Anda di halaman 1dari 14

BLOK 4

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

PERCOBAAN I
ABSORPSI DAN EKSKRESI OBAT PADA MANUSIA

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 2 / KELAS A

YONIUS SUDAN / 0710018

PATRYSIA ALVIONITA S. / 1010004

NATASYA / 1010009

MONIKA EVELYN / 1010012

M. RINALDHI A.M. / 1010014

INDAH KURNIAWATI / 1010019

ARDI SOEHARTA C. / 1010023

DEVINA MASLI / 1010025

Laboratorium Farmakologi

Fakultas Kedokteran

Universitas Kristen Maranatha

BANDUNG 2010
ABSORPSI DAN EKSKRESI PADA MANUSIA

 ABSTRAK
BAB I
PENDAHULUAN

Obat dalam arti luas adalah setiap zat kimia yang dapat mempengaruhi proses-
proses dalam tubuh. Obat yang masuk ke dalam tubuh akan mengalami absorpsi,
distribusi, dan rangkaian proses pengikatan oleh reseptor hingga menimbulkan efek. Pada
akhirnya sisa obat tersebut akan diekskresikan dari dalam tubuh. Semua proses ini
berjalan serentak dan biasa disebut farmakokinetik.
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk memperlihatkan variasi kecepatan
absorpsi dan ekskresi obat yang dimakan, khususnya Iodium, Salisilat dan Pyridium pada
manusia.
Obat, di dalam tubuh, harus memiliki kemampuan untuk bisa masuk menembus
lapisan sel yang ada di berbagai jaringan. Kebanyakan, yang terjadi dalam transpor obat
adalah menembus lapisan, bukan melewati celah antar sel. Karena itu peristiwa
terpenting dalam proses farmakokinetik adalah transport lintas membran.
Beberapa hal yang berpengaruh dalam sirkulasi absorpsi antara lain sifat fisik dan
kimia obat, bentuk obat, formulasi obat, konsentrasi obat, luas permukaan kontak obat,
cara pemberian obat, dan sirkulasi pada tempat absorpsi.
Beberapa cara yang terpenting dalam proses transport lintas membran adalah
difusi pasif dan transport aktif. Umumnya, absorpsi dan distribusi obat terjadi melalui
proses difusi pasif. Sel saraf, hati, dan tubuli ginjal biasanya membutuhkan energi yang
diperoleh dari aktivitas membran sendiri, sehingga zat dapat bergerak melawan
perbedaan kadar atau potensial listrik.
Akhirnya obat menjalani proses akhir, yaitu ekskresi yang terbentuk dalam bentuk
metabolit hasil biotransformasi atau dalam bentuk asalnya. Absorpsi dan ekskresi dalam
tubuh bervariasi itu terjadi karena faktor yang mempengaruhi perjalanan obat di dalam
obat pun bervariasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Farmakologi adalah ilmu yang mempelajari obat-obatan.

Farmakodinamik adalah aspek ilmu farmakologi yang mempelajari efek obat


terhadap fisiologi, biokimia, serta mekanisme kerjanya dalam organ tubuh.
Farmakokinetik adalah aspek farmakologi yang meliputi nasib obat dalam tubuh
seperti absorbsi, distribusi, metabolisme dan ekskresinya.
Absorbsi adalah proses penyerapan obat dari tempat pemberian, meliputi
kelengkapan serta kecepatan proses itu. Yang dimaksud dengan kelengkapan adalah
persen dari jumlah obat yang telah diberikan. Tapi,yang lebih penting adalah
bioavailabilitas.
Beberapa hal yang mempengaruhi absorbsi obat dalam tubuh antara lain :
• sifat fisik dan kimia obat
• bentuk obat
• formulasi obat
• persentasi obat
• luas permukaan kontak obat
• cara pemberian obat
• sirkulasi tempat absorbsi.
Cara absorbsi obat :
• difusi pasif
• difusi terfasilitasi
• transport aktif
• pinositosis
First Pass Effect adalah metabolisme lintas pertama; keadaan dimana sebagian
dari obat akan dimetabolisme oleh enzim di dinding usus. Pada pemberian oral, terjadi
lintas pertama di hati, sehingga mengurangi efek dari obat tersebut. Eliminasi lintas
pertama ini dapat dihindari dengan menghindari pemberian obat per oral.
Bioavailabilitas adalah jumlah obat dalam persen dari bentuk sediaan yang
mencapai sirkulasi sistemik dalam bentuk utuh/aktif, serta kecepatannya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi bioavailabilitas obat oral adalah
• sifat fisik dan kimia obat
• formulasi obat
• faktor penderita ( pH saluran cerna, kecepatan pengosongan
lambung,waktu transit dalam saluran cerna,perfusi saluran cerna)
• interaksi dalam absorbsi di saluran cerna.( makanan,pH saluran
cerna,motilitas saluran cerna,perfusi saluran cerna,fungsi normal mukosa usus,interaksi
langsung)
Setelah diabsorbsi, obat didistribusikan ke seluruh tubuh oleh darah. Setelah
didistribusikan, obat akan mengalami proses biotransformasi.
Biotransformasi adalah proses perubahan stuktur obat yang terjadi dalam tubuh
dengan dikatalisis oleh enzim dengan tujuan untuk mengakhiri kerja obat dan
mengaktifkan calon obat. Pada tahap ini, molekul obat diubah menjadi lebih polar,
sehingga lebih mudah disekresikan oleh ginjal. Selain itu, umumnya obat menjadi inaktif
sehingga berperan mengakhiri kerja obat.
Ekskresi adalah proses pengeluaran obat atau metabolitnya dari dalam tubuh
melalui berbagai organ ekskresi. Ginjal merupakan organ ekskresi terpenting, melalui
proses filtrasi di glomerulus, sekresi aktif di tubuli proksimal dan reabsorbsi pasif di
tubuli proksimal dan tubuli distal. Selain itu, dapat pula di ekskresikan lewat saluran
cerna di dalam bentuk feases,paru-paru dalam udara ekspirasi, empedu dalam GIT,
eliminasi lain (saliva,kulit,ASI, airmata,keringat)
Piridium disebut juga penazopyridine adalah zat kimia dengan bentuk kimia 2,6-
monohydrocloride.Merupakan obat analgetik untuk saluran kemih, yang di konsumsi
secara oral.
BAB III
BAHAN DAN CARA KERJA

3.1 Bahan Percobaan

Obat:

Kapsul Kalium Iodida 300 mg


• Larutan Kalium Iodida 1%
• Larutan Natrium Nitrit 10%
• Larutan Asam Sulfat Dilutus
• Larutan Amilum 1%
Tablet Pyridium (Phenazopyridine HCl) 100mg

Alat:
• Tabung reaksi
• Gelas ukur
• Beaker gelas
• Pipet tetes
• Kertas lakmus
• Permen karet

Petunjuk Umum:
• Subyek percobaan harus makan dulu sebelum melakukan percobaan dan minum
segelas air minum tambahan
• Menampung urin sebelum minum obat kontrol negatif
• Minum lagi minimal segelas air minum tambahan sesudah minum obat
• Menggunakan tanda: -, +, ++, dan +++ menunjukkan tingkat respon percobaan
I. EKSKRESI IODIUM

a. KONTROL POSITIF
1. Memasukkan ke dalama tabung reaksi 1 mL Amilum 1%, 1 mL Kalium Iodida 1%, 2-
3 tetes Natrium Nitrit 10%, dan 2-3 tetes asam sulfat dilutus
2. Untuk pembanding melakukan pecobaan di atas tanpa menggunakan Asam Sulfat
Dilutus pada tabung reaksi lain

b. KONTROL NEGATIF
3. Melakukan percobaan pertama dengan menggantikan Kalium Iodida 1% dengan
saliva dan urine sebelum minum obat

c. PEMERIKSAAN IODIDA DALAM SALIVA DAN URINE


4. Melakukan percobaan pertama pada saliva dan urine setelah minum obat dengan:
• 3 kali percobaan, dengan interval 5 menit untuk saliva dan dengan interval 15 menit
pertama untuk urine
• Selanjutnya melakukan pemeriksaan saliva dan urine dengan interval 30 menit selama
2 jam (4 kali)
• Mencatat hasil perubahan warna yang terjadi dan memperhatikan kapan terjadi respon
ekskresi maksimal
• Membuat grafik yang menggambarkan hubungan waktu (sebagai absis) dan
perubahan warna (sebagai ordinat)

III. PEMERIKSAAN SALISILAT DALAM URINE


Melakukan percobaan pertama pada Urine setelah minum obat, mengulangi percobaan
setiap 30 menit selama 2 jam (4 kali).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

 HASIL

HASIL PENGAMATAN PERCOBAAN EKSKRESI IODIUM

A. Kontrol Positif

B. Kontrol Negatif
Saliva Urine

C. Setelah Minum Obat


Saliva

5’ 10’ 15’ 45’ 75’ 105’


Urine
15’ 45’ 75’ 105’
D. Grafik antara waktu dan perubahan warna pada saliva dan urine

Grafik Perubahan Warna Saliva dan


Perubahan Warna Urine Terhadap Waktu
Perubahan
Warna
++++

+++
Saliva
Urine

++

Waktu
10'
15'
20'
25'
30'
35'
40'
45'
50'
55'
60'
65'
70'
75'
90'
85'
90'
95'
100'
105'
0'
5'

(menit)
HASIL PENGAMATAN PERCOBAAN EKSKRESI PYRIDIUM
A. Kontrol Negatif

B. Setelah Minum Obat

30’ 60’ 90’ 120’

C. Grafik antara waktu dan perubahan warna pada urine

Grafik Perubahan Warna Urine Terhadap


Waktu
Perubahan
Warna Urine

++++

+++

++

+
Waktu
0' 30' 60' 90' 120' (Menit)
 PEMBAHASAN

A. Ekskresi Iodium

Menit 5’ 10’ 15’ 45’ 75 105

Saliva (-) (-) (-) (+) (+)(+)(+)

Urine (-) (-) (+)

GRAFIK EKSKRESI IODIUM TERHADAP WAKTU

Ekskresi

++++

+++

++
Saliva / Urine
+

5’ 10’ 15’ 45’ 75’ 105’ 120’ (waktu)

B. Ekskresi Phenazopiridin HCl

Menit 30’ 60’ 90’ 120’

Ekskresi (+) (+)(+) (+)(+)(+) (+)(+)


GRAFIK EKSKRESI PHENAZOPIRIDIN HCL TERHADAP WAKTU

Ekskresi
Urine
++++

+++

++

30’ 60’ 90’ 120’ (waktu)

Ekskresi Iodium

Prinsip : reaksi reduksi oksidasi, menunjukkan hasil positif karena adanya reaksi Iodium
dengan amylum. Natrium nitrit 10% berfungsi sebagai oksidator, asam sulfat sebagai katalisator
dan amylum sebagai indikator . hasil reaksi terbentuk kompleks Iodium Amylum yang berwarna
biru ungu.
Pada percobaan didapat ekskresi melalui saliva lebih lebih cepat positif, yaitu pada menit
ke-45, dibandingkan melalui urine pada menit ke-75. Hasil ini sesuai dengan teori, dimana saliva
memiliki afinitas yang lebih besar terhadap Iodium. Iodium diekskresikan dalam bentuk
metabolit.

Ekskresi Phenazopyridine HCl

Prinsip : pembentukan kompleks merah azo. Pyridium diekskresikan dalam bentuk utuh
yang menghasilkan warna merah dalam urine.
Pada percobaan didapat hasil dengan warna urine menjadi merah, mulai pada menit ke-
60. Warna merah itu merupakan merah azo yang berasal dari Pyridium dan terus meningkat
kepekaannya dan mencapai puncak pada menit ke-90, kemudian mulai menurun pada menit ke
105.
Bila hasil percobaan tidak sesuai dengan teori, bisa disebabkan misalnya orang percobaan
mempunyai penyakit ginjal, sehingga ekskresi melalui ginjal akan terganggu atau juga karena
kesalahan prosedur percobaan seperti misalnya orang percobaan minum air tambahan setelah
beberapa waktu minum obat, yang menyebabkan obat dalam tubuh diekskresikan dengan kadar
yang encer dalam urine.
BAB V
KESIMPULAN

Ekskresi Iodium

Setiap obat memiliki varaiasi kecepatan absorbsi dan ekskresi yang berbeda-beda
tergantung jenis obat dan pola individunya.
Ekskresi iodium melalui saliva lebig cepat dibandingkan ekskresi iodium melalui urine
Ekskresi iodium semakin lama semakin menurun dikarenakan sirkulasinya dalam tubuh
yang semakin sedikit

Ekskresi Pyridium

Ekskresi phenazopyridine akan menyebabkan pembentukan warna azo pada urine dan
setelah ekskresinya semakin menurun warna urine akan perlahan kembali seperti semula
Ekskresi phenazopyridine semakin lama akan semakin menurun dan suatu saat mencapai
titik maksimum ekskresinya dan kemudian akan menurun ekskresinya sesuai dengan
semakin sedikitnya jumlah phenazopyridine yang ada dalam tubuh

Anda mungkin juga menyukai