Anda di halaman 1dari 25

Oleh

Noorhayai
Martini
Setyani
 Bakteri adalah suatu kelompok mikroorganisme
prokariotik bersel tunggal yang sangat beragam dan
terdapat dimana-mana. Bakteri tersusun atas dinding sel
dan isi sel. Di sebelah luar dinding sel terdapat selubung
atau kapsul. Di dalam sel bakteri tidak terdapat membrane
dalam (endomembran) dan organel bermembran sperti
kloroplas dan mitokondria.
 Clostridium sp. adalah bakteri Gram positif berbentuk
batang anaerobik atau mikroaerofilik yang menghasilkan
endospora. Kebanyakan spesies menguraikan protein dan
meragi karbohidrat, banyak pula yang menghasilkan
eksotoksin. Beberapa spesies bersifat patogenik dan
banyak yang terdapat sebagai saprofit di dalam tanah dan
saluran pencernaan manusia dan hewan.
 Contoh bakteri Clostridium sp. yang bersifat patogen
diantaranya adalah Clostridium perfringens,
Clostridium difficile, Clostridium
botulinum, dan Clostridium tetani. Clostridium
botulinum menghasilkan toksin biologis yang kuat
yang dikenal dapat menginfeksi manusia.
 Spora clostridia biasanya lebih besar daripada
diameter batang tempat spora dibentuk.berbagai
spesies, spora terletak sentral, subterminal atau
terminal. Kebanyakan spesies klostridia dapat
bergerak dan mempunyai flagel peritrikus.
Clostridium tetani
 Clostridium tetani adalah bakteri berbentuk
batang lurus,langsing,berukuran panjang 2-5
mikron dan lebar 0,4-0,5 mikron.
 Bakteri clostridium tetani dapat menyebabkan
penyakit tetanus. Tetanus adalah suatu toksemia
akut yang disebabkan oleh neurotoksin yang
dihasilkan oleh Clostridium tetani ditandai
dengan spasme otot yang periodik dan
berat.Tetanus ini biasanya akut dan
menimbulkan paralitik spastik yang disebabkan
tetanospasmin.
 Adapun klasifikasi pada bakteri ini adalah :
 Kingdom : Bacteria
 Division : Firmicutes
 Class : Clostridia
 Order : Clostridiales
 Family : Clostridiaceae
 Genus : Clostridium
 Species : Clostridium tetani
Morfologi
 Clostridium tetani adalah bakteri berbentuk batang lurus,
langsing, berukuran panjang 2-5 mikron dan lebar 0,4-0,5
mikron. Bakteri ini membentuk eksotoksin yang disebut
tetanospasmin. Kuman ini terdapat di tanah terutama
tanah yang tercemar tinja manusia dan
binatang. Clostridium tetani termasuk bakteri gram positif
anaerobic berspora, mengeluarkan eksotoksin. Costridium
tetani menghasilkan 2 eksotosin yaitu tetanospamin dan
tetanolisin.Tetanospaminlah yang dapat menyebabkan
penyakit tetanus. Perkiraan dosis mematikan minimal dari
kadar toksin (tenospamin) adalah 2,5 nanogram per
kilogram berat badan atau 175 nanogram untuk 70
kilogram (154lb) manusia.
 Clostridium tetani tidak menghasilkan lipase
maupun lesitinase, tidak memecah protein dan
tidak memfermentasi sakarosa dan glukosa juga
tidak menghasilkan gas H2S. Menghasilkan
gelatinase, dan indol positif.
 Spora dari Clostridium tetani resisten terhadap
panas dan juga biasanya terhadap antiseptis.
Sporanya juga dapat bertahan pada autoclave
pada suhu 249.8°F (121°C) selama 10–15 menit. Juga
resisten terhadap phenol dan agen kimia yang
lainnya.
Cara Penularan
 Tetanus terutama ditemukan di daerah tropis dan
merupakan penyakit infeksi yang penting baik dalam
prevalensinya maupun angka kematiannya yang
masih tinggi . Tetanus merupakan infeksi berbahaya
yang biasa mendatangkan kematian. Bakteri ini
ditemukan di tanah dan feses manusia dan binatang.
Infeksi ini muncul (masa inkubasi) 3 sampai 14 hari.
Di dalam luka yang dalam dan sempit sehingga terjadi
suasana anaerob. Clostridium tetani berkembang
biak memproduksi tetanospasmin suatu neurotoksin
yang kuat. Toksin ini akan mencapai system syaraf
pusat melalui syaraf motorik menuju ke bagian
anterior spinal cord.
Patogenesis
 Clostridium tetani dalam bentuk spora masuk ke
tubuh melalui luka yang terkontaminasi dengan
debu, tanah, tinja binatang atau pupuk. Biasanya
penyakit terjadi setelah luka tusuk yang dalam
misalnya luka yang disebabkan tertusuk paku,
pecahan kaca, kaleng, atau luka tembak, karena
luka tersebut menimbulkan keadaan anaerob
yang ideal.
 Selain itu luka laserasi yang kotor, luka bakar, dan
patah tulang terbuka juga akan megakibatkan
keadaan anaerob yang ideal untuk pertumbuhan C.
Tetani ini. Walaupun demikian, luka-luka ringan
seperti luka gores, lesi pada mata, telinga atau tonsil
dan traktus digestivus serta gigitan serangga dapat
pula merupakan porte d’entree dari C. Tetani. Juga
sering ditemukan telinga dengan otitis media
perforata sebagai tempat masuk C. Tetani. Spora
kuman tetanus yang ada di lingkungan dapat berubah
menjadi bentuk vegetatif bila ada linkungan anaerob,
dengan tekanan oksigen jaringan yang rendah.
 Dalam kondisi anaerobik yang dijumpai pada
jaringan nekrotik dan terinfeksi, basil tetanus
mensekresi 2 macam toksin: tetanospasmin dan
tetanolisin. Gejala klinis timbul sebagai dampak
eksotoksin pada sinaps ganglion spinal dan
neuromuscular junction serta saraf otonom. Pada
masa pertumbuhan eksotoksin diproduksi, yang
diserap oleh liran darah sistemik dan serabut saraf
perifer. Toksin dari tempat luka menyebar ke motor
endplate dan setelah masuk lewat ganglioside
dijalarkan secara intraaxonal kedalam sel saraf tepi,
kemudian ke kornu anterior sumsum tulang
belakang, akhirnya menyebar ke SSP.
Biakan
 sifat-sifat biakan dan biokimiawi dari Clostridium tetani pada
saat diinkubasi pada suhu 37 º C yaitu :
 ü Pada agar nutrient : koloni bulat tak teratur, jernih, kuning
kelabu dengan permukaan berbutir dan tepi yang tidak rata
 ü Pada agar darah terbentuk alfa hemolisis setelah 2 – 3 hari
maka hemolisis sempurna ( Beta Hemolisa ). Spora terbentuk
dalam media setelah 3 hari.
 ü Perbenihan pada daging rebus : Tidak dicerna dan menjadi
hitam setelah beberapa hari
 ü Gelatin : tidak dicairkan
 ü litmus milk : tidak diubah
 ü tidak menfermentasi : karbohidrat
 ü H2S : positif
 ü Indol : positif
 ü Nitrat : tidak direduksi
 Struktur antigen dari Clostridium tetani yaitu :
 1. Antigen O : Semuanya sama pada
semua strain
 2. Antiggen H : Beberapa tipe C. tetani
dapat dibedakan dengan antigen flagella spesifik
 Resistensi dari Clostridium tetani yaitu :
 1. Bentuk vegetative : Tidak tahan terdapat
pemanasan dan desinfektan
 2. Bentuk spora : Mati pada pemanasan
121̊selama 15 menit.
Diagnosa Laboratorium
 Diagnosis tetanus ditegakan berdasarkan gejala-gejala klinik
yang khas. Secara bakteriologi biasanya tidak diharuskan oleh
karena sukar sekali mengisolasi Clostridium tetani dari luka
penderita, yang kerap kali sangat kecil dan sulit dikenal kembali
oleh penderita sekalipun.
 Diagnosis tetanus dapat diketahui dari pemeriksaan fisik pasien
sewaktu istirahat, berupa :
 ü Gejala klinik
 ü Kejang tetanic, trismus, dysphagia, risus sardonicus ( sardonic
smile )
 ü Adanya luka yang mendahuluinya. Luka adakalanya sudah
dilupakan.
 ü Kultur : C. tetani (+).
 ü Lab : SGOT, CPK meninggi serta dijumpai
myoglobinuria.
Pencegahan
 Pencegahan merupakan tindakan paling penting,
yang dapat dilakukan dengan cara :
 a) imunisasi aktif dengan toksoid
 b) perawatan luka menurut cara yang tepat
 c) penggunaan antitoksi profilaksis
Pengobatan
 Antibiotik
 Antitoksin
 Tetanus toksoid
 Anti konvulsan
Clostridium perfringens
 Clostridium perfringens adalah spesies bakteri gram-
positif yang dapat membentuk spora dan
menyebabkan keracunan makanan. Bakteri yang
memiliki gram positif, umumnya tidak selalu diwarnai
dengan pewarna gram positif. Reproduksi umumnya
dengan pembelahan biner. Bakteri pada kategori ini
memproduksi spora sebagai bentuk dormannya
(endorspora). Organisme ini umumnya khemosintetis
heterotrof.
 Beberapa karakteristik dari bakteri ini adalah non-motil (tidak
bergerak), sebagian besar memiliki kapsul polisakarida, dan
dapat memproduksiasam dari laktosa. C. perfringens dapat
ditemukan pada makananmentah,
terutama daging dan ayam karena kontaminasi tanah atau tinja.
Bakteri ini dapat hidup pada suhu 15-55 °C, dengan suhu
optimum antara 43-47 °C. Clostridium perfringens dapat tumbuh
pada pH 5-8,3 dan memiliki pH optimum pada kisaran 6-7.
Sebagian C. perfringens dapat menghasilkan enterotoksin pada
saat terjadi sporulasi dalam usus manusia. Spesies bakteri ini
dibagi menjadi 6 tipe berdasarkan eksotoksin yang dihasilkan,
yaitu A, B, C, D, E dan F. Sebagian besar kasus keracunan
makanan karena C. perfringens disebabkan oleh galur tipe A, dan
ada pula yang disebabkan oleh galur tipe C.
Diagnosis laboratories oleh
bakteri Clostridium perfringens
 Gastroenteritis adalah salah satu penyakit yang
disebabkan oleh Clostridium
perfringens.Gastroenteritis ini disebabkan karena
memakan makanan yang tercemar oleh toksin (racun)
yang dihasilkan oleh bakteri Clostridium perfringens.
 Cara penularannya dengan menelan makanan yang
terkontaminasi oleh tanah dan tinja dimana makanan
tersebut sebelumnya disimpan dengan cara yang
memungkinkan kuman berkembangbiak.
 Spora dapat bertahan hidup pada suhu memasak
normal. Spora dapat tumbuh dan berkembang biak
pada saat proses pendinginan, atau pada saat
penyimpanan makanan pada suhu kamar dan atau
pada saat pemanasan yang tidak sempurna
Kesimpulan
 Bakteri berasal dari kata Bakterion (yunani =
batang kecil). Di dalam klasifikasi, bakteri
digolongkan dalam Divisio Schizomycetes.
 Clostridium tetani adalah bakteri berbentuk
batang lurus, langsing, berukuran panjang 2-5
mikron dan lebar 0,4-0,5 mikron.
Bakteri Clostridium tetani dapat menyebabkan
penyakit tetanus.
 Clostridium perfringens adalah spesies bakteri gram-
positif yang dapat membentuk spora dan
menyebabkan keracunan makanan. Bakteri yang
memiliki gram positif, umunya tidak selalu diwarnai
dengan pewarna gram positif. Reproduksi umunya
dengan pembelahan biner. Bakteri pada kategori ini
memproduksi spora sebagai bentuk dormannya
(endorspora). Organism ini umumnya khemosintetis
heterotrof.

Anda mungkin juga menyukai