KOLANGITIS
Disusun oleh : dr. Nurcahyo Tri Utomo
Pembimbing : dr. Anggilia Stephanie, Sp.PD
Pendamping : dr. Afriady Effendy
Identitas Pasien
ANAMNESIS
• Dilakukan autoanamnesa ke
Anamnesis pasien pada tanggal 02 Agustus
2017 09:30
RR: 20 x/menit
Suhu: 39,2 oC
Nadi : 86 x/menit
STATUS GENERALIS
Mata :
• Konjungtiva tidak anemis
• Sklera ikterik +/+
Gigi/Mulut:
Leher :
Jantung :
Ekstremitas
Planning
• Infus Ringer Laktat 20 tetes per menit
• Neurobion 5000 (iv) 2 x 20 ml drip dalam RL
• Ranitidin bolus (iv) 2 x 50 mg
• Ondancetrone bolus (iv) 2 x 4 mg
• Parasetamol tablet (po) 3 x 500 mg
• Curcuma tablet (po) 2 x 20 mg
Hasil Laboratorium 20 Agustus 2017
Hasil Satuan Nilai Normal
Hb 10,2 g/dl 12-14
Leukosit 6,2 ribu/ul 5-10
Eritrosit 3,37 juta/ml 4,5-5,5
Hematokrit 29,4 % 37-43
Trombosit 153 /fl 150-400
SGOT 189 mg/dl L<40, P<32
SGPT 82 mg/dl L<41, P<31
Bilirubin Total 10,0 mg/dl <1,2
Bilirubin Direct 1,7 mg/dl ≤0,3
Bilirubin Indirect 8,3 mg/dl ≤0,8
HbsAg Non reaktif
02 Agustus 2017
Pukul 09.30
Jam Subjektif Objektif Assessment Plan
• Sudah • RR : 24 fellea
Mild splenomegaly
• S : 36,8 Kesan Kolesistitis
BAB • N : 86
• BAK • Mata : ikterik +/+ IVFD : RL 20 tpm
Diet lunak tidak merangsang
• Abdomen : MM/
seperti teh • I : Datar Neurobion 5000 2x20 ml
Striktur Infeksi
Steanosis Ascaris
Kanker lumbrikoides
Pankreas
10-15%
memiliki batu
Kolangiokarsinoma AIDS
duktus biliaris
komunis Cholangiopathy
Scot MT, Rosh AJ, Talavera F, et al. Acute Cholangitis. Diunduh dari : http://emedicine.medscape.com/article/774245-overview#showall.
Diakses tanggal 14 September 2017
EPIDEMIOLOGI
• Prevalensi batu empedu di dunia sekitar 20-35%
dan resiko terjadinya kolangitis akut simtomatik
dilaporkan sekitar 0.2%. kolangitis akut dapat pula
disebabkan adanya batu primer di saluran bilier,
keganasan dan striktur
Kimura Y, Takada T, Strasberg SM, Pitt HA, Dirk J. Gouma,et al. TG13 current terminology, etiology, and epidemiology of acute cholangitis and cholecystitis.
J Hepatobiliary Pancreat Sci (2013) 20:8–23
Fauzi A. Kolangitis Akut.Dalam:Rani A,Simadibrata M,Syam AF,Editor. Buku ajar Gastroenterohepatologi. Edisi-1. InternaPublishing;2011:579-90.
Kolangitis akut adalah sindrom klinis yang ditandai
dengan demam, sakit kuning, dan nyeri perut yang
berkembang sebagai akibat dari stasis/sumbatan dan
infeksi di saluran empedu.
Fauzi A. Kolangitis Akut.Dalam:Rani A,Simadibrata M,Syam AF,Editor. Buku ajar Gastroenterohepatologi. Edisi-1. InternaPublishing;2011:579-90.
Patofisiologi
Sumber : http://www.nytimes.com/health/guides/disease/gallstones/print.html
Penghalang
mekanis
sfingter oddi Sistem
Pembilasan Protektif
kontinyu
empedu Empedu
Bakteriostatik
garam
empedu
Sekresi Ig A
dan sekret
empedu
Batu Obstruksi
bilier
Tumor
Menyebabkan
Lainnya disfungsi sistem ↑ tekanan
protektif intraduktal
empedu
↑ permeabilitas
Ascending
membran di
Infection
sistem bilier
Perkembangbiakkan
Kolangitis pada batu empedu /
kantung empedu Septikemia
Scot MT, Rosh AJ, Talavera F, et al. Acute Cholangitis. Diunduh dari : http://emedicine.medscape.com/article/774245-overview#showall. Diakses tanggal 31 Agustus 2017
Diagnosis
Kirayama S, Takada T, Strasberg SM, et al. TG13 guidelines for diagnosis and severity grading of acute cholangitis (with videos). J Hepatobiliary Pancreat
Sci. 2013. 20:24–34
Grading
Kirayama S, Takada T, Strasberg SM, et al. TG13 guidelines for diagnosis and severity grading of acute cholangitis (with videos). J Hepatobiliary Pancreat
Sci. 2013. 20:24–34
Tatalaksana
Scot MT, Rosh AJ, Talavera F, et al. Acute Cholangitis. Diunduh dari : http://emedicine.medscape.com/article/774245-overview#showall. Diakses tanggal 31
Agustus 2017
Antibiotik
Gomi H, Solomkin JS, Takada T, et al. TG13 antimicrobial therapy for acute cholangitis and cholecystitis. J Hepatobiliary Pancreat Sci. 2013. 20:60-70
Antibiotik
Gomi H, Solomkin JS, Takada T, et al. TG13 antimicrobial therapy for acute cholangitis and cholecystitis. J Hepatobiliary Pancreat Sci. 2013. 20:60-70
ERCP
• Prosedur ERCP ini dapat melakukan visualisasi
pada region ampula dan akses langsung ke
duktus biliaris komunis distal dengan
kemungkinan melakukan intervensi terapi.
• Pada dokter yang ahli dalam menggunakan
ERCP, rasio sukses untuk melakukan kanulasi
duktus biliaris komunis dan cholangiography
adalah > 90%. Komplikasi akibat penggunaan
ERCP yaitu pankreatitis dan kolangitis muncul di
angka < 5%.
Andersen DK, Billiar TR, Dunn DL, et al. Scwartz’s PRINCIPLES OF SURGERY. Edisi ke 10. New York: McGraw-Hill Education; 2015; 32: 1315-17.
ERCP
Komplikasi
• Gagal hepar, Abses hepar
• Sepsis
• Acute Renal Failure
Scot MT, Rosh AJ, Talavera F, et al. Acute Cholangitis. Diunduh dari : http://emedicine.medscape.com/article/774245-overview#showall. Diakses tanggal 31 Agustus 2017
Prognosis (1)
• Prognosis tergantung kepada beberapa
faktor, termasuk :
1.Deteksi dini dan pengobatan kolangitis
2.Respon terhadap terapi
3.Kondisi medis pasien
Scot MT, Rosh AJ, Talavera F, et al. Acute Cholangitis. Diunduh dari : http://emedicine.medscape.com/article/774245-overview#showall. Diakses tanggal 31 Agustus 2017
Prognosis (2)
• Rasio mortalitas pasien berkisar antara 5-
10%, rasio mortalitas meningkat jika
pasien memerlukan penanganan operasi.
Pada pasien dengan berespon dengan
pengobatan antibiotik, prognosisnya akan
baik
Scot MT, Rosh AJ, Talavera F, et al. Acute Cholangitis. Diunduh dari : http://emedicine.medscape.com/article/774245-overview#showall. Diakses tanggal 31 Agustus 2017
Prognosis (3)
• Usia lanjut, riwayat penyakit yang
memperburuk, dan keterlambatan
dekompresi meningkatkan angka
kematian akibat operasi (17-40%). Rasio
mortalitas pada operasi elektif setelah
distabilkan kondisi medisnya < 3%
Scot MT, Rosh AJ, Talavera F, et al. Acute Cholangitis. Diunduh dari : http://emedicine.medscape.com/article/774245-overview#showall. Diakses tanggal 31 Agustus 2017
KESIMPULAN
• Saat pasien datang keluhan nyeri perut menjalar
ke perut kanan atas yang dirasakan terus
menerus sepanjang 3 hari ini disertai dengan
demam, buang air kecil seperti teh pekat, buang
air besar seperti dempul, dan nafsu makan
mengindikasikan bahwa pasien memiliki
kecendrungan ke arah penyakit yang
berhubungan dengan sistem bilier baik apakah
itu kolelitiasis, koledokolitiasis, kolangitis
ataupun hepatitis.
KESIMPULAN
• Pasien mengalami konjungtiva ikterik disertai
dengan pembesaran hati. Dari triad charcoat
didiagnosis kolangitis tetapi jika ditinjau dari
Tokyo Guideline 2013 didiagnosis suspect
kolangitis grade II namun pasien seharusnya
melakukan pemeriksaan CT-Scan pada saat itu
untuk mengetahui penyebab dari kolangitis yang
diderita. Selain menggunakan CT-Scan
berdasarkan guideline bisa juga dilakukan
tindakan ERCP, selain sebagai alat diagnosis
juga bisa sebagai terapi.
KESIMPULAN
• Selama perawatan di bangsal pasien dilakukan
pemeriksaan usg yang dilakukan oleh dokter spesialis
penyakit dalam sebagai pemeriksaan untuk mencari
etiologi dari penyakit yang diderita pasien. Hasil yang
didapat yaitu pankreas dalam batas normal, penebalan
dinding vesica fellea, mild splenomegaly yang
disimpulkan kolesistitis tetapi dalam pemeriksaan tidak
dihitung berapa tebal dinding vesica fellea yang
mengalami penebalan karena bisa mempengaruhi dari
penentuan diagnosis.
• Setelah dirawat kurang lebih selama lima hari, klinis dari
pasien mengalami perbaikkan dan diperbolehkan
pulang.
SARAN
1. Untuk Masyarakat
Agar lebih meningkatkan pengetahuan dan kesadaran mengenai
pentingnya memeriksaan diri ke faskes tingkat satu agar dapat
diupayakan upaya preventif dan early diagnosis.