum,
ke luar tubuh. Untuk menggantinya
tergantung besar kecilnya pembedahan, yaitu
:
6-8 ml/kg untuk bedah besar
4-6 ml/kg untuk bedah sedang
2-4 ml/kg untuk bedah kecil
Jenis-Jenis Cairan
1. Cairan Kristaloid
2. Cairan Koloid
a. Koloid alami
b. Koloid sintetis
Dextran:
Hydroxylethyl Starch (Heta starch)
Gelatin
2.3.3Terapi Cairan Preoperatif
Defisit cairan karena persiapan pembedahan dan anestesi (puasa,
lavement) harus diperhitungkan dan sedapat mungkin segera
diganti pada masa pra-bedah sebelum induksi. Setelah dari sisa
defisit yang masih ada diberikan pada jam pertama pembedahan,
sedangkan sisanya diberikan pada jam kedua berikutnya. Kehilangan
cairan di ruang ECF ini cukup diganti dengan ciran hipotonis seperti
garam fisiologis, Ringer Laktat dan Dextrose. Pada penderita yang
karena penyakitnya tidak mendapat nutrisi yang cukup maka
sebaiknya diberikan nutrisi enteral atau parenteral lebih dini lagi.
Penderita dewasa yang dipuasakan karena akan mengalami
pembedahan (elektif) harus mendapatkan penggantian cairan
sebanyak 2 ml/kgBB/jam lama puasa. Defisit karena perdarahan
atau kehilangan cairan (hipovolemik, dehidrasi) yang seringkali
menyertai penyulit bedahnya harus segera diganti dengan
melakukan resusitasi cairan atau rehidrasi sebelum induksi anestesi.
2.3.4 Terapi Cairan Intraoperatif
Jumlah penggantian cairan selama pembedahan dihitung berdasarkan
kebutuhan dasar ditambah dengan kehilangan cairan akibat pembedahan
(perdarahan, translokasi cairan dan penguapan atau evaporasi). Jenis
cairan yang diberikan tergantung kepada prosedur pembedahannya dan
jumlah darah yang hilang.
Pembedahan yang tergolong kecil dan tidak terlalu traumatis misalnya
bedah mata (ekstrasi, katarak) cukup hanya diberikan cairan rumatan saja
selama pembedahan.
Pembedahan dengan trauma ringan misalnya: appendektomi dapat
diberikan cairan sebanyak 2 ml/kgBB/jam untuk kebutuhan dasar
ditambah 4 ml/kgBB/jam untuk pengganti akibat trauma pembedahan.
Total yang diberikan adalah 6 ml/kgBB/jam berupa cairan garam seimbang
seperti Ringer Laktat atau Normosol-R.
Pembedahan dengan trauma sedang diberikan cairan sebanyak 2
ml/kgBB/jam untuk kebutuhan dasar ditambah 8 ml/kgBB/jam untuk
pembedahannya. Total 10 ml/kgBB/jam.
2.3.5 Terapi Cairan Postoperatif
Terapi cairan pasca bedah ditujukan terutama pada hal-hal di bawah ini:
Pemenuhan kebutuhan dasar/harian air, elektrolit dan kalori/nutrisi. Kebutuhan air untuk penderita di daerah
tropis dalam keadaan basal sekitar 50 ml/kgBB/24 jam. Pada hari pertama pasca bedah tidak dianjurkan
pemberian kalium karena adanya pelepasan kalium dari sel/jaringan yang rusak, proses katabolisme dan transfusi
darah. Akibat stress pembedahan, akan dilepaskan aldosteron dan ADH yang cenderung menimbulkan retensi air
dan natrium. Oleh sebab itu, pada 2-3 hari pasca bedah tidak perlu pemberian natrium. Penderita dengan
keadaan umum baik dan trauma pembedahan minimum, pemberian karbohidrat 100-150 mg/hari cukup
memadai untuk memenuhi kebutuhan kalori dan dapat menekan pemecahan protein sampai 50% kadar albumin
harus dipertahankan melebihi 3,5 gr%. Penggantian cairan pasca bedah cukup dengan cairan hipotonis dan bila
perlu larutan garamisotonis. Terapi cairan ini berlangsung sampai penderita dapat minum dan makan.

Mengganti kehilangan cairan pada masa pasca bedah:


Akibat demam, kebutuhan cairan meningkat sekitar 15% setiap kenaikan 1C
suhu tubuh
Adanya pengeluaran cairan lambung melalui sonde lambung atau muntah.
Penderita dengan hiperventilasi atau pernapasan melalui trakeostomi dan
humidifikasi.
Melanjutkan penggantian defisit cairan pembedahan dan selama pembedahan yang belum selesai. Bila kadar
hemoglobin kurang dari 10 gr%, sebaiknya diberikan transfusi darah untuk memperbaiki daya angkut oksigen.
Koreksi terhadap gangguan keseimbangan yang disebabkan terapi cairan tersebut. Monitoring organ-organ vital
dilanjutkan secara seksama meliputi tekanan darah, frekuensi nadi, diuresis, tingkat kesadaran, diameter pupil,
jalan nafas, frekuensi nafas, suhu tubuh dan warna kulit.
BAB III
KESIMPULAN
Tubuh mengandung 60 % air yang disebut juga cairan tubuh. Cairan tubuh
didalamnya terkandung nutrisi-nutrisi yang amat penting peranannya
dalam metabolisme sel, sehingga amat penting dalam menunjang
kehidupan.
Dalam pembedahan, tubuh kekurangan cairan karena perdarahan selama
pembedahan ditambah lagi puasa sebelum dan sesudah operasi.
Gangguan dalam keseimbangan cairan dan elektrolit merupakan hal yang
umum terjadi pada pasien bedah karena kombinasi dari faktor-faktor
preoperatif, perioperatif dan postoperatif.
Terapi cairan parenteral digunakan untuk mempertahankan atau
mengembalikan volume dan komposisi normal cairan tubuh. Dalam terapi
cairan harus diperhatikan kebutuhannya sesuai usia dan keadaan pasien,
serta cairan infus itu sendiri. Jenis cairan yang bisa diberikan untuk terapi
cairan adalah cairan kristaloid dan cairan koloid.

Anda mungkin juga menyukai