Anda di halaman 1dari 39

KERATITIS

Marlin Feriani S
1610221061

KEPANITERAAN KLINIK ILMU MATA


Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan
2018
Pendahuluan

Kornea Normal
KORNEA
Histologi Kornea

1. Lapisan Epitel
2. Membran Bowman
3. Stoma
4. Membran Descement
5. Lapisan Endotel

Kanski, Jack, 2007, Clinical Opthalmology A Systemic Approach Sixth Edition, Elsevier.
KERATITIS
 Keratitis adalah peradangan pada kornea yang ditandai dengan
adanya infiltrasi sel radang dan edema kornea pada lapisan
kornea manapun yang dapat bersifat akut atau kronis yang
disebabkan oleh berbagai faktor antara lain
 bakteri, jamur, virus atau karena alergi.
Etiologi
Klasifikasi
keratitis Bakterial

Virus

Jamur

Alergi
Keratitis Bakterialis
Etiologi
 Bakteri (Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus
aureus, Streptococcus pyogens, Streptococcus
pneumonie)
 Penggunaan lensa kontak
 Riwayat keratitis bakteri sebelumnya
 Riwayat operasi mata sebelumnya
 Gangguan defense mechanism
Keratitis Bakterialis
Infiltrat kelabu kuning
hijau kebiruan pada infeksi
P.aeruginosa
Tatalaksana

Terapi Antibiotik Untuk Keratitis Bakterialis


Keratitis Virus
 Keratitis Herpes Simpleks
 Keratitis Zoster Oftalmika
Patofisiologi

Pada kerusakan terjadi


akibat pembiakan
mengakibatkan
kerusakan sel epitel
dan membentuk

epitelial : virus intraepitelial tukak kornea


superfisial.

Pada terjadi reaksi imunologik


tubuh terhadap virus
yang menyerang yaitu
Sel radang ini
mengeluarkan bahan
proteolitik untuk
reaksi antigen-antibodi merusak virus tetapi juga
stromal : yang menarik sel radang
ke dalam stroma.
akan merusak stroma di
sekitarnya.
Manifestasi Klinis
 nyeri,
 fotofobia,
 penglihatan kabur,
 mata berair,
 mata merah,
 tajam penglihatan turun terutama jika
bagian pusat yang terkena
Herpes simplex epithelial keratitis

• Dendritic ulcer with terminal • May enlarge to become


bulbs geographic
• Stains with fluorescein
Herpes simpleks Disiformis
Terapi
Debridement

Terapi Obat
◦ IDU (Idoxuridine) analog pirimidin (terdapat dalam larutan 1% dan diberikan setiap
jam, salep 0,5% diberikan setiap 4 jam)
◦ Trifluorotimetidin (TFT): sama dengan IDU, diberikan 1% setiap 4 jam
◦ Asiklovir (salep 3%), diberikan setiap 4 jam.
◦ Asiklovir oral dapat bermanfaat untuk herpes mata berat, khususnya pada orang
atopi yang rentan terhadap penyakit herpes mata dan kulit agresif.

Terapi Bedah
◦ Keratoplasti penetrans
Keratitis Zoster Oftalmika
 Herpes Zoster Oftalmikus (HZO) merupakan hasil
reaktivasi dari Varisela Zoster Virus (VZV) pada Nervus
Trigeminal (N.V).
 Semua cabang dari nervus tersebut bisa terpengaruh, dan
cabang frontal divisi pertama N.V merupakan yang paling
umum terlibat. Cabang ini menginervasi hampir semua
struktur okular dan periokular.
Etiologi
 HZO merupakan reaktivasi dari VZV di N.V divisi oftalmik
(N.V1).

Predisposisi
 Kondisi imunocompromise (penurunan imunitas sel T)
 Usia tua
Manifestasi
Tanda-tanda dan gejala HZO terjadi ketika N.V1 diserang
virus,
 mengakibatkan ruam,
 vesikel pada ujung hidung (dikenal sebagai tanda
Hutchinson),
 Gejala prodormal
 Rash unilateral
 infiltrat pada kornea.
 Vesikel tersebar sesuai dermatom
Tatalaksana
 Pengobatan bersifat simptomatis
Pasien dengan herpes zoster oftalmikus dapat diterapi
dengan Acyclovir (5 x 800 mg sehari) selama 7-10 hari.
Keratitis Jamur

Etiologi
 Jamur ragi (yeast) Candida albicans, Cryptococcus sp,
Rodotolura sp. Jamur berfilamen (filamentous fungi)
 Jamur bersepta (kapang) :Furasium sp, Acremonium sp,
Aspergillus sp, Cladosporium sp, Penicillium sp, Paecilomyces
sp, Phialophora sp, Curvularia sp, Altenaria sp.
Patologi

 Trauma organik
 Penggunaan antibiotik & kotrikosteroid yang tidak tepat.
 Pemakaian pemakaian lensa kontak
 Hifa jamur cenderung masuk stroma secara paralel ke lamella
korneaReaksi inflamasiAbses cincin steril mungkin ada yang
terpisah pusat ulkusMikroabses yang multipel dapat
mengelilingi lesi utama.
 Hifa berpotensi masuk ke membran descemet yang intak dan
menyebar ke kamera okuli anterior.
Manifestasi klinis
 Gejala : nyeri dengan awitan perlahan, terdapat sensasi
benda asing, fotofobia, penurunan tajam pengelihatan
serta secret berair atau mukopurulen.
 Tanda : tepi lesi yang tidak tegas seperti bulu, infiltrate
kering berwarna abu-abu dan menonjol serta lesi satelit
adalah gambaran khas dari keratitis fungi.
Feathery appearance
Pemeriksaan penunjang
 Pemeriksaan kerokan kornea (sebaiknya dengan spatula
Kimura) yaitu dari dasar dan tepi ulkus dengan
biomikroskop.
 pewarnaan KOH 10%, pewarnaan Gram dan Giemsa atau
biopsi jaringan kornea dan diwamai dengan Periodic Acid
Schiff, atau melakukan kultur dengan biakan agar
seboraud dextrose.
Terapi
Terapi topical
 Candida : amfoterisin B 0,15-0,3%, natamisin 5%, atau
flukonazol 2%
 Kapang : natamycyn 5%, pilihan lain termasuk amfoterisin B
0,15%, dan mikonazol 1%.
 Antibiotic spektrum luas untuk mencegah infeksi sekunder
sebaiknya dipertimbangkan.
 Flukonazol intrastromal/ subkonjungtiva untuk kasus yan berat
 Antifungi sistemik pada infeksi jamur yang berat
ketokonazole (200-600 mg/hari).
 Bila ada peningkatan TIO diberi obat anti glaukoma
 Keratoplasti dilakukan bila ada perbaikan
Keratitis alergi
 Keratokonjungtivitis flikten
 Merupakan radang kornea dan konjuntiva yang
merupakan reaksi imun yang mungkin sel mediated pada
jaringan yang sudah sensitif terhadap antigen.
Etiologi
 - Tuberkuloprotein (dahulu)
 - Alergi jenis kuman lain (sekarang)
Manifestasi klinis

 Benjolan terjadi penimbunan sel limfoid


 Histopatologik  sel esoinofil dan tidak ditemukan basil
tuberkulosis, daerah berwarna putih (degenerasi hialin),
penglupasan lapis sel tanduk epitel kornea.
 Fotofobia
 Rasa sakit
 Benjolan tegas berwarna putih keabuan, dengan atau tanpa
neovaskularisasi yang menuju kearah benjolan.
 Bilateral mulai dari limbus
 Hiperemia konjungtiva
 Kurangnya air mata
 Menebalnya epitel kornea
 Perasaan panas dan gatal
 Tajam penglihatan berkurang
 Pada limbus tampak benjolan putih kemerahan dikelilingi daerah
konjungtiva yang hiperemia
 bila sembuh terjadi jaringan parut +neovaskularisasi
Prognosis
 Pada anak-anak keratitis flikten disertai gizi buruk dapat
berkembang menjadi tukak kornea karena infeksi
sekunder.
Keratitis Alergi
 Keratokonjuntivitis vernal
 Merupakan penyakit rekuren, dengan peradangan tarsus
dan konjungtiva bilateral.
Etiologi
 Tidak diketahui, akan tetapi terutama pada musim panas
dan mengenai anak sebelum usia 14 tahun, terutama laki-
laki dibanding perempuan.
Manifestasi klinis
 Mengeluhkan gatal, disertai riwayat alergi keluarga
ataupu dari pasien itu sendiri, blefarospasme, fotofobia,
penglihatan buram dan kotoran mata berserat-serat.
 Sering ditemukan hipertrofi papil (cobble stone) pada
kelopak mata atas dan konjuntiva daerah limbus.
Cobble stone appearance
Terapi
 Kompres dingin
 Topikal antihistamin

Anda mungkin juga menyukai