Anda di halaman 1dari 27

Chrissa Maichel Kainama –102012363

Canty Gracella lamandasa –102012456


David Jogn –102013242
Adelia Yuantika –102013330
Chrisanto –102014 046
Tika Ayu Hasta Riani –102014070
Minati Puspawardani –102014149
Nur Azreen BT Mohamad Hamid –102014245
Andry Larsen Manurung –102014256
Skenario 5
Seorang bayi laki – laki 6 bulan dibawa ibunya ke poliklinik karena
demam tinggi sejak 3 hari yang lalu. Anaknya rewel dan malas minum
susu.

Rumusan Masalah
Seorang bayi 6 bulan dibawa ibunya ke poliklinik karena demam tinggi
sejak 3 hari yang lalu.

Hipotesis
Bayi laki – laki tersebut diduga mengalami infeksi saluran kemih yang di
akibatkan oleh bakteri di saluran kemih.
Mind Map
PEMERIKSAA DIAGNOSIS DIAGNOSIS
KOMPLIKASI
N FISIK BANDING KERJA

PEMERIKSAA
N PROGNOSIS
PENUNJANG

RUMUSAN
ANAMNESIS MASALAH EDUKASI

EPIDEMIOLO PATOFISIOLO
GI GI

GEJALA TATALAKSAN
KLINIS AN
Anamnesis
 Identitas pasien  Bayi berusia 6 bulan
 Keluhan utama pasien  Demam 3 hari yang lalu
 Riwayat penyakit sekarang  Rewel dan malas minum susu
 Riwayat penyakit terdahulu  Tidak ada pilek
 Riwayat keluarga  Tidak ada cairan keluar dari telinga
 Riwayat sosial  Tidak ada bercak pada tubuh
Pemeriksaan Fisik
 Inspeksi Darah Lengkap
 Palpasi HB : 14g/dl
Ht : 44%
 Perkusi Leu : 20.000/ul
 Auskulasi LED : 20mm
Tromb : 385.000/ul
Eri : 5,5 juta/ul
MCV : 90fl
MCH : 30pg
MCHC: 35g%
Pemeriksaan Penunjang
Diff Count
 Urinalisis Urinalisis
Basofil: 0
Warna: Kuning tua
Eosinofil:1
 Sedimen Urin Kejernihan: Agak keruh
Batang: 8
Leukosit Est: Positif
Segmen: 65
 Bakteriologi Nitrit: Positif
Limfosit: 25
Uribilinogen: 0,4
Monosit: 1
 Diff Count Protein: Positif
pH: 6,0
 Tes kimiawi BJ: 1,030 Sedimen Urin
Keton: Negatif Leuko: 15-20/LPB
Darah Samar: Negatif Eritro: 0-1/LBP
Bilirubin: Negatif Epithel: +
Glukosa: Negatif Silinder: -
Kristal: -
Diferential Diagnosis
 ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut
 OMA (Otitis Media Akut)

Working Diagnosis
 ISK (Infeksi Saluran Kemih)
Epidemiologi
Infeksi saluran kemih mungkin dialami 10% orang saat masa anak. Pada anak,
infeksi saluran kemih paling sering terjadi pada anak laki-laki berusia di bawah
tiga bulan yang belum disunat, diikuti oleh anak perempuan berusia di bawah
satu tahun. Akan tetapi perkiraan frekuensi pada anak sangat bervariasi. Pada
sekelompok anak yang mengalami demam, pada usia baru lahir hingga dua
tahun, 2 - 20% didiagnosis ISK. Untuk bayi/neonatus 80% adalah laki laki

Etiologi
 E.Coli – Penyebab 70 – 80%
 Klebsiella – Banyak pada neonatus
 Proteus
 Ps. Aeruginosa
Patofisiologi
• Ascending
1) Kolonisasi mikroorganisme pada uretra
2) masuknya mikroorganisme ke dalam buli-buli
3) multiplikasi dan penempelan mikroorganisme dalam kandung kemih
4) naiknya mikroorganisme dari kandung kemih ke ginjal.
• Hematogen
• Limfogen
• langsung dari organ sekitar yang sudah terinfeksi atau eksogen
Faktor host
 Mekanisme pengosongan urin yang teratur dari buli-buli dan gerakan peristaltik
ureter (wash out mechanism)
 Derajat keasaman (pH) urin
 Osmolaritas urin yang cukup tinggi
 Panjang uretra pada pria
Faktor agent (mikroorganisme)
Bakteri dilengkapi dengan pili atau fimbriae yang terdapat di permukaannya. Pili
berfungsi untuk menempel pada urotelium melalui reseptor yang ada dipermukaan
urotelium.
Gejala Klinis
Umur Gejala Klinis
<2 tahun Biasanya asimtomatik, sepsis neonatus, kuning
berkepanjangan, gagal tumbuh, tak mau menyusu.
2 bulan -2 tahun Demam, rewel, tak mau menyusu, nyeri perut, muntah
dan diare.
Resiko tinggi luka pada ginjal
1-2 tahun Menangis saat berkemih atau kencing yang berbau
busuk
2-6 tahun Gejala sistemik, disfungsi berkemih, Nyeri suprapubis
atau perut dapat ditemukan dan adanya bau busuk pada
urine.
Gejala Klinis
ISK diklasifikasikan menjadi 3:
1. Pyelonephritis
2. Cystitis
 Acute hemorrhagic cystitis
 Eosinophilic cystitis
 Interstitial cystitis
3. Bakteriuria Asimtomatik
Tatalaksana
Secara garis besar, tata laksana ISK terdiri atas:
1. Eradikasi infeksi akut
2. Deteksi dan tata laksana kelainan anatomi dan
fungsional pada ginjal dan saluran kemih
3. Deteksi dan mencegah infeksi berulang
Eradikasi infeksi akut
Mengatasi keadaan akut, mencegah terjadinya
urosepsis dan kerusakan parenkhim ginjal dengan
pemberian antibiotik pada anak yang dicurigai ISK sambil
menunggu hasil biakan urin dan terapi selanjutnya
disesuaikan dengan hasil biakan urin.
Umumnya hasil pengobatan sudah tampak dalam 48-72
jam pengobatan
Rekomendasi NICE pada ISK fase akut
1. Bayi < 3 bulan dengan kemungkinan ISK harus segera dirujuk ke dokter
spesialis anak, pengobatan harus dengan antibiotik parenteral.
2. Bayi ≥ 3 bulan dengan pielonefritis akut/ISK atas:
 Pertimbangkan untuk dirujuk ke spesialis anak .

 •Terapi dengan antibiotik oral 7-10 hari, dengan antibiotik yang


resistensinya masih rendah berdasarkan pola resistensi kuman, seperti
sefalosporin atau ko-amoksiklav.
 •Jika antibiotik per oral tidak dapat digunakan, terapi dengan antibiotik
parenteral, seperti sefotaksim atau seftriakson selama 2-4 hari
dilanjutkan dengan antibiotik per oral hingga total lama pemberian 10
hari.
Rekomendasi NICE pada ISK fase akut
3. Bayi ≥ 3 bulan dengan sistitis/ ISK bawa
 Berikan antibiotik oral selama 3 hari berdasarkan
pola resistensi kuman setempat. Bila tidak ada hasil
pola resistensi kuman, dapat diberikan
trimetroprim, sefalosporin, atau amoksisilin.
 •Bila dalam 24-48 jam belum ada perbaikan klinis
harus dinilai kembali, dilakukan pemeriksaan kultur
urin untuk melihat pertumbuhan bakteri dan
kepekaan terhadap obat.
Tatalaksana
Antibiotik Dosis perhari
Amoksisilin 20-40 mg/kgbb/hari dibagi dalam 3
dosis

trimetroprim (TMP) – sulfametoksazol 6-12 mg TMP dan 30-60 mg SMX


(SMX) /kgbb/hari dibagi dalam 2 dosis

Sulfisoksazol 120-150 mg/kgbb/hari dibagi dalam 4


dosis
Sefiksim 8 mg/kgbb/hari dibagi dalam 2 dosis
Sefpodiksim 10 mg/kgbb/hari dibagi dalam 2 dosis
Sefprozil 30 mg/kgbb/hari dibagi dalam 2 dosis
Sefaleksin 50-100 mg/kgbb/hari dibagi dalam 4
dosis
Tatalaksana
Jenis antbiotik Dosis per hari
Seftriakson 75 mg/kgbb/hari
Sefotaksim 150 mg/kgbb/hari dibagi setiap 6 jam
Seftazidim 150 mg/kgbb/hari dibagi setiap 6 jam
Sefazolin 50 mg/kgbb/hari dibagi setiap 8 jam
Gentamisin 7,5 mg/kgbb/hari dibagi setiap 6 jam
Amikasin 15 mg/kgbb/hari dibagi setiap 12 jam
Tobramisin 5 mg/kgbb/hari dibagi setiap 8 jam
Tikarsilin 300 mg/kgbb/hari dibagi setiap 6 jam
Ampisilin 100 mg/kgbb/hari dibagi setiap 6 jam

 Golongan sefalosporin sebaiknya tidak


diberikan untuk menghindari resistensi kuman
dan dicadangkan untuk terapi pielonefritis
Tatalaksana
 Pengobatan sistitis akut
 antibiotik per oral, bila gejala klinis cukup berat diberi
pengobatan parenteral hingga gejala klinik membaik
umumnya 5 – 7 hari
 Pengobatan pielonefritis
 antibiotik untuk pielonefritis akut harus mempunyai
penetrasi yang baik ke jaringan, umumnya antibiotik
diberikan parenteral selama 7-10 hari
Tatalaksana
 Pengobatan suportif
 pengobatan terhadap demam dan muntah
 Terapi cairan harus adekuat untuk menjamin diuresis yang
lancar
 mengosongkan kandung kemih setiap miksi
 Higiene perineum pada anak perempuan
 Untuk mengatasi disuria dapat diberikan fenazopiridin HCl
(Pyridium) dengan dosis 7 – 10 mg/ kgbb/hari
Perawatan di rumah sakit diperlukan bagi pasien sakit berat
seperti demam tinggi, muntah, sakit perut maupun sakit
pinggang
 Deteksi kelainan anatomi atau fungsional ginjal saluran kemih
dilakukan untuk mencari faktor predisposisi terjadinya ISK
dengan pemeriksaan fisik dan pencitraan.
 Pemeriksaan pencitraan sangat penting untuk melihat adanya
kelainan anatomi maupun fungsional ginjal dan saluran kemih,
yang merupakan faktor risiko terjadinya ISK berulang dan
parut ginjal
 ultrasonografi (USG)
 miksio-sistouretrografi (MSU)
 PIV (pielografi inravena)
 skintigrafi DMSA (dimercapto succinic acid)
 CT-scan atau magnetic resonance imaging (MRI)
Deteksi dan mencegah infeksi
berulang
 Infeksi merupakan faktor yang berperan dalam terjadinya
parut ginjal, ISK simtomatik akan mengalami infeksi
berulang dan umumnya berupa reinfeksi
 ISK berulang dapat dicegah dengan meningkatkan
keadaan umum pasien termasuk memperbaiki status gizi,
edukasi tentang pola hidup sehat, dan menghilangkan atau
mengatasi faktor risiko
 Deteksi ISK berulang dilakukan dengan biakan urin
berkala, misalnya setiap bulan, kemudian dilanjutkan
dengan setiap 3 bulan
Profilaksis
 Antimikroba profilaksis dosis rendah yang diberikan
dalam jangka lama telah digunakan pada pasien ( resiko
tinggi ) yang rentan terhadap berulangnya pielonefritis
akut atau ISK bawah
 Pemberian profilaksis menjadi masalah karena
 kepatuhan yang kurang
 resistensi kuman yang meningkat
 timbulnya efek samping obat
Indikasi rawat
 ISK pada neonatus
 pielonefritis akut
 ISK dengan komplikasi seperti gagal ginjal
 hipertensi
 ISK disertai sepsis atau syok
 ISK dengan gejala klinik yang berat seperti rasa sakit
yang hebat
 kesulitan asupan oral, muntah dan dehidrasi
 kelainan urologi yang kompleks
 organisme resisten terhadap antibiotik oral
Komplikasi

 ISK dapat menyebabkan gagal ginjal akut, bakteremia,


sepsis, dan meningitis. Komplikasi ISK jangka panjang
adalah parut ginjal, hipertensi, gagal ginjal
 Parut ginjal terjadi pada 8-40% pasien setelah mengalami
episode pielonefritis akut (faktor resiko umur muda,
keterlambatan pemberian antibiotik pada ISK, Infeksi
berulang, Obstruksi saluran kemih)
Kesimpulan
 ISK merupakan penyakit yang sering ditemukan pada
anak, sering merupakan tanda kelainan ginjal dan
saluran kemih, dan potensial menyebabkan parut
ginjal yang berlanjut menjadi gagal ginjal terminal.
 Deteksi kelainan saluran kemih, meningkatkan
strategi pemanfaatan pemeriksaan pencitraan, dan
penggunaan antibiotik yang tepat akan menurunkan
terjadinya parut ginjal dan komplikasinya.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai