Anda di halaman 1dari 38

Sepsis & obs FC

Disusun oleh :
Nugroho Adisaputro
0315026

Pembimbing :
dr. Ferdanella

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UKM
RUMAH SAKIT IMMANUEL
BANDUNG
2013
Nama penderita : Sopian Tri Mulyana
Jenis kelamin : Laki-laki
Tempat dan tanggal lahir : Bandung, 25 april 2013
Umur : 1 bulan
Tanggal dirawat : 24 Mei 2013
Alamat : Sindang palay KP. RT 3. RW 9 kel
Cangkuang kulon kec.Dayeuhkolot kota bandung
Nama ayah : Tn. K
Umur : 33 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : swasta
Alamat : Sindang palay KP. RT 3. RW 9 kel Cangkuang
kulon kec.Dayeuhkolot kota bandung

Nama ibu : Ny. H


Umur : 31 tahun
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Sindang palay KP. RT 3. RW 9 kel Cangkuang
kulon kec.Dayeuhkolot kota bandung
Heteroanamnesis
Diberikan oleh : ibu pasien
Tanggal : 24 Mei 2013
Keluhan utama : kejang
Riwayat perjalanan penyakit :
Pasien seorang bayi berusia 1 bulan dengan berat badan
2800 gram, panjang badan 49 cm. Status gizi baik,
kesadaran sopor, kesan sakit berat, datang dengan ibunya
keluhan kejang sejak pukul 4 sore (5 jam SMRSI). Kejang
didahului suhu badan yang meninggi kemudian kaku
tangan dan kaki sebelah kanan saja, mata pasien melotot
ke atas terus menerus selama 10 menit setelah itu kejang
mereda tanpa obat.
Ibu pasien membawa ke dokter, kemudian di rujuk ke RSI.
Di IGD RSI pasien kejang 1x, di ruangan kejang lagi selama
2 jam dengan interval jeda 15 menit.

Ibu pasien mengatakan pasien demam 1 hari lalu, kemudian


saat minum asi pasien tersedak tiba-tiba kejang selama 10
menit dan berhenti tanpa obat.
Ibu pasien mengatakan, kejang nya lurus ke depan (klonik),
setelah kejang pasien tidak sadar, tidak menangis, tidak
keluar busa dari mulut, mata melotot ke atas, bila ada
rangsang sentuh pasien kejang lagi.

Ibu pasien menyangkal adanya sesak nafas, muntah,


mencret, riwayat post trauma, nafsu makan turun, BAB tidak
ada kelainan, BAK dalam batas normal.
RIWAYAT KEHAMILAN DAN PERSALINAN

Pasien merupakan anak ke 3 dari 3 bersaudara


Lahir hidup 2, lahir mati 1, abortus
Lahir prematur, sc dengan pertolongan dokter
Dilakukan SC karena indikasi letak sungsang dan tali pusat
terlilit.
Umur kehamilan 37 minggu
Berat badan lahir : 2800 gram
Panjang badan lahir : 49 cm
TUMBUH KEMBANG ANAK

Berbalik : - bulan
Duduk : - bulan
Berdiri : - bulan
Berbicara : - bulan
Berjalan :-
Menulis :-
keadaan umum
Kesadaran : sopor
Keadaan penderita : tampak sakit berat
Penampilan umum : tampak kejang

Tanda vital
Nadi : 140x/menit
Respirasi : 54x/menit
Suhu : 38 C
Kepala : B/U normal, tidak ada benjolan
Mata : terbuka, miosis -/-, CA-/-, SI -/-
Hidung : PCH -/-, sekret hidung -/-
Telinga : sekret -/-
mulut : bibir basah, mukosa mulut basah
Thorax : bentuk dan pergerakan simetris, retraksi -
Pulmo : VBS ka=ki, Wh-/-, Rh -/-
Cor : bunyi jantung murni, reguler, murmur
Abdomen
Inspeksi : cembung
Auskultasi : BU (+)
Palpasi : soepel, hepar dan lien : ttm
Perkusi : tympani
Alat kelamin : laki-laki, tidak ada kelainan
Anus dan rectum : tidak ada kelainan
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2 detik
Neurologis
Reflek Moro : -
Reflek babinski : -
Sucking reflek : +
Grasping reflek : -
Rotting reflek : -
Kaku kuduk : -
Saraf kranialis :
Gerakan bola mata -, bayi melotot ke atas terus menerus
Reflek menghisap +
Reflek cahaya -, pupil bayi miosis terus menerus
Imunisasi

Jenis Dasar
BCG -

DPT - - -
Polio + - -
Hep.B + - -

Campak -
Pengukuran
Umur : 1 bulan
Berat badan : 2,8 Kg
Tinggi badan : 49 cm
Status gizi : baik

Pemeriksaan sistemik
Rambut : hitam
Kulit : ikterik (-), lanugo (-)
KGB : tidak teraba membesar
Kepala : bentuk/ukuran simetris
Penyakit dahulu

Diare : - TBC : -
Batuk pilek : - cacar air : -
Tifus perut : - campak : -
Pneumonia : - ginjal : -
Batuk rejan : - asma/alergi : -
Difteri : - kejang : -
Tetanus : - lainnya : -
Hepatitis : -
Pemeriksaan penunjang
Lab:
Tanggal : 24 mei 2013

Hemoglobin : 9,6 g/dl


Hematokrit : 27,9 %
Leukosit : 13,47 x 10/mm
Eritrosit : 3,1 juta/mm
Trombosit : 263 x 10/mm

MCV : 90 fl
MCH : 31 pg/ml
MCHC : 34 g/dl
Hitung jenis
Basofil : 0,1 %
Eosinofil : 1,3 %
Neutrofil Stab : 0 %
Neutrofil Segmen : 31,0 %
Limfosit : 58,3 %
Monosit : 9,3 %
Kimia klinik
Natrium (Na) : 140 mEq/L
Kalium (K) : 5,3 mEq/L
GDS : 175 mg/dL
Pasien bayi laki-laki usia 1 bulan, BB 2,8 kg, TB 49 cm,
dengan status gizi baik, sopor, sakit berat, datang dengan
keluhan kejang 2 jam sebelah kanan dengan interval 15
menit, mata melotot ke atas, setelah kejang pasien tidak
sadar, tidak menangis, tidak keluar busa dari mulut, kejang
berulang saat ada rangsang sentuh, sebelumnya tidak pernah
kejang.
Pada riwayat persalinan dilakukan SC karena indikasi letak
sungsang dan tali pusat terlilit.
Pada pemeriksaan fisik kaku kuduk -, reflek moro -, reflek
babinski -, reflek sucking -, reflek grasping -, reflek rotting -
Pada pemeriksaan lab didapatkan hasil pemeriksaan
hematologi rutin Hb, Ht, Eritrosit menurun. GDS meningkat.
Tidak ada penurunan kadar Na dan K.
Pemeriksaan fisik

keadaan umum
Kesadaran : sopor
Keadaan penderita : tampak sakit berat
Penampilan umum : tampak kejang

Tanda vital
Nadi : 140x/menit
Respirasi : 54x/menit
Suhu : 38 C
Neurologis
Reflek Moro : -
Reflek babinski : -
Sucking reflek : +
Grasping reflek : -
Rotting reflek : -
Kaku kuduk : -
Saraf kranialis :
Gerakan bola mata -, bayi melotot ke atas terus menerus
Reflek menghisap +
Reflek cahaya -, pupil bayi miosis terus menerus
PEMERIKSAAN
PENUNJANG

Hemoglobin menurun
Hematokrit menurun
Eritrosit menurun
GDS meningkat
Diagnosis banding :
Kejang demam kompleks
Epilepsi
Asfiksia neonatorum
Meningitis

Diagnosis :
Kejang demam kompleks
PENATALAKSANAAN
Penanggulangan kejang demam ada 3 faktor yang perlu
dikerjakan, yaitu:
pengobatan fase akut,
mencari dan mengobati penyebab,
pengobatan profilaksis terhadap berulangnya kejang
demam
PROGNOSIS

Quo ad vitam : ad malam


Quo ad functionam : ad malam
PEMBAHASAN

Definisi

Kejang bukan suatu penyakit, tetapi gejala dari suatu


atau beberapa penyakit, yang merupakan manifestasi
dari lepasnya muatan listrik yang berlebihan di sel-sel
neuron otak oleh karena terganggu fungsinya akibat
akibat kelainan anatomi-fisiologi, biokimia, atau
gabungan keduanya.
Epidemiologi
Kejadian kejang demam diperkirakan 2-4% di Amerika
Serikat, Amerika Selatan, dan Eropa Barat. Di Asia
dilaporkan lebih tinggi. Kira-kira 20% kasus
merupakan kejang demam kompleks. Umumnya
kejang demam timbul pada tahun kedua kehidupan
(17-23 bulan). Kejang demam sedikit lebih sering
terjadi pada laki-laki.3
Faktor Risiko
Faktor risiko kejang demam pertama adalah demam.
Selain itu terdapat faktor riwayat kejang demam pada
orangtua atau saudara kandung, perkembangan
terlambat, problem pada masa neonatus, anak dalam
perawatan khusus dan kadar natrium rendah.3
Klasifikasi :
kejang demam diklasifikasikan menjadi 2
golongan,yaitu :
Kejang demam sederhana (Simple Febrile Seizure) yaitu
kejang menyeluruh yang berlangsung kurang dari 15,
menit dan tidak berulang dalam 24 jam.

Kejang demam kompleks( Complex Febrile Seizure)


yaitu kejang fokal (hanya melibatkan salah satu bagian
tubuh), berlangsung lebih dari 15 menit dan atau
berulang dalam waktu singkat ( selama demam
berlangsung).
Etiologi
Hingga kini belum diketahui secara pasti. Demam
sering disebabkan infeksi saluran pernafasan atas,
otitis media, pneumonia, gastroenteritis dan infeksi
saluran kemih. Kejang tidak selalu timbul pada suhu
yang tinggi, kadang-kadang demam yang tidak begitu
tinggi dapat menyebabkan kejang.1,2,3
Patofisiologi
Pada keadaan demam kenaikan suhu 1C akan
mengakibatkan kenaikan metabolisme basal 10%-15% dan
kebutuhan oksigen akan meningkat 20%.

Pada seorang anak berumur 3 tahun sirkulasi otak


mencapai 65% dari seluruh tubuh. Jadi pada kenaikan suhu
tubuh tertentu dapat terjadi perubahan keseimbangan dari
membran sel neuron dan dalam waktu singkat terjadi difusi
dari ion kalium maupun ion natrium melalui membran
tadi, dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas
muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat
meluas keseluruh sel maupun membran sel tetangganya
dengan bantuan bahan yang disebut neurotransmitter dan
terjadilah kejang.2
Manifestasi klinis
Disertai kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat
yang disebabkan oleh infeksi diluar susunan saraf
pusat, misalnya tonsilitis, otitis media akuta, bronkitis,
furunkulosis, dan lain-lain.1,2,3,5
Serangan kejang terjadi dalam 24 jam pertama sewaktu
demam, berlangsung singkat dengan sifat bangkitan
kejang dapat berbentuk tonik-klonik bilateral, tonik,
klonik, fokal atau akinetik.
Sebagian kejang berlangsung kurang dari 6 menit dan
kurang dari 8% berlangsung lebih dari 15 menit.
Diagnosis

1. Pungsi lumbal
Dilakukan untuk menyingkirkan meningitis. Karena meningitis
tidak jelas pada bayi kecil. Usia antara 6 18 bulan.
Cairan cerebrospinal yang abnormal :
-Memiliki tanda peradangan selaput otak (contoh: kaku kuduk).
-mengalami komplek partial seizure.
-Kunjungan ke dokter dalam 48 jam sebelumnya (sudah sakit
dalam 48 jam sebelumnya).
-Kejang saat tiba di IGD.
-Keadaan post ictal (pasca kejang) yang berkelanjutan. Mengantuk
hingga sekitar 1 jam setelah kejang demam adalah normal.
-kejang pertama setelah usia 3 tahun.
2.EEG
EEG adalah pemeriksaan gelombang otak untuk
meneliti ketidaknormalan gelombang. Pemeriksaan ini
tidak dianjurkan untuk dilakukan pada kejang demam
yang baru terjadi sekali tanpa adanya defisit
neurologis.2,3
Saat ini pemeriksaan EEG tidak dianjurkan untuk
pasien kejang demam sederhana.1,7
3.Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan seperti pemeriksaan darah rutin, kadar
elektrolit., kalsium, fosfor, magnesium, atau gula darah
tidak rutin dilakukan pada kejang demam pertama.
Pemeriksaan laboratorium harus ditujukan untuk
mencari sumber demam, bukan sekedar sebagai
pemeriksaan rutin.6,7
4.Pemeriksaan Imaging
Pemeriksaan imaging (CT Scan atau MRI) dapat
dindikasikan pada keadaan:
Adanya riwayat dan tanda klinis trauma kepala.
Kemungkinan adanya lesi struktural diotak
(mikrosefali, spastik).
Adanya tanda peningkatan tekanan intrakranial
(kesadaran menurun, muntah berulang, fontanel
anterior membonjol, paresis saraf otak VI, edema
papil).6
Diagnosis banding
Harus dipikirkan apakah penyebab dari kejang itu
didalam atau diluar susunan saraf pusat (otak).
Kelainan didalam otak biasanya karena infeksi,
misalnya meningitis, ensefalitis, abses otak dan lain-
lain.2 Oleh sebab itu perlu waspada untuk
menyingkirkan dahulu apakah ada kelainan organis di
otak.
Baru sesudah itu dipikirkan apakah kejang demam ini
tergolong dalam kejang demam sederhana atau
epilepsi yang diprovokasi oleh demam.
Penatalaksanaan

Dalam penanggulangan kejang demam ada 3 faktor


yang perlu dikerjakan, yaitu: pengobatan fase akut,
mencari dan mengobati penyebab, dan pengobatan
profilaksis terhadap berulangnya kejang demam..2,3
1. Pengobatan fase akut
2. Mencari dan Mengobati Penyebab
3. Pengobatan profilaksis
Pencegahan
Kepada anak-anak yang cenderung mengalami kejang demam,
pada saat menderita demam, bisa diberikan diazepam ( baik yang
melalui mulut maupun melalui rektal).
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai