BLOK IV
ABSORBSI DAN EKSKRESI PADA MANUSIA
Disusun oleh :
Stellamaris Regina – 2110009
Philicia Christanti Martajaya - 2110022
Rindi Yani Tamba – 2110031
Mazaya Pramesti Shafiy Kinasih - 2110040
Virgie Christy Veginusa Gogani - 2110102
Zulfa Sinta Khoerunnida GS – 2110114
Fitriah Malik – 2110172
Agatha Kwartus Irianti Wijaya - 2110195
Anggi Cristia Sibarani – 2110263
Kelompok 4
Kelas C
Farmakokinetik adalah cabang ilmu farmakologi yang membahas mengenai nasib obat di
dalam tubuh (ilmu yang mempelajari kerja tubuh terhadap suatu obat). Farmakokinetik terbagi
menjadi beberapa proses, yaitu absorbsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresi.
Absorbsi adalah proses dimana obat diserap dari tempat pemberian ke sirkulasi sistemik.
Dan ekskresi adalah proses pengeluaran sisa metabolisme obat dari dalam tubuh.
Faktor faktor yang mempengaruhi absorbsi obat di dalam tubuh yaitu sifat fisik dan kimia obat ,
bentuk obat , formulasi obat , konsentrasi obat , luas permukaan kontak obat , cara pemberian
obat dan sirkulasi pada tempat absorbsi.
Distribusi adalah proses perpindahan obat dari sirkulasi sistemik ke jaringan atau organ
yang dituju. Proses ini dipengaruhi oleh aliran darah, permeabilitas kapiler, dan ikatan protein
dari suatu obat. Metabolisme (biotransformasi) adalah proses perubahan obat dari sifat non-polar
menjadi polar atau dari sifat aktif menjadi inaktif. Metabolisme obat dipengaruhi oleh kondisi
atau penyakit khusus seperti sirosis pada hati, usia, gen, dan lingkungan.
Ekskresi adalah proses pembuangan (eliminasi) obat dari dalam tubuh. Organ terpenting
dalam ekskresi adalah ginjal, namun proses eliminasi obat juga dapat dilakukan melalui
paru-paru, saliva, kulit (melalui keringat) , ASI, dan hati (melalui saluran empedu). Ekskresi di
ginjal melalui 3 tahap, yaitu filtrasi pada glomerulus, sekresi aktif di tubulus proksimal, dan
reabsorbsi di tubulus proksimal dan distal. Ekskresi pada ginjal dipengaruhi beberapa faktor,
yaitu kondisi ginjal, pH urine, perubahan aliran darah pada ginjal, dan berat molekul obat.
Farmakokinetik adalah cabang ilmu farmakologi yang membahas mengenai nasib obat di
dalam tubuh (ilmu yang mempelajari kerja tubuh terhadap suatu obat). Farmakokinetik terbagi
menjadi beberapa proses, yaitu absorbsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresi.
Absorbsi adalah proses dimana obat masuk dari tempat pemberian obat ke dalam
sirkulasi darah. Sebagian besar obat dapat diabsorbsi di usus halus dengan bantuan permukaan
vili yang luas. Terdapat beberapa metoda dalam absorbsi, yaitu melalui transpor pasif (difusi),
difusi yang difasilitasi (menggunakan faktor pembawa), transpor aktif (menggunakan ATP),
pinositosis, dan endositosis. Obat yang larut dalam lemak dan tidak terionisasi lebih mudah dan
cepat diabsorbsi dibandingkan obat yang larut dalam air dan terionisasi, karena pada membran
gastrointestinal terdiri dari lipid dan protein. Proses absorbsi dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu
bentuk dan pemberian obat, kecepatan aliran darah, pH, usia, waktu pengosongan lambung,
konsentrasi obat, kelarutan obat, dan kombinasi dengan obat lain. Proses absorbsi juga
dipengaruhi oleh first-pass effect yang terjadi di organ hepar (hati). Efek ini berpengaruh
terutama pada pemberian obat melalui oral.
Distribusi adalah proses perpindahan obat dari sirkulasi sistemik ke jaringan atau organ
yang dituju. Proses ini dipengaruhi oleh aliran darah, permeabilitas kapiler, dan ikatan protein
dari suatu obat. Metabolisme (biotransformasi) adalah proses perubahan obat dari sifat non-polar
menjadi polar atau dari sifat aktif menjadi inaktif. Metabolisme obat dipengaruhi oleh kondisi
atau penyakit khusus seperti sirosis pada hati, usia, gen, dan lingkungan.
Ekskresi adalah proses pembuangan (eliminasi) obat dari dalam tubuh. Organ terpenting
dalam ekskresi adalah ginjal, namun proses eliminasi obat juga dapat dilakukan melalui
paru-paru, saliva, kulit (melalui keringat) , ASI, dan hati (melalui saluran empedu). Ekskresi di
ginjal melalui 3 tahap, yaitu filtrasi pada glomerulus, sekresi aktif di tubulus proksimal, dan
reabsorbsi di tubulus proksimal dan distal. Ekskresi pada ginjal dipengaruhi beberapa faktor,
yaitu kondisi ginjal, pH urine, perubahan aliran darah pada ginjal, dan berat molekul obat.
3.1 ALAT
● Tabung reaksi
● Gelas ukur
● Beaker gelas
● Pipet tetes
● Kertas lakmus
● Permen karet
3.2 BAHAN
● Kapsul Kalium Iodida 300 mg
● Larutan Kalium Iodida 1 %
● Larutan Natrium Nitrit 10 %
● Larutan Asam Sulfat Dilutus
● Larutan Amilum 1 %
2. Kontrol negatif
3. Setelah minum obat
a. Saliva
b. Urine
4.2 PEMBAHASAN
1. Tabel waktu dan perubahan warna pada saliva dan urine.
Saliva
0’ -
5’ -
10’ -
15’ +
45’ +
75’ ++
105’ +++
135’ +++
Urine
0’ -
15’ -
45’ +
75’ ++
105’ +++
135’ +++
4.3 PERTANYAAN
1. Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi absorpsi!
● Kelarutan obat, semakin mudah obat larut akan semakin mudah
diabsorpsi.
● Kemampuan difusi obat, semakin cepat difusi semakin cepat obat
diabsorpsi.
● Konsentrasi obat/dosis, semakin tinggi konsentrasi obat semakin cepat
diabsorpsi.
● Sirkulasi tempat absorpsi, banyak pembuluh darah maka absorbsi obat
akan semakin cepat.
● Luas permukaan kontak obat dan lamanya waktu kontak, lebih cepat
diabsorpsi oleh bagian tubuh yang memiliki luas permukaan besar: usus
halus yang mempunyai banyak villi.
● Bentuk sediaan obat, tergantung dari kecepatan pelepasan obat dari
bahan pembawa dan kecepatan kelarutan obat, urutan kecepatan pelepasan
obat bentuk oral: larutan dalam air suspensi-serbuk-kapsul-tablet selaput
gula-tablet selaput enterik.
● Cara pemakaian obat, pemakaian obat ada bermacam- macam caranya
misalnya oral, sublingual, rectal, parenteral, endotel paru-paru, topikal,
urogenital, vaginal.
● Kondisi usus dan kecepatan pengosongan lambung.
2. Apa yang dimaksud dengan bioavailabilitas?
Bioavailabilitas adalah kecepatan relatif dan tingkat (persentase) obat yang
mencapai sirkulasi sistemik. Istilah ini menyatakan jumlah obat dalam % terhadap
dosis, yang mencapai sirkulasi sistemik dalam bentuk utuh/ aktif.
❖ Kedua macam enzim metabolisme ini terutama terdapat dalam sel hati,
ginjal, paru, epitel saluran cerna, dan plasma di lumen saluran cerna juga
terdapat enzim non mikrosom yang dihasilkan oleh flora usus. Enzim
mikrosom mengkatalisis reaksi konjugasi glukoronoid, sebagian besar
reaksi oksidasi obat, serta reaksi reduksi dan hidrolisis.
Pada percobaan ekskresi kalium iodida, terjadi perubahan warna saliva dan urine setelah
mengkonsumsi kapsul kalium iodida 300 mg. Dimana seharusnya ekskresi kalium iodida tidak
berwarna. namun , karena perlu untuk percobaan maka perlu pereaksi tambahan, yaitu larutan
kalium iodida 1%, larutan natrium nitrit 10%, larutan asam sulfat dilutus, dan larutan amilum
1%. Kemudian, setelah penambahan larutan tersebut kedalam tabung berisi saliva dan urine
maka akan timbul warna biru. Warna biru tersebut merupakan bukti adanya kandungan iodium
yang sudah dikonsumsi sebelumnya. Dengan percobaan ini dapat membuktikan bahwa obat
kalium iodida melalui proses farmakokinetik yaitu, absorpsi, distribusi, metabolisme, dan
ekskresi.
Dalam percobaan ini peran waktu pung sangat waktu pun sangat penting. Dimana dalam
percobaan saliva memerlukan waktu 15 menit untuk mendapatkan warna biru. Sedangkan, pada
percobaan urine dibutuhkan waktu 45 menit untuk mendapatkan warna biru.
Kemudian ekskresi melalui saliva lebih cepat dibandingkan pada urine, karena sekresi
saliva memiliki lintas metabolisme yang lebih sederhana dan sisa metabolisme diekskresikan
melalui kelenjar saliva.
Sedangkan ekskresi melalui urine merupakan ekskresi dalam jumlah besar dan organ
yang berperan penting adalah ginjal. Sebelum diekskresikan obat akan melalui tahap
metabolisme yang lebih kompleks. Karena, proses ekskresi oleh ginjal melalui beberapa tahap
yaitu, tahap filtrasi glomerulus, sekresi aktif di tubulus proksimal, dan reabsorpsi di tubulus
proksimal dan tubulus distal. Sehingga dibutuhkan durasi yang lebih lama dari pada ekskresi
saliva.
DAFTAR PUSTAKA
Nuryati, S.Far., MPH - kemkes.go.id. (n.d.). Retrieved November 15, 2021, from
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/11/FARMAKOLOGI-RMIK
_FINAL_SC_26_10_2017.pdf.
Elaine M Aldred, Charles Buck, Kenneth Vall, Chapter 18 - Drug excretion, Editor(s): Elaine M
Aldred, Charles Buck, Kenneth Vall, Pharmacology, Churchill Livingstone, 2009, Pages
133-136, ISBN 9780443068980, https://doi.org/10.1016/B978-0-443-06898-0.00018-9.