PERCOBAAN I
ABSORPSI DAN EKSKRESI OBAT PADA MANUSIA
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2 / KELAS A
NATASYA / 1010009
Laboratorium Farmakologi
Fakultas Kedokteran
BANDUNG 2010
ABSORPSI DAN EKSKRESI PADA MANUSIA
ABSTRAK
BAB I
PENDAHULUAN
Obat dalam arti luas adalah setiap zat kimia yang dapat mempengaruhi proses-
proses dalam tubuh. Obat yang masuk ke dalam tubuh akan mengalami absorpsi,
distribusi, dan rangkaian proses pengikatan oleh reseptor hingga menimbulkan efek. Pada
akhirnya sisa obat tersebut akan diekskresikan dari dalam tubuh. Semua proses ini
berjalan serentak dan biasa disebut farmakokinetik.
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk memperlihatkan variasi kecepatan
absorpsi dan ekskresi obat yang dimakan, khususnya Iodium, Salisilat dan Pyridium pada
manusia.
Obat, di dalam tubuh, harus memiliki kemampuan untuk bisa masuk menembus
lapisan sel yang ada di berbagai jaringan. Kebanyakan, yang terjadi dalam transpor obat
adalah menembus lapisan, bukan melewati celah antar sel. Karena itu peristiwa
terpenting dalam proses farmakokinetik adalah transport lintas membran.
Beberapa hal yang berpengaruh dalam sirkulasi absorpsi antara lain sifat fisik dan
kimia obat, bentuk obat, formulasi obat, konsentrasi obat, luas permukaan kontak obat,
cara pemberian obat, dan sirkulasi pada tempat absorpsi.
Beberapa cara yang terpenting dalam proses transport lintas membran adalah
difusi pasif dan transport aktif. Umumnya, absorpsi dan distribusi obat terjadi melalui
proses difusi pasif. Sel saraf, hati, dan tubuli ginjal biasanya membutuhkan energi yang
diperoleh dari aktivitas membran sendiri, sehingga zat dapat bergerak melawan
perbedaan kadar atau potensial listrik.
Akhirnya obat menjalani proses akhir, yaitu ekskresi yang terbentuk dalam bentuk
metabolit hasil biotransformasi atau dalam bentuk asalnya. Absorpsi dan ekskresi dalam
tubuh bervariasi itu terjadi karena faktor yang mempengaruhi perjalanan obat di dalam
obat pun bervariasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Obat:
Alat:
• Tabung reaksi
• Gelas ukur
• Beaker gelas
• Pipet tetes
• Kertas lakmus
• Permen karet
Petunjuk Umum:
• Subyek percobaan harus makan dulu sebelum melakukan percobaan dan minum
segelas air minum tambahan
• Menampung urin sebelum minum obat kontrol negatif
• Minum lagi minimal segelas air minum tambahan sesudah minum obat
• Menggunakan tanda: -, +, ++, dan +++ menunjukkan tingkat respon percobaan
I. EKSKRESI IODIUM
a. KONTROL POSITIF
1. Memasukkan ke dalama tabung reaksi 1 mL Amilum 1%, 1 mL Kalium Iodida 1%, 2-
3 tetes Natrium Nitrit 10%, dan 2-3 tetes asam sulfat dilutus
2. Untuk pembanding melakukan pecobaan di atas tanpa menggunakan Asam Sulfat
Dilutus pada tabung reaksi lain
b. KONTROL NEGATIF
3. Melakukan percobaan pertama dengan menggantikan Kalium Iodida 1% dengan
saliva dan urine sebelum minum obat
HASIL
A. Kontrol Positif
B. Kontrol Negatif
Saliva Urine
+++
Saliva
Urine
++
Waktu
10'
15'
20'
25'
30'
35'
40'
45'
50'
55'
60'
65'
70'
75'
90'
85'
90'
95'
100'
105'
0'
5'
(menit)
HASIL PENGAMATAN PERCOBAAN EKSKRESI PYRIDIUM
A. Kontrol Negatif
++++
+++
++
+
Waktu
0' 30' 60' 90' 120' (Menit)
PEMBAHASAN
A. Ekskresi Iodium
Ekskresi
++++
+++
++
Saliva / Urine
+
Ekskresi
Urine
++++
+++
++
Ekskresi Iodium
Prinsip : reaksi reduksi oksidasi, menunjukkan hasil positif karena adanya reaksi Iodium
dengan amylum. Natrium nitrit 10% berfungsi sebagai oksidator, asam sulfat sebagai katalisator
dan amylum sebagai indikator . hasil reaksi terbentuk kompleks Iodium Amylum yang berwarna
biru ungu.
Pada percobaan didapat ekskresi melalui saliva lebih lebih cepat positif, yaitu pada menit
ke-45, dibandingkan melalui urine pada menit ke-75. Hasil ini sesuai dengan teori, dimana saliva
memiliki afinitas yang lebih besar terhadap Iodium. Iodium diekskresikan dalam bentuk
metabolit.
Prinsip : pembentukan kompleks merah azo. Pyridium diekskresikan dalam bentuk utuh
yang menghasilkan warna merah dalam urine.
Pada percobaan didapat hasil dengan warna urine menjadi merah, mulai pada menit ke-
60. Warna merah itu merupakan merah azo yang berasal dari Pyridium dan terus meningkat
kepekaannya dan mencapai puncak pada menit ke-90, kemudian mulai menurun pada menit ke
105.
Bila hasil percobaan tidak sesuai dengan teori, bisa disebabkan misalnya orang percobaan
mempunyai penyakit ginjal, sehingga ekskresi melalui ginjal akan terganggu atau juga karena
kesalahan prosedur percobaan seperti misalnya orang percobaan minum air tambahan setelah
beberapa waktu minum obat, yang menyebabkan obat dalam tubuh diekskresikan dengan kadar
yang encer dalam urine.
BAB V
KESIMPULAN
Ekskresi Iodium
Setiap obat memiliki varaiasi kecepatan absorbsi dan ekskresi yang berbeda-beda
tergantung jenis obat dan pola individunya.
Ekskresi iodium melalui saliva lebig cepat dibandingkan ekskresi iodium melalui urine
Ekskresi iodium semakin lama semakin menurun dikarenakan sirkulasinya dalam tubuh
yang semakin sedikit
Ekskresi Pyridium
Ekskresi phenazopyridine akan menyebabkan pembentukan warna azo pada urine dan
setelah ekskresinya semakin menurun warna urine akan perlahan kembali seperti semula
Ekskresi phenazopyridine semakin lama akan semakin menurun dan suatu saat mencapai
titik maksimum ekskresinya dan kemudian akan menurun ekskresinya sesuai dengan
semakin sedikitnya jumlah phenazopyridine yang ada dalam tubuh