Anda di halaman 1dari 49

Case Report Session

MOLA HIDATIDOSA

MARSYA RIMADONA 1310311140


WIDIA SARI 1210312004
INSHI HIDAYATUL H 1210311134

Preseptor
dr. Susanti Apriyani, Sp.OG
BAB I
LATAR BELAKANG
Mola hidatidosa atau yang dikenal juga dengan hamil anggur adalah
kehamilan abnormal yang terjadi akibat perubahan histologi dari plasenta,
terutama di vili korion, dimana terjadi proliferasi trofoblas dan edem pada
stroma.

Pada kehamilan mola janin tidak bisa tumbuh dan berkembang, akan
tetapi pada beberapa kasus (1 dari 100 janin), dapat berkembang bersama
kehamilan mola.
Prevalensi mola hidatidosa bervariasi di setiap negara
Eropa dan Amerika Utara 0,6 – 1 dari 1000 kehamilan.
Jepang terdapat 2 dari 1000 kehamilan mengalami hamil mola.
Indonesia, dilaporkan terdapat 1 : 85 kehamilan dengan mola.
RS Dr.Cipto Mangunkusomo Jakarta angka kejadian mola hidatidosa 1 : 31
persalinan dan 1 : 9 kehamilan. Molahidatidosa salah satu penyebab
perdarahan yang menjadi salah satu penyebab kematian ibu terbesar.

Mola hidatidosa  jarang, Tidak dideteksi dan ditangani segera 


keganasan sel trofoblas 15 - 20 % mola hidatidosa komplet dan 2-3 %
pada mola parsial. Mola hidatidosa dinyatakan ganas jika terjadi
metastasis dan invasi merusak miometrium, misalnya pada mola invasif
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi

Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar dimana
tidak ditemukan janin dan hampir seluruh vili korialis mengalami perubahan
berupa degenerasi hidropik.
Makroskopik Histologi

• Gelembung puti • Edema stroma vili


• Tembus pandang, • Tidak ada
• Berisi cairan jernih pembuluh darah
• Ukuran : beberapa pada
millimeter hingga vili/degenerasi
1-2 cm. hidropik
• Proliferasi sel-sel
trofoblas.
Meningkat seiring dengan
Primigravida usia 14-16 tahun.
bertambahnya usia. Ibu yang
Insiden mola hidatiosa meningkat
berumur di atas 35 tahun beresiko
sebesar 1,5-2 kali lipat pada ibu usia
tinggi mengalami mola hidatidosa
kurang dari 20 tahun.
tipe komplek.

Riwayat mola hidatidosa memiliki


resiko 10 kali lebih tinggi untuk hamil
mola ke dua, dan 1000 kali lebih
tinggi untuk berisiko menjadi
koriokarsinoma
Etiologi dan Faktor Resiko

Faktor ovum: ovum sudah Defisiensigizi; mola hidatidosa


patologik sehingga mati, tetapi banyak ditemukan pada diet
terlambat dikeluar-kan. rendah protein.
Umur di bawah 20 tahun dan Paritas tinggi.
di atas 40 tahun. Infeksi virus dan faktor
Imunoselektif dari trofoblas. kromosom yang belum jelas
Klasifikasi Mola Hidatidosa

1 • Mola Hidatidosa
Komplek

• Mola Hidatidosa
2 Parsial
Mola Hidatidosa Komplek

Mola hidatidosa komplek sering terjadi ketika 1 atau 2 sel sperma


membuahi sel telur yang tidak mengandung inti atau DNA. Oleh karena
itu, semua material genetik berasal dari sel sperma. Akibatnya, tidak
terdapat janin.
Mola Hidatidosa Parsial

Mola hidatidosa parsial terjadi apabila 2 sel sperma membuahi 1 sel telur
normal. Pada mola hidatidosa parsial terdapat jaringan janin, tetapi sering
bergabung dengan jaringan trofoblas, sehingga janin tidak dapat tumbuh dan
berkembang.

Gambaran patologi dari mola hidatidosa parsial adalah:


Vili korion dengan berbagai ukuran, dengan edema fokal, berongga, dan
hiperplasia trofoblas
Scalloping of Chorionic Villi
Stroma trofoblas prominen
Embrio atau jaringan janin yang bisa diidentifikasi
PATOFISIOLOGI

Ada beberapa teori yang menjelaskan patogenesis dari penyakit trofoblas:


1. Teori Missed abortion
Mudigah mati pada kehamilan 3-5 minggu (missed abortion), karena itu terjadi
gangguan peredaran darah sehingga terjadi penimbunan cairan dalam jaringan
mesenkim dari vili dan akhirnya terbentuk gelembung-gelembung.

2. Teori Neoplasma
Sel trofoblas dikatan abnormal apabila mempunyai fungsi abnormal pula,
dimana terjadi reabsorbsi cairan yang berlebihan kedalam vili sehingga timbul
gelembung. Hal ini menyebabkan gangguan peredaran darah dan kematian
mudigah.
PATOFISIOLOGI

2. Teori Neoplasma

Mola hidatidosa komplit berasal dari genom maternal (genotype 46XX


lebih sering) dan 46 XY jarang, tapi 46XXnya berasal dari replikasi
haploid sperma dan tanpa kromosom dari ovum. Mola parsial
mempunyai 69 kromosom terdiri dari kromosom 2 haploid paternal dan
1 haploid maternal (tripoid, 69XX atau 69XY dari 1 haploid ovum dan
lainnya reduplikasi paternal dari 1 sperma atau fertilisasi disperma).
MANIFESTASI KLINIK

Awalnya, gambaran klinis sama seperti


kehamilan biasa
Muntah berlebihan Uterus lebih besar dari umur
kehamilan. Perkembangan trophoblast
Kehilangan berat badan
yang tidak begitu aktif  uterus sama
Tampak sakit. atau lebih kecil dari usia kehamilan.
Preklampsia lebih cepat

Gejala utama Timbulnya perdarahan. Gejala hipertiroid dapat muncul pada


Terjadi antara usia kehamilan 1 – 7 bulan. mola hidatidosa karena TSH dapat
bersifat intermiten, sedikit-sedikit atau
sekaligus banyak, sehingga menyebabkan
disensitisasi oleh jaringan trofoblas,
terjadinya syok atau kematian. Akibat nya selain itu hCG sendiri dapat
pasien jatuh pada keadaan anemia. menyebabkan hipertiroid.
DIAGNOSIS

Anamnesis
•Amenorea dan mengalami perdarahan pervaginam
•Keluhan muntah berlebihan, kehilangan berat badan, dan tampak sakit
•Tanda-tanda hipertiroid dan tanda-tanda preeklampsia.

Pemeriksaan Fisik
•Uterus lebih besar dari usia kehamilan normal (kadang-kadang uterus
berukuran lebih kecil dari usia kehamilan normal, terutama jika mola mati)
•Konsistensi uterus seperti adonan
•Tidak ditemukan bagian dari fetus, tidak ada ballottement
•Tidak ditemukan gerak janin dan denyut jantung janin.
•Keluarnya vesikel mola pada perdarahan uterus merupakan bukti yang
menyimpulkan suatu mola hidatidosa
•Pembesaran kedua ovarium yang teraba pada 25-50% kasus
Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan hCG
Pemeriksaan kadarHuman Chorionic Gonadotropin (hCG) dalam darah
atau rutin dapat membantu menegakkan diagnosis mola hodatiodsa.
Peningkatan kadarhCG terutama pada hari ke-100 sangat sugestif untuk
mendiagnosis mola hidatidosa.

2. USG
Merupakan pemeriksaan penunjang yang dapat dipercaya dan sensitif
dalam mendiagnosa mola hidatidosa komplek. Hal ini disebabkan karena
vili korion memperlihatkan pembengkakan hidrofik yang difus
(snowstorm). Mola hidatidosa komplek juga memberikan gambaran
vesikular pada pola USG yang bahkan sudah dapat terlihat pada trimester
pertama.
Gambar 2. USG mola hidatidosa komplek yang memperlihatkan gambaran
perubahan vesicular yang difus pada jaringan korion
Gambar 3. USG mola hidatidosa parsial yang menunjukkan adanya fetus
dan gambaran focal cystic space di plasenta
TATALAKSANA

1. Histerektomi

Pada pasien yang menginginkan operasi sterilisasi, pada perempuan yang


telah cukup umur dan cukum pempunyai anak. Alasan untuk melakukan
histerektomi adalah karena usia tua dan paritas tinggi, batasan yang dipakai
adalah usia 35 tahun dan emiliki anak hidup tiga orang. Akan tetapi histerektomi
tidak mencegah timbulnya keganasan dan metastasis. Oleh karena itu,
pemeriksaan follow up kadar ß-hCG masih dibuthkan.
TATALAKSANA

2. Suction Kuretase

Pada wanita yang masih ingin memiliki anak setelah sebelumnya


dilakukan perbaikan dari keadaan umum.

Langkah-langkah yang dilakukan adalah:


•Infus Oksitosin: dimulai sebelum dilakukan induksi anestesi
•Dilatasi Servik: apabila servik mengalami dilatasi, perdarahan uterus sering
meningkat, darah yang tertahan dalam rongga endometrium dapat dikeluarkan
selama dilatasi servik.
TATALAKSANA
2. Suction Kuretase

• Suction Kuretase: dalam beberapa menit setelah memulai suction kuretase,


ukuran dari uterus akan jauh berkurang, dan perdarahan dapat dikontrol.
Jika uterus usia lebih dari 14 minggu, maka salah satu tangan dapat
diletakkan diatas fundus uteri, dan uterus dapat di-massage untuk
menstimulasi kontraksi dan mengurangi resiko perforasi

• Sharp Kuretase: setelah dilakukan evakuasi dengan suction, maka sharp


kuretase dilakukan untuk membersihkan sisa jaringan mola.

• Tindakan kuret cukup dilakukan satu kali saja, asalkan bersih. Kuret kedua
biasanya dilakukan jika ada indikasi.
Follow Up

1. Pemeriksaan hCG

Setelah dilakukan evakuasi mola, pasien harus dimonitor kadar ß-hCG


setiap minggu sampai kadar ß-hCG mencapai nilai normal selama 3 minggu
berturut-turut. Kemudian pemantauan ß-hCG dilanjutkan setiap bulan sampai 6
bulan berturut dengan kadarß-hCG normal. Waktu rata-rata yang dibutuhkan ß-
hCG untuk mencapai nilai normal setelah dilakukan evakuasi adalah 9 minggu.3
Apabila follow-up selesai dilakukan, maka kehamilan dapat dilakukan. Apabila
pasien mencapai kadar ß-hCG yang tidak dapat dideteksi, maka resiko relaps dan
berkembang menjadi tumor sangat rendah dan mungkin dapat mencapai angka 0.
2. Kontrasepsi

Selama follow-up hCG dilakukan, maka pasien harus diedukasi untuk


menggunakan kontrasepsi. Akan tetapi, untuk mencegah terjadinya perforasi
uterus, maka tidak oleh dimasukkan alat kedalam intrauterin sampa ß-hCG
mencapai nilai normal. Oleh karena itu, pasien yang tidak mengingikan sterilisasi,
kontrasepsi oral atau barier dapat digunakan. Mola hidatidosa dikatakan sembuh
bila kadar HCG pada 3 x pemeriksaan dalam keadaan normal atau pasien sudah
melahirkan janin dalam keadaan sehat.
Prognosis

Penyebab kematian pada mola hidatidosa disebabkan oleh perdarahan,


infkesi, gagal jantung atau tirotoksikosis. Di negara maju kematian akibat mola
hidatidosa hampir tidak ditemukan lagi, namun angka kmeatian akibat mola
hidatidosa di negara berkembang masih cukup tinggi yaitu sekitar 2,2% hingga
5,7%. Sebagian pasien mola hidatidosa akan sehat kembali setelah jaringannya
dikeluarkan, akan tetapi ada beberapa kelompok wanita yang kemudian menderita
degenerasi keganasan menjadi koriokarsinoma. Persentasi keganasan yang terjadi
pada pasien mola hidatidosa adalah 5,56%.5
BAB III
LAPORAN KASUS
BAB III
LAPORAN KASUS

IDENTITAS
Nama : Ny. SD
Usia : 32 tahun
Pekerjaan: Ibu Rumah Tangga
No. RM : 243342
Alamat : Indrapuro
Status : Menikah
Tanggal masuk : 21 Desember 2017
ANAMNESIS
Seorang pasien perempuan usia 32 tahun datang ke RSUD Dr. Muhammad Zein Painan
tanggal 21 Desember 2017 dengan keluhan utama keluar darah dari kemaluan sejak 11
hari sebelum masuk rumah sakit.

Riwayat Penyakit Sekarang


Keluar darah dari kemaluan sejak 11 hari sebelum masuk rumah sakit. Darah keluar
sedikit-sedikit sejak 2 minggu yang lalu, warna kehitaman, bergumpal, semakin banyak
sejak 11 hari yang lalu dan membasahi tiga helai kain dan disertai rasa nyeri di ari-ari.
Pasien telah melakukan kuret 7 hari yang lalu atas indikasi kehamilan anggur.
Pasien telah melakukan kuret 7 hari yang lalu atas indikasi kehamilan anggur.
Didapatkan jaringan mola ± 700 gram. Pasien dipulangkan 1 hari pasca kuret dengan obat
pulang Cefixim 2x200 mg, Asam mefenamat 3x500 mg, Asam traneksamat 3x500 mg da
direncanakan kuret yang kedua satu minggu kemudian
Riwayat Penyakit Sekarang
Nyeri pinggang menjalar ke ari-ari tidak ada.
Riwayat keluar air-air dari kemaluan tidak ada.
Riwayat keluar darah campur lendir tidak ada.
Tidak haid sejak 6 bulan yang lalu. HPHT : 28 Juli 2017
Gerak anak tidak dirasakan
Keluar jaringan seperti gelembung mata ikan dari kemaluan disangkal
Pasien merasakan kehamilan lebih kecil dibandingkan kehamilan sebelumnya.
ANC rutin ke bidan. USG 1x 7 hari yang lalu, dikatakan kehamilan anggur
Riwayat hamil muda : mual (+), muntah (-), sakit kepala (+), demam (-).
Riwayat penurunan nafsu makan ada. Riwayat penurunan berat badan tidak ada.
BAB dan BAK biasa.
Riwayat Menstruasi, Kehamilan, Persalinan, Nifas, KB, Ginekologi
Menarche usia 13 tahun, siklus haid tidak teratur, lamanya 3-7 hari, ganti duk 2-3x/hari.
Anak 1 : 2005 /laki-laki / BBL : 2800 gram/ lahir spontan ditolong bidan/ hidup
Anak 2 : 2009 / perempuan / BBL : 2700 gram / lahir spontan ditolong bidan /
hidup
Anak 3 : 2012 / perempuan / BBL : 2900 gram / lahir spontan ditolong bidan/ hidup
Riwayat pemakaian KB pil sejak 12 tahun yang lalu.
Riwayat keputihan disangkal
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat tekanan darah tinggi selama kehamilan baru diketahui 7 hari yang lalu, tekanan
darah tertinggi 190/110 mmHg.
Riwayat berurut selama kehamilan ada, 3x dalam sebulan, terakhir 3 minggu yang lalu.
Riwayat penyakit diabetes mellitus disangkal.
Riwayat penyakit jantung disangkal.
Riwayat penyakit tiroid disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada keluarga yang memiliki riwayat penyakit seperti pasien.
Ibu pasien menderita darah tinggi.
Tidak ada keluarga dengan riwayat penyakit diabtes mellitus, penyakit jantung, atau
tiroid.
Tidak ada keluarga yang memiliki penyakit keturunan, menular, dan kejiwaan.
V

Riwayat Pekerjaan, Sosial Ekonomi, Kejiwaan, dan Kebiasaan


Pasien menikah 1x tahun 2004.
Riwayat imunisasi tidak ada.
Pasien seorang ibu rumah tangga, pendidikan terakhir SMA.
Tidak ada riwayat merokok, minum alkohol, atau narkoba.
PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan fisik
Keadaan Umum : Sedang
Kesadaran : Composmentik Cooperatif
Tekanan Darah : 140/90mmHg
Nadi : 80x/menit
Nafas : 22x/menit
Suhu : 36,7⁰C
Kulit : Tidak tampak pucat
KGB : Tidak teraba pembesaran KGB
Kepala : Normocephal
Rambut : Hitam tidak mudah dicabut
Mata : Konjungtiva tidak anemis. Sklera tidak ikterik
Telinga : Tidak ada kelainan
Hidung : Tidak ada kelainan
Tenggorok : Tidak ada kelainan
Gigi dan Mulut : Tidak ada kelainan
Leher : JVP 5-2 cmH2O, tidak teraba pembesaran tiroid
Dada :
Paru :
Inspeksi :Simetris kiri=kanan
Palpasi :Fremitus kiri=kanan
Perkusi :Sonor
Auskultasi :Vesikuler, wheezing (-/-), ronchi (-/-).

Jantung :
Inspeksi : Iktus terlihat 1 jari lateral LMCS RIC VI
Palpasi :Iktus teraba 1 jari lateral LMCS RIC VI
Perkusi :Batas jantung kanan: LSD, atas: RIC II, kiri: 1 jari lateral
LMCS RIC VI
Auskultasi : Irama reguler, bising (-)

Abdomen: status ginekologi

Genitalis : status ginekologi

Ekstremitas : Edema +/+, RF +/+, RP -/-


Status Ginekologi

Abdomen:
Inspeksi : tampak sedikit membuncit linea mediana hiperpigmentasi, striae (+)
Palpasi : FUT teraba dipertengahan pusat dan simfisis pubis, ballottement (-)
Perkusi : Tympani
Auskultasi BU (+) N
Genitalia :
Inspeksi : V/U tenang
Inspekulo:
Vagina : tumor (-), laserasi (-), fluksus (-)
Portio : Multipara, ukuran sebesar jempol kaki dewasa, Tumor (-), laserasi (-
), fluksus (+) tampak darah menumpuk pada forniks posterior, OUE terbuka

VT bimanual : tidak dilakukan


Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium (21 Desember 2017)


Darah Rutin :
Hb : 10,1 g/dl
Leukosit : 9.400/mm3
Trombosit : 439.000/mm3
Ht : 30%
USG

(13 Desember 2017)


Kesan :Kehamilan Mola Hidatidosa
(15 Desember 2017)
Diagnosis
Post kuretase mola hidatidosa

Rencana Pemeriksaan
Cek β HCG, TSH , FT4

Tatalaksana
IUFD RL 20 tpm
Injeksi Ceftriaxon 2x1 gram
Drip oksitoksin 2 amp
Injeksi Asam Traneksamat 3x1 gram

Rencana Tindakan
Kuretase kedua
Follow Up (21 Desember 2017, pukul 23.00)
S/ Dilakukan kuretase kedua dalam general anestesia (TIVA),
didapatkan jaringan mola ± 25 gram, dan perdarahan ± 50 cc
O/ Tekanan Darah: 140/80 mmHg
Nadi : 90x/menit
Nafas : 22x/menit
Suhu : 37o C
Genitalia : PPV (-)
A/ Post Kuretase mola hidatidosa kedua
P/ Kontrol KU, VS, PPV
IUFD RL + drip oksitoksin 2 ampul 2 tpm
Inj. Ceftriaxon 2x1 gram
Misoprostol 400 mg/6 jam per rektal
Asam Mefenamat 3x500 mg
Follow Up (22 Desember 2017)

S/ Keluar darah dari kemaluan (-), nyeri ari-ari (+)


Demam (-)
Sakit kepala (-)
O/ Keadaan umum : sakit sedang
Kesadaran : CMC
Tekanan Darah : 140/90 mmHg
Nadi : 85x/menit
Nafas : 20x/menit
Suhu : 37oC
Follow Up (22 Desember 2017)

O/
Status Ginekologi :
Abdomen :
Inspeksi : tampak membuncit tidak sesuai dengan usia kehamilan, linea
mediana hiperpigmentasi, striae (+)
Palpasi : FUT setinggi pusat, ballottement (-)
Perkusi : Tympani
Auskultasi : BU (+) N, BJA : (-)
Genitalia :
Inspeksi :V/U tenang
Inspekulo :
Vagina : tumor (-), laserasi (-), fluksus (-)
Portio : Multipara, ukuran sebesar jempol kaki dewasa, Tumor (-), laserasi (-), fluksus
(-) OUE tertutup
VT bimanual : tidak dilakukan
Status Ginekologi :
Abdomen :
Inspeksi : tidak tampak membuncit
Palpasi : FUT 2 jari di atas simfisis pubis
Perkusi : Timpani
Auskultasi : BU (+) N
Genitalia :
Inspeksi :V/U tenang, PPV (-)

VT bimanual : tidak dilakukan


Laboratorium : βhCG urin : 85 mIU/ml
TSH : 5 mIU/L
T3 : 1,5 ng/ml
T4 : 85 ng/ml

A/ Post kuretase kedua moa hidatidosa


P/ Rencana Pulang
Kontrol poli kebidanan 2 minggu lagi
BAB IV
DISKUSI
Telah dirawat seorang pasien Pada pasien ini dicurigai kearah mola
perempuan usia32 tahun di bangsal hidatidosa karena amenorea sejak 6
kebidanan RSUD Mohammad Zein bulan yang lalu dan terdapat
Painan dengan diagnosis post perdarahan dari kemaluan. Selain itu,
kuretase mola hidatidosa. Diagnosis pada pasien juga ditemukan adanya
ditegakan berdasarkan hasil gejala seperti mual, muntah, dan sakit
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan kepala yang dapat menjadi gejala
pemeriksaan penunjang. penyerta suatu mola hidatidosa.

Pada pemeriksaan fisik ditemukan tinggi fundus uteri setinggi 2 jari


diatas simfisis pubis. Penurunan dari tinggi fundus uteri pasien ini
dapat disebabkan karena telah dilakukannya tindakan kuretase 7
hari yang lalu sehingga jaringan di dalam uterus telah dikeluarkan
dan uterus sudah mengecil. Sebagian besar pada kasus mola
hidatidosa ditemukan tinggi fundus uteri lebis besar dari usia
kehamilan, akan tetapi dapat pula ditemukan lebih kecil dari usia
kehamilan jika trofoblas tidak berkembang aktif.
Pemeriksaan palpasi abdomen tidak
ditemukan adanya ballotemen. Selain itu juga
tidak ditemukan adanya bunyi jantung anak.
Hal ini sesuai dengan temuan pemeriksaan
fisik dari mola hidatidosa

Pemeriksaan USG ditemukan adanya


gambaran seperti snowflake atau honey comb
appearance.
Pada pasien ini telah dilakukan tindakan kuretase satu minggu yang lalu dan akan
direncanakan untuk dilakukan kuretase yang kedua.
Pemberian antibiotik pada pasien ini bertujuan untuk mencegah terjadinya infeksi.
Pada pasien ini direncanakan untuk pemeriksaan β hCG satu kali dalam dua
minggu. Setelah dilakukan evakuasi mola, pasien harus dimonitor kadar ß-
hCG setiap 1-2 minggu sampai kadar ß-hCG mencapai nilai normal selama
3 kali pemeriksaan berturut-turut. Kemudian pemantauan ß-hCG
dilanjutkan setiap bulan sampai 6 bulan berturut dengan kadarß-hCG
normal. Waktu rata-rata yang dibutuhkan ß-hCG untuk mencapai nilai
normal setelah dilakukan evakuasi adalah 7-9 minggu.

Pemeriksaan TSH , FT4 dilakukan untuk mengetahui apakah pasien


menderita hipertiorid atau tirotoksikosis. Tirotoksikosis merupakan salah
satu penyakit penyulit pada mola hidatidosa. Oleh karena itu dianjurkan
pada setiap pasien mola hidatidosa dilakukan pemeriksaan tanda-tanda
tirotoksikosis secara aktif.

Anda mungkin juga menyukai