Istilah Pancasila telah dikenal sejak dulu, yaitu digunakan sebagai acuan moral/etika dalam kehidupan banga Indonesia sehari-hari. Misal, dari karya-karya pujangga besar Indonesia semasa berdirinya kerajaan Majapahit yang dilukiskan dalam tulisan Empu Prapanca tentang Negara Kertagama, dan Empu Tantular dalam bukunya Sutasoma. Dalam buku Sutasoma terdapat istilah Pancasila Krama mempunyai arti. 1. Tidak boleh melakukan kekerasan (ahimsa) 2. Tidak boleh mencuri (asteya) 3. Tidak boleh berjiwa dengki (indriya nigraha) 4. Tidak boleh berbohong (amrsawada) 5. Tidak boleh mabuk minum-minuman keras (dama) 1. Mateni artinya dilarang membunuh 2. Maling artinya dilarang mencuri 3. Madon artinya dilarang berzina 4. Mabok artinya dilarang meminum minuman keras 5. Main artinya dilarang berjudi Selain itu dalam Kitab Sutasoma terdapat semboyan BhinnekaTunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrua yang mengandung arti meskipun agama itu kelihatannya berbeda bentuk atau sifatnya namun pada hakikatnya satu juga, yang kemudian menjadi motto lambang Negara kita, yaitu Bhinneka Tunggal Ika. Secara harfiah Pancasila terdiri dari dua kata, yaitu Panca yang berarti Lima, dan Sila berarti Dasar. Jadi Pancasila mempunyai makna Lima Dasar. Istilah “sila” diartikan juga sebagai aturan yang melatarbelakangi perilaku seseorang atau bangsa; kelakuan atau perbuatan yang menurut adab (sopan santun); akhlak dan moral Istilah bangsa adalah terjemahan dari kata nation, dan nation berasal dari bahasa Latin:natio yang artinya suatu yang lahir. Nation dalam istilah bahasa Indonesia artinya bangsa. Dalam perkembangan selanjutnya konsep bangsa memiliki pengertian dalam arti sosiologis antropologis dan politis. Rasa cinta terhadap tanah air Suatu perkumpulan yang dibedakan baik fisik maupun non fisik. Fisik = wajah, kulit, rambut, tinggi badan Non fisik = budaya, bahasa, agama, adat Adalah perkumpulan orang yang saling membutuhkan dan berinteraksi untuk mencapai tujuan bersama dalam suatu wilayah. Persekutuan hidup dalam suatu negara bisa merupakan persekutuan hidup mayoritas dan minoritas. Bangsa dalam arti sosiologis antropologis diikat oleh ikatan - ikatan seperti ras, tradisi, sejarah, adat istiadat, agama atau kepercayaan, bahasa dan daerah. Ikatan ini disebut ikatan primordial. Adalah suatu masyarakat dalam suatu daerah yang sama dan tunduk pada kedaulatan negara sebagai satu kekuasaan tertinggi ke luar dan ke dalam. Bangsa dan negara sudah bernegara dan mengakui serta tunduk pada kekuasaan negara yang bersangkutan. Bangsa dalam arti politik diikat oleh sebuah organisasi kekuasaan yaitu negara dan pemerintahannya. Mereka juga diikat oleh suatu kesatuan wilayah nasional, hukum, dan perundangan yang berlaku di negara tersebut adalah orang - orang yang bersamaan asal keturunan, adat, bahasa, dan sejarahnya, serta berpemerintahan sendiri adalah jiwa, suatu asas kerohanian yang timbul dari: 1) kemuliaan bersama di waktu lampau, yang merupakan aspek histories; 2) keinginan untuk hidup bersama (le desir de vivre ensemble) di waktu sekarang yang merupakan aspek solidaritas, dalam bentuk dan besarnya tetap mempergunakan warisan masa lampau, baik untuk kini dan yang akan datang adalah satu persatuan perangai yang timbul karena persatuan nasib adalah manusia yang menyatu dengan tanah airnya bangsa ditentukan oleh keinsyafan sebagai suatu persekutuan yang tersusun jadi satu, yaitu keinsafan yang terbit karena percaya atas persamaan nasib dan tujuan. Keinsafan ini bertambah besar oleh karena sama seperuntungan, malang yang sama diderita, mujur yang sama didapat, oleh karena jasa bersama, kesengsaraan bersama 1) persamaan nasib dimasa lalu atau persamaan sejarah, 2) memiliki persamaan karakter, 3) memiliki ikatan persatuan diantara anggota- anggotanya, 4) memiliki ikatan terhadap tanah air yang sama, 5) memiliki cita cita tujuan hidup yang sama Pandangan Hidup dapat didefinisikan sebagai segenap prinsip dasar yang dipegang teguh oleh suatu bangsa guna memecahkan berbagai persoalan kehidupan yang dihadapinya Pandangan Hidup adalah suatu prinsip atau asas yang mendasari segala jawaban terhadap pertanyaan dasar; untuk apa seseorang itu hidup. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa, digunakan sebagai petunjuk hidup sehari- hari, dan digunakan sebagai penunjuk arah semua kegiatan didalam segala bidang. Tidak boleh bertentangan dengan norma-norma kehidupan, baik norma agama, norma kesusilaan, norma sopan santun maupun norma hukum yang berlaku Kekokohan dan tujuan, setiap bangsa yang ingin berdiri kokoh dan mengetahui jelas ke arah mana tujuan yang ingin dicapai memerlukan pandangan hidup Pemecahan masalah, dengan pandangan hidup suatu bangsa akan memandang persoalan yang dihadapi dan menentukan cara bagaimana memecahkan persoalan Pembangunan diri, dengan pandangan hidup suatu bangsa akan memiliki pegangan dan pedoman bagaimana memecahkan masalah politik, ekonomi, sosial dan budaya dalam gerak masyarakat yang makin maju dan akan membangun dirinya Dari segi kedudukannya, Pancasila mempunyai kedudukan yang tinggi, yakni sebagai cita- cita dan Pandangan Hidup Bangsa dan Negara RI, sedangkan dilihat dari fungsi utama sebagai Dasar Negara RI. Istilah-istilah lain sebagai sinonim dari pengertian pandangan hidup dikenal dengan sebutan: way of life, Weltanschauung, wereldbeschouwing, wereld en levens beschouwing, pandangan dunia, pegangan hidup, pedoman hidup, dan petunjuk hidup. Pancasila sebagai Dasar Negara RI berarti Pancasila dijadikan dasar dalam mengatur penyelenggaraan pemerintahan Negara. Rumusan Pancasila sebagai dasar Negara RI tercantum dalam Pembukaan Undang- Undang Dasar 1945 alinea keempat. Pancasila sebagai tempat menuangkan aturan-aturan dasar/pokok yang tertulis yang kemudian dijabarkan lagi kedalam berbagai Ketetapan MPR, dan aturan yang tidak tertulis terpelihara dalam konvensi atau kebiasaan ketatanegaraan. Pancasila punyai sifat mengikat, keharusan, imperative artinya norma-norma hukum yang tidak boleh dikesampingkan namun dilanggar, sedangkan pelanggaran atasnya dapat berakibat hukum dikenakannya suatu sanksi Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 Dekrit Presiden 5 Juli 1959 UUD RI 1945 SP 11 Maret 1966 Kaitan Pancasila dengan keempat sumber hukum adalah adanya Proklamasi Kemerdekaan RI menjadi sumber hukum lahirnya Negara RI, adanya Dekrit Presiden menjadi sumber hukum bagi berlakunya kembali UUD 1945, UUD RI 1945 menjadi sumber hukum bagi penyelenggaraan kehidupan konstitusional bangsa dan Negara RI, sedangkan SP 11 Maret 1966 menjadi sumber hukum bagi pelaksanaan Pancasila dan UUD RI 1945 secara murni dan konsekuen. UUD RI 1945 Ketetapan MPR RI Undang-Undang RI Peraturan Pemerintah Pengganti UU PP Keputusan Presiden Peraturan Daerah UUD RI 1945 Ketetapan MPR UU/Peraturan Pemerintah Pengganti UU Peraturan Pemerintah Peraturan Presiden Peraturan Daerah Provinsi Peraturan Daerah Kabupaten/Kota