Anda di halaman 1dari 31

REKAYASA PERKERASAN JALAN RAYA

KLASIFIKASI KENDARAAN
Golongan 1:
Sepeda motor (MC) dengan 2 atau 3 roda (meliputi sepeda motor dan
kendaraan roda 3 sesuai sistem klasifikasi Bina Marga).
Golongan 2:
Sedan, jeep dan station wagon (sesuai sistem klasifikasi Bina Marga)
Golongan 3:
Oplet, pick-up oplet, combi dan minibus (sesuai sistem klasifikasi Bina Marga)
Kecuali combi, umumnya sebagai kendaraan penumpang umum, maksimum
12 tempat duduk, seperti : mikrolet, angkot, minibus
Pick-up yang diberi penaung, kanvas/ pelat dengan route dalam kota atau
angkutan pedesaan
KLASIFIKASI KENDARAAN
Golongan 4:
Pick-up, micro truck dan mobil hantaran atau pick-up box (sesuai sistem
klasifikasi Bina Marga)
Umumnya sebagai kendaraan barang, maksimal beban sumbu belakang 3,5
ton dengan bagian belakang sumbu tunggal roda tunggal (STRT)
Golongan 5a:
Bus Kecil
Sebagai kendaraan penumpang umum dengan tempat duduk 16-26 buah
seperti : kopaja, metromini, elf dengan bagian belakang sumbu tunggal roda
ganda (STRG), panjang kendaraan maksimal 9 m, dengan sebutan bus ¾
KLASIFIKASI KENDARAAN
Golongan 5b:
Bus Besar
Sebagai kendaraan penumpang umum dengan tempat duduk 30-56 buah
seperti : bus malam, Bus Kota, Bus Antar Kota dengan bagian belakang sumbu
tunggal roda ganda (STRG)
Golongan 6a:
Truck 2 sumbu 4 roda
Kendaraan barang dengan muatan sumbu terberat 5 ton (MST- 5, STRT) pada
sumbu belakang dengan as depan 2 roda dan as belakang 2 roda
Golongan 6b:
Truck 2 sumbu 6 roda
Kendaraan barang dengan muatan sumbu terberat 8-10 ton (MST 8-10, STRG)
pada sumbu belakang dengan as depan 2 roda dan as belakang 4 roda
KLASIFIKASI KENDARAAN
Golongan 7a:
Truck 3 sumbu
Kendaraan barang dengan 3 sumbu yang tata letaknya STRT (Sumbu Tunggal
Roda Tunggal) dan SGRG (Sumbu Ganda Roda Ganda)
Golongan 7b:
Truck gandengan
Kendaraan nomor 6 atau 7 yang diberi gandengan bak truck dan dihubungkan
dengan batang besi segitiga disebut juga Full Trailler Truck
Golongan 7c:
Truck semi trailler
Atau disebut truck tempelan, adalah kendaraan yang terdiri dari kepala truck
dengan 2-3 sumbu yang dihubungkan secara sendi dengan pelat dan rangka
bak yang beroda belakang, yang mempunyai 2 atau 3 sumbu pula
KLASIFIKASI KENDARAAN
Golongan 8:
Kendaraan bertenaga manusia atau hewan di atas roda (meliput sepeda,
becak, kereta kuda dan kereta dorong sesuai sistem klasifikasi Bina Marga).
Catatan: dalam hal ini kendaraan bermotor tidak dianggap sebagai unsur lalu-
lintas, tetapi sebagai unsur hambatan samping
KLASIFIKASI JALAN

Klasifikasi menurut kelas jalan


berkaitan dengan kemampuan jalan untuk
menerima beban lalu lintas yang dinyatakan dalam
muatan sumbu terberat (MST) dalam satuan ton,
dan kemampuan jalan tersebut dalam menyalurkan
kendaraan dengan dimensi maksimum tertentu.
KLASIFIKASI JALAN
KLASIFIKASI JALAN

Klasifikasi menurut fungsi jaringan jalan


Sistem Jaringan Primer (Nasional)
 Arteri Primer
 Kolektor Primer
 Lokal Primer
Sistem Jaringan Sekunder (Perkotaan)
 Arteri Sekunder
 Kolektor Sekunder
 Lokal Sekunder
KLASIFIKASI JALAN
Jalan Arteri Primer,
yaitu ruas jalan yang menghubungkan kota jenjang kesatu dengan kota
jenjang kesatu yang berdampingan atau ruas jalan yang
menghubungkan kota jenjang kesatu dengan kota jenjang kedua yang
berada di bawah pengaruhnya.

Jalan Kolektor Primer,


yaitu ruas jalan yang menghubungkan kota jenjang kedua dengan kota
jenjang kedua lainnya atau ruas yang menghubungkan kota jenjang
kedua dengan kota jenjang ketiga yang ada di bawah pengaruhnya.

Jalan Lokal Primer,


yaitu ruas jalan yang menghubungkan kota jenjang ketiga dengan kota
jenjang ketiga lainnya, kota jenjang kesatu dengan persil, kota jenjang
kedua dengan persil serta ruas jalan yang menghubungkan kota jenjang
ketiga dengan kota jenjang yang ada di bawah pengaruhnya sampai
persil.
KLASIFIKASI JALAN
Jalan Arteri Sekunder,
yaitu ruas jalan yang menghubungkan kawasan primer dengan kawasan
sekunder kesatu atau menghubungkan kawasan sekunder kesatu
dengan kawasan sekunder kesatu atau menghubungkan kawasan
sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kedua.

Jalan Kolektor Sekunder,


yaitu ruas jalan menghubungkan kawasan-kawasan sekunder kedua,
yang satu dengan lainnya, atau menghubungkan kawasan sekunder
kesatu dengan kawasan sekunder ketiga.

Jalan Lokal Sekunder,


yaitu ruas jalan yang menghubungkan kawasan-kawasan sekunder
kesatu dengan perumahan, kawasan sekunder kedua dengan
perumahan, atau menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan
kawasan sekunder ketiga dan seterusnya sampai ke perumahan
KLASIFIKASI JALAN

Jaringan Jalan Primer


KLASIFIKASI JALAN

Jaringan Jalan Sekunder


KLASIFIKASI JALAN

Berdasarkan Wewenang Pembinaan


1. Jalan Nasional
Yang termasuk kelompok jalan nasional adalah
jalan arteri primer, jalan kolektor primer yang
menghubungkan antar ibukota propinsi, dan jalan lain yang
mempunyai nilai strategis terhadap kepentingan nasional.
Penetapan status suatu jalan sebagai jalan nasional dilakukan
dengan Keputusan Menteri.
KLASIFIKASI JALAN
Berdasarkan Wewenang Pembinaan
2. Jalan propinsi
i. Jalan kolektor primer yang menghubungkan lbukota Propinsi dengan Ibukota
Kabupaten/Kotamadya.
ii. Jalan kolektor primer yang menghubungkan antar lbukota Kabupaten/
Kotamadya.
iii. Jalan lain yang mempunyai kepentingan strategis terhadap kepentingan
propinsi.
iv. Jalan dalam Daerah Khusus Ibukota Jakarta yang tidak termasuk jalan
nasional. Penetapan status suatu jalan sebagai jalan propinsi dilakukan
dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri atas usul Pemerintah Daerah
Tingkat I yang bersangkutan, dengan memperhatikan pendapat Menteri.
KLASIFIKASI JALAN
Berdasarkan Wewenang Pembinaan
3. Jalan Kabupaten
Yang termasuk kelompok jalan kabupaten adalah:
i. Jalan kolektor primer yang tidak termasuk jalan nasional dan jalan
propinsi.
ii. Jalan lokal primer
iii. Jalan sekunder dan jalan lain yang tidak termasuk dalam kelompok
jalan nasional, jalan propinsi dan jalan kotamadya.
Penetapan status suatu jalan sebagai jalan kabupaten dilakukan dengan
Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I, atas usul Pemerintah
Daerah Tingkat II yang bersangkutan.
KLASIFIKASI JALAN
Berdasarkan Wewenang Pembinaan
4. Jalan Kotamadya
Yang termasuk kelompok jalan Kotamadya adalah jaringan jalan
sekunder di dalam kotamadya. Penetapan status suatu ruas jalan
arteri sekunder dan atau ruas jalan kolektor sekunder sebagai jalan
kotamadya dilakukan dengan keputusan Gubernur Kepala Daerah
Tingkat I atas usul Pemerintah Daerah Kotamadya yang
bersangkutan. Penetapan status suatu ruas jalan lokal sekunder
sebagai jalan Kotamadya dilakukan dengan Keputusan
Walikotamadya Daerah Tingkat II yang bersangkutan.
KLASIFIKASI JALAN
Berdasarkan Wewenang Pembinaan
5. Jalan Khusus
Yang termasuk kelompok jalan khusus adalah jalan yang
dibangun dan dipelihara oleh instansi/badan
hukum/perorangan untuk melayani kepentingan masing-
masing. Penetapan status suatu ruas jalan khusus
dilakukan oleh instansi/badan hukum/perorangan yang
memiliki ruas jalan khusus tersebut dengan
memperhatikan pedoman yang ditetapkan oleh Menteri
Pekerjaan Umum.
KLASIFIKASI JALAN
Perubahan Status Jalan
Suatu ruas jalan dapat ditingkatkan statusnya menjadi lebih tinggi apabila dipenuhi
persyaratan sebagai berikut:
i. Ruas jalan tersebut berperan penting dalam pelayanan terhadap wilayah/ kawasan
yang lebih luas dari wilayah/kawasan semula.
ii. Ruas jalan tersebut makin dibutuhkan masyarakat dalam rangka pengem bangan
sistem transportasi.
Suatu ruas jalan dapat diturunkan statusnya menjadi lebih rendah apabila terjadi hal-hal
yang berlawanan dengan yang tersebut. di atas. Peralihan status suatu jalan dapat
diusulkan oleh pembina jalan semula kepada pembina jalan dituju. Pembina jalan yang
menerima usulan atau saran memberikan pendapatnya kepada pejabat yang
menetapkan status semula. Penetapan status ruas jalan dilaksanakan oleh pejabat yang
berwenang menetapkan status baru dari ruas jalan yang bersangkutan, setelah
mendengar pendapat pejabat yang menetapkan status semula.
BAGIAN JALAN
BAGIAN JALAN
Damaja (daerah manfaat jalan) :
a) batas ambang pengaman konstruksi jalan di kedua sisi jalan;
b) tinggi minimum 5 m di atas permukaan perkerasan pada sumbu
jalan; dan
c) kedalaman minimum 1,5 meter di bawah permukaan perkerasan
jalan.
Damaja diperuntukkan bagi median, perkerasan jalan, separator,
bahu jalan, saluran tepi jalan, trotoar, lereng, ambang pengaman
dan tidak boleh dimanfaatkan untuk prasarana perkotaan lainnya.
BAGIAN JALAN
Dawasja (daerah pengawasan jalan)
diukur dari tepi jalur luar (perkerasan), seperti ditunjukkan pada
dengan batasan sebagai berikut :
a) jalan arteri minimum 20 meter;
b) jalan kolektor minimum 7 meter;
c) jalan lokal minimum 4 meter.
Untuk keselamatan pemakai jalan, Dawasja di daerah tikungan
ditentukan oleh jarak pandangan pengemudi yang ditetapkan
sebagai daerah bebas samping di tikungan
BAGIAN JALAN

Potongan Melintang Jalan

Tipikal penampang melintang jalan perkotaan 2-lajur-2-arah tak terbagi


yang dilengkapi jalur pejalan kaki
BAGIAN JALAN

Potongan Melintang Jalan

Tipikal potongan melintang jalan 2-lajur-2-arah tak terbagi, yang


dilengkapi jalur hijau, jalur sepeda, trotoar dan saluran samping yang
ditempatkan di bawah trotoar
BAGIAN JALAN

Lebar Lajur dan Bahu Jalan


BAGIAN JALAN

Lebar Lajur dan Bahu Jalan


BAGIAN JALAN

Lebar Lajur dan Bahu Jalan


BAGIAN JALAN

Lebar Lajur dan Bahu Jalan


BAGIAN JALAN

Lebar Lajur dan Bahu Jalan


BAGIAN JALAN

Lebar Lajur dan Bahu Jalan

Anda mungkin juga menyukai