Pekerjaan : Apoteker. Ka. Instalasi Farmasi RSSN Bukittinggi Anak : 3 orang Domisili : Garegeh Bukittinggi PENGANTAR FARMAKOLOGI DEFINISI
Farmakologi atau ilmu khasiat obat
Adalah ilmu yang mempelajari pengetahuan obat dalam seluruh aspeknya, yaitu sifat kimiawi dan fisiknya, aktifitas fisiologisnya, dan nasibnya dalam organisme hidup Cabang-cabang Farmakologi 1. Farmakognosi : iym pengenalan obat yg berasal dr tanaman dan zat aktifnya, hewan dan mineral 2. Biofarmasi: iym pengaruh formulasi obat thd terapeutiknya 3. Toksikologi: iym efek racun thd tubuh 4. Farmakologi klinik : iym semua interaksi antara obat dan tubuh manusia serta penggunaannya pada pengobatan penyakit 5. Farmakoterapi : iym penggunaan obat untuk mengobati penyakit atau gejala-gejalanya berdasarkan hubungan atara khasiat obat dan sifat-sifat fisiologi atau mikrobiologi penyakit. ASPEK FARMAKOLOGI FARMAKODINAMIKA FARMAKOKINETIKA Farmakodinamika
Farmakodinamika m’pelajari kegiatan
obat terhadap organisme hidup terutama cara dan mekanisme kerjanya, reaksi fisiologi serta efek terapeutik yang ditimbulkannya. Singkatnya farmakodinamika adalah efek yang diberikan oleh obat terhadap tubuh. Mekanisme Kerja Obat
1. Secara fisika, ex: anestesi gas
2. Secara kimiawi, ex: antasida untuk asam lambung 3. Proses metabolisme, ex: antibiotika 4. Kompetisi : agonis dan antagonis Teori Reseptor Kebanyakan obat menghasilkan efeknya pada tempat tertentu dipermukaan sel yang disebut reseptor. Senyawa kimia natural seperti neurotransmitter berikatan pada sisi ini dan mencetuskan respon pada sel tsb. Sebuah sel dapat mempunyai beberapa tipe reseptor. Setiap reseptor mempunyai affinitas (daya ikat) dengan beberapa senyawa di dalam tubuh. Ikatan obat-reseptor dapat menghasilkan efek Agonis atau Antagonis Agonis adalah obat yang meningkatkan respons fisiologis normal Antagonis adalah obat yang menghambat respon fisiologis Sebuah reseptor yang terdapat pada tempat yang berbeda dalam tubuh menghasilkan berbagai macam respon fisiologis, tergantung dimana reseptor itu berada.
Contoh: reseptor kolinergik terdapat di kandung
kemih, paru-paru, pembuluh darah, dan mata. Sebuah obat yang merangsang reseptor kolinergik akan bekerja diberbagai tempat tersebut. Obat-obat yang bekerja seperti ini dianggap sebagai nonspesifik. Contohnya: Urecholin (Betanekol); dapat diresepkan untuk retensi urine pasca bedah untuk meningkatkan kontraksi kandung kemih. Obat ini juga dapat merangsang reseptor kolinergik di tempat lain seperti penurunan denyut jantung, penurunan tekanan darah, peningkatan asam lambung. Efek Terapeutik
1. Terapi kausal : penyebab penyakit
ditiadakan, ex: kemoterapeutika (antibiotika) 2. Terapi simptomatis: gejala penyakit diobati, penyakit tidak dipengaruhi, ex: analgetika pada reumatik 3. Terapi substitusi: obat m’gantikan zat yang dibuat tubuh, ex: insulin Patient complience (kesetiaan pada terapi)
1. Sifat individual: watak,
pendidikan, kepekaan thd nyeri 2. Relasi dokter-pasien 3. Jenis penyakit: semakin berat, complience semakin baik 4. Jumlah dan jenis obat: semakin banyak, complience berkurang Plasebo
Plasebo (saya ingin menyenangkan,
Latin) yaitu: zat-zat tanpa kegiatan farmakologi dalam bentuk yang dikenal (tablet, kapsul, cairan dsb) Efek plg nyata pada obat tidur Tidak berlaku untuk insufisiensi organ seperti DM. Efek obat yang tidak diinginkan 1. Efek samping adalah: segala sesuatu khasiat obat yang tidak diinginkan yang tidak sesuai dengan yang terjadi pada dosis Terapi. Respon obat dapat menghasilkan efek fisiologis utama dan sekunder, atau kedua-duanya. Ex: antihistamin difenhidramin (Benadryl). Efek utama :mengobati gejala-gejala alergi Efek sekundernya (efek samping) :menekan susunan saraf pusat, menyebabkan rasa kantuk.
2. Idiosinkrasi adalah: obat memberikan efek yang
secara kualitatif berlainan dari efek normalnya Efek obat yang tidak diinginkan (lanj)
3. Alergi
4. Fotosensitasi adalah : kepekaan berlebihan untuk
cahaya Ex : tetrasiklin untuk bbrp orang Efek Teratogen Terratogen adalah obat yang pada dosis terapeutik untuk ibu mengakibatkan cacat pada janin. Efek Samping Obat Pada Janin Obat yg diberikan pada masa kehamilan dapat pula menimbulkan efek yang tidak diinginkan, ex: hormon androgen dan progesteron dapat menimbulkan sifat jantan pada bayi wanita. Tetrasiklin dapat mengganggu pertumbuhan tulang dan gigi. Toleransi, habituasi dan adiksi Toleransi: dosis hrs dinaikkan terus untuk mencapai efek terapetik yang sama, Atropin Habituasi: kebiasaan, tetapi pasien tidak mengalami abstinensi apabila pemakaian dihentikan, ex; Diazepam Adiksi : kebiasaan, pasien mengalami abstinensi apabila pemakaian dihentikan, ex: Morphin
Resistensi bakteri, kemoterapeutika yg
digunakan pada penyakit kadang-kadang tidak bekerja lagi thd kuman FARMAKOKINETIKA Adalah segala proses yang dilakukan tubuh terhadap obat Dlm arti sempit : iym perubahan2 kons obat dan metabolitnya dalam darah dan jaringan. Proses yang dilalui obat 1. Absorpsi 2. Distribusi 3. Metabolisme 4. Ekskresi/Eliminasi 1. Absorpsi Adalah pergerakan partikel-partikel obat dari tempat pemberiannya (saluran gastro intestinal atau dari otot pada pemberian i.m) ke dalam aliran darah atau cairan tubuh. Absorbsi obat dapat terjadi dengan tiga cara yaitu: - Absorbsi Aktif - Absorbsi Pasif - Pinositosis Absorbsi Aktif Absorbsi aktif adalah penyerapan obat melalui permukaan vili mukosa saluran cerna. Proses absorbsi aktif membutuhkan pembawa (carrier) untuk melawan perbedaan konsentrasi. Contohnya : garam garam seperti lithium, kalium Absorbsi Pasif Adalah pergerakan obat masuk ke pembuluh darah atau cairan tubuh melalui proses diffusi (pergerakan dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah). Proses diffusi ini tidak memerlukan energi. Contohnya obat golongan alkaloida Pinositosis Adalah proses absorbsi dimana obat menembus membran dengan proses “menelan” Obat yang mengalami proses ini adalah obat-obat yang mempunyai berat molekul besar seperti polipeptida. Contoh : Vaksin Polio Absorbsi obat dipengaruhi oleh: 1. Faktor formulasi obat 2. Stabilitas obat terhadap asam lambung dan enzim pencernaan 3. Ada atau tidaknya makanan di dalam saluran cerna 4. Motilitas saluran cerna 5. Derajat First Pass Metabolisme Bioavailabilitas adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan proporsi dari obat yang diberikan yang mencapai aliran darah. Bila obat diberikan secara intravena, maka bioavailabilitasnya adalah 100% (F=1) sedangkan untuk obat-obat oral, bioavailabilitasnya bervariasi, tergantung jumlah obat yang di absorbsi dan adanya faktor-faktor yang berpengaruh. 2. Distribusi Adalah proses dimana obat berada dalam cairan tubuh dan jaringan tubuh. Distribusi obat terjadi bila sudah terjadi absorbsi, dimana obat telah mencapai sirkulasi darah. Ketika obat didistribusikan, obat akan berikatan dengan protein plasma. Derajat ikatan dengan protein plasma ini berbeda- beda, ada obat yang derajat ikatannya tinggi, misal diazepam (98%), ada juga yang derajat ikatannya dengan protin plalsma sangat rendah contohnya aspirin (49%). Distribusi (Lanj) Fraksi obat yang berikatan dengan protein plasma bersifat inaktif, artinya dia tidak memberikan efek secara farmakologis. Hanya obat- obat yang bebas atau yang tidak berikatan dengan protein plasma yang bersifat aktif dan dapat menimbulkan respon farmakologis. Biotransformasi Pada dasarnya tiap obat merupakan zat asing untuk tubuh yang tidak diinginkan krn merusak sel dan mengganggu fungsinya. Tubuh akan berusaha merombak zat asing ini mjd metabolit yang tak aktif dan bersifat hidrofil agar ekskresinya oleh ginjal berlangsung lancar Organ biotransformasi utama adalah hati, selain itu adalah paru, ginjal, dinding usus, darah dan jaringan. First pass effect adalah perombakan yang dialami obat dalam dinding usus dan hati pada peredaran pertama di sistem porta sebelum tiba di peredaran umum. Metabolisme Beberapa obat di ubah oleh enzim hati menjadi metabolit aktif, menyebabkan peningkatan respon farmakologik. Contohnya levodopa (suatu obat antiparkinson) di hati akan diubah menjadi dopamin yang aktif secara farmakologis. Efek utama yang dihasilkan dari metabolisme obat adalah : Membuat obat menjadi lebih larut dalam air (hidrofilik). Setelah proses ini obat akan di ekskresikan melalui ginjal. Eliminasi Rute utama dari eliminasi obat adalah melalui ginjal. Rute lain adalah melalui empedu, paru- paru, saliva, keringat dan air susu ibu.
Obat dalam bentuk bebas (tidak terikat
protein), yang larut air akan di filtrasi oleh ginjal. Eliminasi (lanj) pH urine dapat mempengaruhi ekskresi obat. Obat-obat yang bersifat asam akan lebih cepat diekskresikan melalui urine bila urine bersifat basa. Contohnya aspirin, suatu asam lemah, akan lebih mudah diekskresikan bila di minum bersama natrium bikarbonat. Oleh sebab itu Na Bikarbonat sering digunakan pada kasus keracunan aspirin. Sebaliknya vitamin C dapat membuat urine menjadi asam, sehingga menghambat ekskresi aspirin. Eliminasi (lanj) Waktu paruh ekskresi (t½) adalah waktu yang dibutuhkan oleh suatu obat untuk mecapai separuh konsentrasi obat yang di eliminasi. Metabolisme dan ekskresi dapat mempengaruhi waktu paruh obat. Contohnya pada kelainan fungsi hati dan ginjal, waktu paruh obat akan menjadi lebih lama. Bila obat diberikan secara terus-menerus, maka dapat terjadi penumpukan obat di dalam tubuh. Penerapan Farmakokinetika
1. Memperkirakan kadar obat dalam plasma,
jaringan dan urine sebagai dasar untuk pengaturan dosis 2. Menghitung pengaturan dosis optimum untuk setiap pasien secara individual 3. Menghubungkan konsentrasi obat dengan aktivitas farmakologik 4. Menilai perbedaan laju absorbsi obat dengan perbedaan formula 5. Menggambarkan perubahan penyakit yang mempengaruhi laju absorbsi, distribusi dan metabolisme obat 6. Memperkirakan kemungkinan akumulasi obat 7. Menjelaskan interaksi obat