Anda di halaman 1dari 76

KEBIJAKAN

PROGRAM IMUNISASI SERTA


KAMPANYE DAN INTRODUKSI
IMUNISASI MR

DINAS KESEHATAN PROVINSI


SUMATERA UTARA
TAHUN 2017
LANDASAN HUKUM
UUD 1945
Pasal 28B ayat 2: Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh & berkembang serta berhak atas
perlindungan dari kekerasan & diskriminasi.
Pasal 28 H ayat 1:Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir & batin, bertempat tinggal & mendapatkan lingkungan
hidup yang baik, sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan
UU Perlindungan Anak No.35 Tahun 2014
“Perlindungan Anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi Anak dan hak -
haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai
dengan harkat dan martabat kemanusiaan,
UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009
•Setiap anak berhak memperoleh imunisasi dasar sesuai dg ketentuan utk mencegah terjadinya penyakit yg
dapat dihindari melalui imunisasi
•Pemerintah wajib memberikan imunisasi lengkap kepada setiap bayi dan anak
UU Pemerintahan Daerah No. 23 Tahun 2014
“Pemerintah Daerah harus memperioritaskan Urusan Pemerintahan Wajib yang berkaitan dengan Pelayanan
Dasar dengan berpedoman pada Standar Pelayanan Minimal yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat”

Hukum Pemberian Imunisasi di Indonesia :


WAJIB
UU No. 36 Tahun 2009 ttg Kesehatan

• Kesehatan Ibu, Anak, Remaja, Lanjut Usia dan Penyandang Cacat


Bab VII • Bagian ke satu : Kesehatan ibu, bayi dan anak

• Upaya pemeliharaan kesehatan bayi & anak harus ditujukan


Pasal 131 utk mempersiapkan generasi yg akan datang, yg sehat, cerdas
ay.1 & berkualitas serta untuk menurunkan angka kematian bayi &
anak

Pasal 131 • Upaya pemeliharaan kesehatan anak dilakukan sejak anak


masih dalam kandungan, dilahirkan, setelah dilahirkan, dan
ay.2 sampai berusia 18 tahun

Pasal 131 • Upaya pemeliharaan kes. bayi & anak menjadi tanggung jawab
& kewajiban bersama bg org tua, keluarga, masyarakat &
ay.3 pemerintah, & pemerintah daerah

TANGGUNG JAWAB
DAN KEWAJIBAN BERSAMA!!!!!
Tujuan Penyelenggaraan Imunisasi

Menurunkan kesakitan, kecacatan & kematian akibat Penyakit yang


Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)
dengan menggunakan vaksin

Tuberculosis Difteri Pertusis Tetanus Polio Campak Hepatitis B

Hemophillus Pneumonia Human Papiloma Rubella rotavirus HIV


Influenzae type B Virus
Malaria
DENGUE
DENGUE
Herd Immunity atau kekebalan
kelompok
Perkembangan Imunisasi
di Indonesia (1956-2017)

1956 1973 1974 1976 1980 1982 1997 2004 2013 2016 2017

Hepatitis
Cacar Tetanus Polio Haemofilus
B influensa tipe b
(DPT/HB/Hib)

MR
BCG DPT
Campak
DPT/HB
PCV
(Kombinasi)
JE
Sepanjang 6 dasawarsa, semakin banyak penyakit
menular yang dapat dicegah dengan imunisasi di
Indonesia IPV
HPV
KEBERHASILAN
IMUNISASI
ABAD 20
 Eradikasi Cacar (Variola),
1977 kasus Cacar terakhir, Somalia 
1980  Imunisasi Cacar Stop

ABAD 21
 Eliminasi Eradikasi Polio: Eliminasi
Tetanus 2006 Indonesia Campak &
Maternal 2014 Regional Rubella 2020
dan Asia
Neonatal Tenggara
 Mei 2016 2020 ?? Eradikasi?
BERKAT IMUNISASI, PD3I DAMPAK IMUNISASI
TIDAK LAGI MENJADI
PENYEBAB UTAMA KEMATIAN
BAYI DI INDONESIA

MEASLES,
DIPTHERIA 1.7%
PERTUSSIS
Infant cause of death (BHR 2007)

61/1000 LB (DHS 1991)


Campak; 1,2

TB; 1,2

Diarrhea 31.4%
Malnutrisi; 2,3
Lain-lain; 11.6

Tetanus; 2,9

Pneumonia
55,2% kematian bayi23.8%
Diare; 31,4
Sepsis; 4,1

Kelainan jantung

Encephalitis 9.3%
congenital dan
disebabkan oleh diare
hidrosefalus ; 5,8 dan pneumonia

Congenital 12.2%
Kelainan saluran
pencernaan; 6,4
Pnemonia; 23,8

Meningitis/
ensefalitis; 9.3

34/1000(DHS 2007)

MDG target 23/1,000 LB 26/1000(DHS 2012)

2015

Sumber: www.childmortality.org
1. Mempertahankan INDONESIA
BEBAS POLIO

2. Mempertahankan pencapaian
ELIMINASI TETANUS MATERNAL
DAN NEONATAL (MNTE)

3. Mencapai ELIMINASI CAMPAK


DAN PENGENDALIAN
RUBELA/CRS
 Pelaksanaan Crash Program
Campak di 183 kab/kota 28
provinsi Agustus 2016
 Pelaksanaan Kampanye
Imunisasi MR  2017 - 2018
 Introduksi Vaksin MR
menggantikan vaksin Campak
pada imunisasi rutin
PERMENKES NO. 12 TAHUN 2017
TENTANG
PENYELENGGARAAN IMUNISASI
Jenis Imunisasi
(Permenkes No. 12 Th 2017)

Imunisasi adalah suatu upaya untuk


menimbulkan/meningkatkan kekebalan
seseorang secara aktif terhadap suatu
penyakit sehingga bila suatu saat
terpajan dengan penyakit tersebut tidak
akan sakit atau hanya mengalami sakit
ringan

Imunisasi Program
Imunisasi Pilihan
Yaitu imunisasi yang diwajibkan
Yaitu imunisasi yang dapat
kepada seseorang sebagai
diberikan kepada seseorang
bagian dari masyarakat dalam
sesuai dengan kebutuhannya
rangka melindungi yang
dalam rangka melindungi yang
bersangkutan dan masyarakat
bersangkutan dari penyakit
sekitarnya dari penyakit yang
tertentu
dapat dicegah dengan imunisasi
Imunisasi Program
(Permenkes No. 12 Th 2017)
Imunisasi Imunisasi Khusus
Tambahan Melindungi
Imunisasi Rutin Penetapan seseorang dan
1. Imunisasi pemberian imunisasi masyarakat terhadap
Dasar tambahan penyakit tertentu
2. Imunisasi
berdasarkan kajian pada situasi tertentu
epidemiologis oleh : meningitis
Lanjutan Menteri, Kadinkes meningokokus,
provinsi, atau yellow fever, rabies,
Kadinkes Kab/Kota) dan poliomyelitis

Imunisasi Lanjutan :
Mempertahankan tingkat
- Baduta kekebalan dan untuk
- Anak Usia Sekolah memperpanjang masa
perlindungan anak yang
Dasar sudah mendapatkan
- WUS Imunisasi dasar
Jadwal Imunisasi Program
(Permenkes No. 12 Th 2017)
UMUR (BULAN) JENIS IMUNISASI

0 Hepatitis B (< 24 jam)


1 BCG, OPV1
2 DPT-HB-Hib1, OPV2
3 DPT-HB-Hib2, OPV3
4 DPT-HB-Hib3, OPV4, IPV
9 Campak/MR
18 DPT-HB-Hib4, Campak/MR

-DT Td HPV* HPV*


* hanya di Prov/Kab/Kota Terpilih -Campak/MR Td

*MR secara nasional, 2017 di P.Jawa,


2018 di luar P. Jawa

1 SD 2 SD 5 SD 6 SD

BULAN IMUNISASI ANAK SEKOLAH


JADWAL IMUNISASI LANJUTAN PADA WUS

1.Sebelum imunisasi, Status Interval Minimal Masa


dilakukan penentuan Imunisasi Pemberian Perlindungan
status imunisasi T
(screening) terlebih
T1 - -
dahulu, terutama pada
saat pelayanan
antenatal. T2 4 minggu setelah T1 3 tahun
2.Pemberian imunisasi
TT tidak perlu
diberikan, apabila T3 6 bulan setelah T2 5 tahun
pemberian Imunisasi
TT sudah lengkap
(status T5) yang harus
T4 1 tahun setelah T3 10 tahun
dibuktikan dengan
buku Kesehatan Ibu
dan Anak, kohort Lebih dari 25
dan/atau rekam medis T5 1 tahun setelah T4
tahun
Perubahan Jadwal lmunisasi Td pada BIAS
(Permenkes No. 12 Th 2017)

• Tujuan:
Memperpanjang usia perlindungan sasaran
dari penyakit tetanus dan difteri rnelalui
statusT5
• Mekanisme peralihan jadwal:
• Tahun 2017 dan 2018 pemberian imunisasi
Td hanya dilakukan pada anak kelas 2
SD/sederajat
• Mulai tahun 2019, pemberian imunisasi Td
sudah dapat diberikan pada anak kelas 2
dan 5 SD sederajat
Setiap anak SD/MI Negeri dan swasta akan
mendapatkan imunisasi mengandung T
(DT/Td) sebanyak 3 kali  Status T5
2014 2015 2016 2017 2018 2019

1 1 1 1 1 1
2 2 2 2 2 2
3 3 3 3 3 3
4 4 4 4 4 4
5 5 5 5 5 5
6 6 6 6 6 6

Pemberian imunisasi Td pada


murid kelas 5 SD akan dimulai
pada tahun 2019
CONTOH KASUS
MASIH BANYAK ANAK-ANAK YANG TAKUT
DISUNTIK
Catatan Pemberian Imunisasi Program
(Permenkes No. 12 Th 2017)
 Pemberian Hepatitis B optimal diberikan <24 jam pasca
persalinan, didahului vit K1 2-3 jam sebelumnya
 Khusus daerah dengan akses sulit, pemberian Hepatitis B
masih diperkenankan sampai <7 hari
 Bayi lahir di Institusi RS, Klinik dan BPS, Imunisasi BCG dan
Polio 1 diberikan sebelum dipulangkan
 Pemberian BCG optimal sampai usia 2 bulan, dapat
diberikan sampai usia <1 tahun, tanpa tes mantoux
 Pada kondisi tertentu, semua jenis vaksin kecuali HB 0
dapat diberikan sampai usia < 7 tahun
 Imunisasi lanjutan baduta (DPT-HB-Hib dan Campak)
dapat diberikan dalam rentang usia 18-24 bulan
 Pemberian Imunisasi Td tidak perlu diberikan, bila sudah
mencapai status T5, harus dibuktikan dengan buku
Kesehatan Ibu dan Anak, kohort dan/atau rekam medis
Penyelenggaraan Imunisasi Program
(Permenkes No. 12 Th 2017)
Penanggungjawab:
Pemerintah Pusat dan Tujuan Pendekatan Keluarga:
Pemerintah Daerah 1. Meningkatkan akses keluarga
terhadap pelayanan
kesehatan yang komprehensif
Pendekatan 2. Mendukung pencapaian SPM
keluarga, utk Kab/Kota dan SPM Provinsi
meningkatkan
akses pelayanan 3. Mendukung pelaksanaan JKN
imunisasi 4. Mendukung tercapainya
program indonesia sehat

Check status imunisasi


catat.
dorong ke tempat pelayanan
Pengelolaan Limbah
(Permenkes No. 12 Th 2017)
• Rumah sakit, Puskesmas, klinik dan
fasilitas pelayanan kesehatan lainnya yang
menyelenggarakan Imunisasi bertanggung
jawab terhadap pengelolaan limbah
imunisasi sesuai dengan persyaratan dan
ketentuan peraturan perundang-undangan

• Dokter atau bidan praktek perorangan yang


memberikan pelayanan imunisasi,
pemusnahan limbah vial dan/atau ampul
Vaksin harus diserahkan ke institusi yang
mendistribusikan Vaksin
Penyelenggaraan Imunisasi Pilihan
(Permenkes No. 12 Th 2017)
• Pelaksana : dokter atau dokter spesialis sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
• Vaksin harus diperoleh dari industri farmasi atau
pedagang besar farmasi yang memiliki izin
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan
– Bagi praktik dokter harus memperoleh Vaksin dari
apotek yang memiliki izin sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
• Penyelenggara Imunisasi Pilihan bertanggung
jawab terhadap pengelolaan limbah Imunisasi
yang dilaksanakan sesuai dengan persyaratan
dan ketentuan peraturan perundang-undangan
Pencatatan dan Pelaporan
(Permenkes No. 12 Th 2017)
• Setiap fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan Imunisasi harus
melakukan pencatatan dan pelaporan secara rutin dan
berkala serta berjenjang, meliputi
– cakupan Imunisasi,
– stok dan pemakaian Vaksin, ADS, Safety Box,
– monitoring suhu,
– kondisi peralatan Cold Chain, dan
– kasus KIPI atau diduga KIPI
• Pencatatan pelayanan Imunisasi rutin menggunakan
buku kesehatan ibu dan anak, buku kohort ibu/bayi/balita,
buku rapor kesehatanku, atau buku rekam medis
• Fasilitas pelayanan kesehatan swasta wajib mencatat
dan melaporkan setiap bulan ke Puskesmas wilayahnya
dengan menggunakan format yang berlaku
EVALUASI PROGRAM IMUNISASI
TAHUN 2015-2016

2015 2016 2017 2018 2019


No. Indicator
Realisasi
Target Realisasi Target Realisasi Target
Agust
Target Target

% kab/kota yang
39 % 48 %
1 mencapai 80 % 75 80 85 ?? 90 95
imunisasi dasar lengkap (13 K/K) (16 K/K)

% anak usia 0 sampai 36,2


11 bulan yang
2
mendapat imunisasi
91 80 % 91.5 79,9% 92 92,5 93
dasar lengkap 45,8

% anak usia 12-24


bulan mendapat 37,5/22,7
3 imunisasi DPT-HB-Hib 35 25,2 % 40 25,1 % 45 70 95
lanjutan 52,3/31,2
TARGET KINERJA TAHUN 2017

No. Indicator Target Yang Harus Dicapai

% kab/kota yang mencapai 80


1
% imunisasi dasar lengkap
85 30 Kab/Kota IDL ≥ 80 %

278. 313 anak usia 0 – 11 bln.


% anak usia 0 sampai 11 bulan mendapatkan IDL
2 yang mendapat imunisasi 92
dasar lengkap 36.267 anak usia 0 – 11 bln.
mendapatkan IDL

137.599 anak Baduta


% anak usia 12-24 bulan mendapatkan DPT/HB/Hib
mendapat imunisasi DPT-
3 45
HB-Hib lanjutan
17.917 anak Baduta
mendapatkan DPT/HB/Hib
Cakupan Imunisasi (PSU & Medan)
Januari – Agustus 2017
70
64.7
62.2 62.2 62.8 63.3 62.9 62.2 62.2
61 62

60 56.2
54.1 55 54.5 54.2
53.6 53.5 52.4 53.2 52.3
48.5
50 45.8

40 37.5
36.2

31.2
30 26.2
22.7
24.1
20

10

0
1 2 3 1 2 3 4 DPT/HB/Hib
CAMPAK
HB BCG DPT/HB/Hib POLIO IPV CAMPAK IDL LANJUTAN

PROVINSI MEDAN
ELIMINASI CAMPAK
DAN
PENGENDALIAN RUBELLA
Latar Belakang
Global Commitment !!!!!!
The World Health Assembly (WHA)
menetapkan Global Vaccine Action Plan (GVAP)
of the Decade of Vaccines pada bulan Mei 2012:

Salah satu tujuan utama GVAPpencapaian


target eliminasi penyakit baik secara global
maupun regional.
Indonesia telah berkomitmen untuk mencapai
eliminasi campak dan pengendalian Rubela/CRS
pada tahun 2020.
Indonesia, termasuk
yang “tertinggal”
REKOMENDASI WHO UNTUK ELIMINASI RUBELLA

• BILA cakupan imunisasi >80% (sebaiknya lebih tinggi) ,


WHO merekomendasi 2 tahap strategy:
– Catch up campaign Rubella dengan target umur sesuai
gambaran epidemiology rubella/CRS, untuk memberikan
kekebalan kepada kelompok rentan sehingga menutup
immunity gap pada WUS .
– Secara simultan dilakukan introduksi rubella kedalam
imunisasi rutin dengan mengganti semua vaksin campak
monovalent menjadi vaksin kombinasi campak rubella. .
• Lakukan catch up campaign dan penggantian vaksin
campak dengan MR
Kampanye Imunisasi MR
• Kegiatan imunisasi tambahan, dilakukan
secara masal sebagai upaya untuk
memutuskan transmisi penularan virus
campak dan rubella pada anak usia 9 bulan
sampai dengan <15 tahun,
• Tanpa mempertimbangkan status
imunisasi sebelumnya.
• Sifatnya wajib dan tidak memerlukan
individual informed consent.
Tujuan Kampanye Imunisasi MR
• Meningkatkan kekebalan masyarakat
terhadap campak dan rubella secara cepat

• Memutuskan transmisi virus campak dan


rubella

• Menurunkan angka kesakitan campak dan


rubella

• Menurunkan angka kejadian CRS


Penyakit Campak
dan Rubela
Campak dan Rubella adalah penyakit infeksi yang
menular melalui saluran napas yang disebabkan oleh
virus

 Campak
 Gejala penyakit campak :
 demam,
 nyeri tenggorokan,
 bercak kemerahan pada kulit
 Batuk
 pilek dan
 mata merah atau konjungtivitis
 Setelah 3-5 hari, suhu tubuh menurun dan
bercak kemerahan pada kulit berubah warna
menjadi coklat kehitaman  Rubella
 Gejala penyakit rubella :
 tidak spesifik, bahkan dapat muncul
tanpa gejala.
 Biasanya berupa penyakit ringan pada
anak.
Bahaya
Penyakit Campak
dan Rubela
 Campak
 Komplikasi yang serius
 Diare,
 Radang paru atau
pneumonia,  Rubella
 Radang otak atau  Rubella tidak begitu berbahaya pada
ensefalitis, anak, akan tetapi ......
 Kebutaan, bahkan  Bila menulari ibu hamil pada awal
 Kematian kehamilan dapat menyebabkan
keguguran atau kecacatan pada bayi
yang dilahirkan Sindroma Rubella
Kongenital atau Congenital Rubella
Syndrom (CRS)
 Kecacatan :
 kelainan jantung,
 gangguan penglihatan,
 ketulian, dan
 keterlambatan perkembangan
Negara dengan Jumlah Kasus Campak
Terbesar tahun 2015
 Indonesia termasuk di dalamnya!!!!!
BEBAN PENYAKIT CAMPAK
CONFIRMED REPORTED MEASLES CASES,
INDONESIA, 2013 TO 2015

89% 11%

89% kasus merupakan


anak <15 tahun !!!!!!!

Age in years

Source: Sub Dit Surveillance , MOH- data as of 15 April 2016


Naïve population: Reported lab-confirmed rubella cases by age,
WHO African Region, 2002-09 (n=25,097)
Beban Penyakit Rubella
Confirmed reported rubella cases,
Indonesia, 2013 to 2015

77% 23%
No of cases

CRS ?
Tahun 2013, diperkirakan 2.767
kasus CRS, 82/100.000 pada usia
ibu 15-19 tahun dan 47/100.000
pada usia ibu 40-44 tahun

Age in years

Source: Sub Dit Surveillance , MOH, data as of 15 April 2016


Estimasi Situasi Kasus Kelainan Bawaan
di Asia Tenggara
Birth Defects prevalence / 1000 live births

66
64.3
64
62.2
62 60.8
59.9 59.9 60.3
60 59.3
58.6 58.4 58.5
58

56
54.1
54

52

50

48
a

nd
a

a
h

ka
al
s

e
ar
re

di

si

st
ve
es

ta

ep
nm

la
an
ne
In
Ko

Le
hu

di
ad

ai
N

iL
do

ya
al
B

Th

or
gl

PR

Sr
M
In
an

m
D

Ti
B

March of Dimes Global Report on Birth Defects (2006)


0
5
10
20
25
30
35
40
45
50

15

10%
20%
40%
50%
60%
70%
80%
90%

30%
100%

0%
JAWA_TIMUR
47
<1
1-4 SUMATERA_SELATAN
5-9
10-14 BANTEN
> 14 SULAWESI_SELATAN
<1
1-4
JAMBI
5-9 KALIMANTAN_SELATAN
13 13 13 11 11

10-14
9

> 14
JAWA_TENGAH
<1
7

SUMATERA_UTARA
1-4
7

5-9
BALI

JAWA_TIMURSUMATERA_SELATAN BANTEN
6

10-14 LAMPUNG

*Sumber: Laporan rutin Bulanan Tgl 15


> 14
5

SUMATERA_BARAT
<1
4

1-4 BENGKULU
5-9
4

SULAWESI_TENGGARA
10-14
3

> 14 ACEH

SULAWESI_SELATAN
<1
3

KALIMANTAN_TENGAH

Vaccinated
1-4
3

5-9 SULAWESI_TENGAH
10-14
3

MALUKU
> 14
2

<1 SULAWESI_UTARA
1-4
2

NUSA_TENGGARA_BARAT
5-9
OB_Measles_2014
1

10-14 RIAU
> 14
1

SULAWESI_BARAT

Unknown/Unvaccinated
<1

JAMBI KALIMANTAN_SELATAN
0

1-4 KEPULAUAN_RIAU
5-9
0

BANGKA_BELITUNG
Measles Outbreak Frequences in 2014

10-14
0

> 14 DKI_JAKARTA
<1
0

JAWA_BARAT
1-4
0

5-9 DI_YOGYAKARTA
10-14
0

KALIMANTAN_BARAT
> 14
JAWA_TENGAHSUMATERA_UTARA
0

<1 KALIMANTAN_TIMUR
Status Immunization in Province with Measles Outbreak 2014

1-4
0

KALIMANTAN_UTARA
5-9
BALI
0

10-14 GORONTALO
> 14
0

NUSA_TENGGARA_TIMUR
<1
0

1-4 MALUKU_UTARA
Data s/d 18 Juli 2017

5-9
0

PAPUA
10-14
LAMPUNG
0

> 14 PAPUA_BARAT
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50

10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
90%
80%
100%

0%
JAWA_TIMUR
44
<1

8
RIAU
1-4

5
5-9
SULAWESI_UTARA

4
10-14
KALIMANTAN_SELATAN

JAWA_TIMUR
4
> 14 GORONTALO

<1 SUMATERA_UTARA 3
3

1-4 SUMATERA_SELATAN
0

5-9 ACEH

RIAU
0

10-14 SUMATERA_BARAT
0

> 14 KEPULAUAN_RIAU

*Sumber: Laporan rutin Bulanan Tgl 15


0

<1 JAMBI
1-4
0

BENGKULU
5-9
0

BANGKA_BELITUNG
10-14
0

LAMPUNG

SULAWESI_UTARA
> 14
0

DKI_JAKARTA

Vaccinated
<1
0

BANTEN
1-4
0

JAWA_BARAT
5-9
0

JAWA_TENGAH
10-14
0

DI_YOGYAKARTA
> 14
OB_Measles_2016

KALIMANTAN_SELATAN
0

KALIMANTAN_BARAT
<1
0

KALIMANTAN_TENGAH

Unknown/Unvaccinated
1-4
0

KALIMANTAN_TIMUR
5-9
0

KALIMANTAN_UTARA
Measles Outbreak Frequences in 2016

10-14

GORONTALO
0

SULAWESI_TENGAH
> 14
0

SULAWESI_SELATAN
<1
0

SULAWESI_BARAT
1-4
0

Status Immunization in Province with Measles Outbreak 2016

SULAWESI_TENGGARA
5-9
0

10-14
BALI
0

SUMATERA_UTARA

> 14 NUSA_TENGGARA_BARAT
0

<1 NUSA_TENGGARA_TIMUR
0

1-4 MALUKU
0

5-9 MALUKU_UTARA
Data s/d 18 Juli 2017
0

10-14 PAPUA
0

> 14 PAPUA_BARAT
SUMATERA_SELATAN
10
20
30
40
50
60
70
80
90

0
100

50
0
100
150
200
250
JAWA_TIMUR
89
DI_YOGYAKARTA

192
ACEH LAMPUNG
JAWA_TENGAH
75 71

DKI_JAKARTA
JAMBI
51

JAMBI

83 74 71
BANTEN DI_YOGYAKARTA
JAWA_BARAT
45 44

JAWA_BARAT

69 59
LAMPUNG BENGKULU
JAWA_TENGAH SULAWESI_TENGAH
JAWA_TIMUR SUMATERA_BARAT

*Sumber: Laporan rutin Bulanan Tgl 15


KALIMANTAN_BARAT SUMATERA_SELATAN

46 37 37 35
SUMATERA_SELATAN KALIMANTAN_BARAT
SULAWESI_SELATAN
33 32 30 29 29 28

BALI
SUMATERA_BARAT ACEH
KALIMANTAN_SELATAN KEPULAUAN_RIAU
RIAU
26 24 22

SULAWESI_TENGAH
KEPULAUAN_RIAU BANTEN

29 24 21 18 18 17
KALIMANTAN_TIMUR PAPUA
KALIMANTAN_TENGAH KALIMANTAN_SELATAN
19 17 16

BENGKULU BALI

Rubella Cases 2014


Rubella Cases 2013
Rubella Cases 2013

Rubella Cases 2014

SULAWESI_SELATAN KALIMANTAN_TIMUR
12 10 8

13 12 11 10 8

SUMATERA_UTARA KALIMANTAN_TENGAH
7

BANGKA_BELITUNG BANGKA_BELITUNG
6

PAPUA SULAWESI_UTARA
6

SULAWESI_UTARA GORONTALO
6

RIAU SULAWESI_TENGGARA
4

GORONTALO SULAWESI_BARAT
2

SULAWESI_TENGGARA MALUKU
1

NUSA_TENGGARA_BA… SUMATERA_UTARA
0

KALIMANTAN_UTARA DKI_JAKARTA
0

SULAWESI_BARAT KALIMANTAN_UTARA
0

NUSA_TENGGARA_TIM… NUSA_TENGGARA_B…
0

MALUKU NUSA_TENGGARA_TI…
0

MALUKU_UTARA MALUKU_UTARA
0

PAPUA_BARAT PAPUA_BARAT
50
0
100
150
200
250
300

50
0
100
150
200
250
300
JAWA_TIMUR JAWA_TENGAH
350 308

350 323
JAWA_TENGAH JAWA_TIMUR
186

262
DI_YOGYAKARTA DKI_JAKARTA

205
JAWA_BARAT LAMPUNG
144 125

127
JAMBI JAMBI

74
SUMATERA_BARAT JAWA_BARAT

49
107 103

LAMPUNG RIAU

DKI_JAKARTA BANTEN
70 64

KEPULAUAN_RIAU SUMATERA_BARAT

*Sumber: Laporan rutin Bulanan Tgl 15


ACEH BALI

SULAWESI_UTARA DI_YOGYAKARTA

BENGKULU BENGKULU

BALI SUMATERA_SELATAN

KALIMANTAN_BARAT KEPULAUAN_RIAU

26 20 16 14 13 12 12 11
SUMATERA_SELATAN KALIMANTAN_BARAT
45 44 42 39 38 32 25

SUMATERA_UTARA KALIMANTAN_SELATAN

KALIMANTAN_SELATAN SULAWESI_SELATAN

GORONTALO SULAWESI_UTARA

SULAWESI_TENGAH KALIMANTAN_TIMUR

Rubella Cases 2016


Rubella Cases 2015

Rubella Cases 2016


Rubella Cases 2015

7 5 4 3 3 3

SULAWESI_TENGGARA SULAWESI_TENGAH
22 16 15 10 10 7

PAPUA GORONTALO
6

KALIMANTAN_TENGAH BANGKA_BELITUNG
5

SULAWESI_BARAT PAPUA
4

RIAU ACEH
4

BANGKA_BELITUNG KALIMANTAN_TENGAH
2

BANTEN SULAWESI_TENGGARA
1

KALIMANTAN_TIMUR SUMATERA_UTARA
0

KALIMANTAN_UTARA KALIMANTAN_UTARA
0

SULAWESI_SELATAN SULAWESI_BARAT
0

NUSA_TENGGARA_BARAT NUSA_TENGGARA_BARAT
0

NUSA_TENGGARA_TIMUR NUSA_TENGGARA_TIMUR
0

MALUKU MALUKU
0

MALUKU_UTARA MALUKU_UTARA
0

PAPUA_BARAT PAPUA_BARAT
5
0
10
15
20
25
30
35
40
45
JAMBI

39
LAMPUNG

34
BENGKULU

32
SUMATERA_BARAT

24
KEPULAUAN_RIAU

18
JAWA_BARAT

10 9
JAWA_TIMUR

9
KALIMANTAN_SELATAN

6
RIAU

4
ACEH

*Sumber: Laporan rutin Bulanan Tgl 15


SUMATERA_UTARA 3
2
SULAWESI_TENGGARA
1

SUMATERA_SELATAN
1

DI_YOGYAKARTA
1

KALIMANTAN_TENGAH
0

BANGKA_BELITUNG
0

DKI_JAKARTA
0

BANTEN
0

JAWA_TENGAH

Rubella Cases 2017


0

KALIMANTAN_BARAT
Rubella Cases 2017

KALIMANTAN_TIMUR
0

KALIMANTAN_UTARA
0

SULAWESI_UTARA
0

GORONTALO
0

SULAWESI_TENGAH
0

SULAWESI_SELATAN
0

SULAWESI_BARAT
0

BALI
0

NUSA_TENGGARA_BARAT
0

NUSA_TENGGARA_TIMUR
0

MALUKU
0

MALUKU_UTARA
0

PAPUA
0

PAPUA_BARAT
Kasus Rubella Berdasarkan Kelompok Umur
Indonesia, 2013-2017
2013 2014 2015
N= 742 Kasus N= 906 Kasus N= 1474 Kasus

2% 8% 3% 3% 8%
10% 20%
28% 28%

36%
36% 25% 44%
26% 23%

2016 2017
N= 1193 Kasus N= 193 Kasus

4% 3% 8%
9% < 1 yr
24% 29%
1-4 yr
5-9 yr 31%

23% 40% 10-14 yr


> 14 yr 29%

Data sd 18 Juli 2017


*Sumber: Laporan rutin Bulanan Tgl 15
0
1
5
6
7

2
3
4

0
1
2
3
5
4
6

4
JAWA_TENGAH LAMPUNG
6

4
JAWA_TIMUR KALIMANTAN_SELATAN 4

3
BANTEN JAWA_TENGAH
3

2
SULAWESI_SELATAN KALIMANTAN_BARAT
2

1
SUMATERA_UTARA SUMATERA_BARAT

Data s/d 18 Juli 2017


2

1
RIAU BANTEN
2

1
JAMBI JAWA_BARAT
2

1
SUMATERA_SELATAN SULAWESI_TENGAH
1

1
BALI JAMBI
1

0
ACEH BENGKULU
1

0
SUMATERA_BARAT SUMATERA_SELATAN
1

0
KEPULAUAN_RIAU SULAWESI_SELATAN
1

0
BENGKULU SULAWESI_TENGGARA
0

0
BANGKA_BELITUNG ACEH
0

0
LAMPUNG SUMATERA_UTARA
0

0
DKI_JAKARTA RIAU
0

0
JAWA_BARAT KEPULAUAN_RIAU
0

DI_YOGYAKARTA 0 BANGKA_BELITUNG
0

0
KALIMANTAN_BARAT DKI_JAKARTA
OB_Rubella_2013
0

KALIMANTAN_TENGAH DI_YOGYAKARTA
0

KALIMANTAN_SELATAN JAWA_TIMUR
Rubella Outbreak in 2014
0

KALIMANTAN_TIMUR KALIMANTAN_TENGAH
0

KALIMANTAN_UTARA KALIMANTAN_TIMUR
Rubella Outbreak Frequences in 2013

SULAWESI_UTARA KALIMANTAN_UTARA
0

GORONTALO SULAWESI_UTARA
0

SULAWESI_TENGAH GORONTALO
0

SULAWESI_BARAT SULAWESI_BARAT
0

SULAWESI_TENGGARA BALI
0

NUSA_TENGGARA_BARAT NUSA_TENGGARA_BARAT
0
0

NUSA_TENGGARA_TIMUR NUSA_TENGGARA_TIMUR
0
0

MALUKU MALUKU
0
0

MALUKU_UTARA MALUKU_UTARA
0
0

PAPUA PAPUA
0
0

PAPUA_BARAT PAPUA_BARAT
0
1
2
3
5
4
0
5
10
20
25
30
35

15

3
RIAU
JAWA_TENGAH 29

3
SUMATERA_SELATAN
JAWA_BARAT
19

2
JAWA_TIMUR
JAWA_TIMUR
12

2
KALIMANTAN_SELATAN
DI_YOGYAKARTA 6

1
SULAWESI_UTARA
5
BANTEN

0
ACEH
3

SUMATERA_BARAT

0
SUMATERA_UTARA
3

JAMBI

0
SUMATERA_BARAT
3

SUMATERA_SELATAN

0
KEPULAUAN_RIAU
3

LAMPUNG

0
JAMBI
3

KALIMANTAN_SELATAN

*Sumber: Laporan rutin Bulanan Tgl 15


0
BENGKULU
2

SUMATERA_UTARA

0
BANGKA_BELITUNG
2

SULAWESI_UTARA

0
LAMPUNG
1

RIAU

0
DKI_JAKARTA
1

BENGKULU

0
BANTEN
1

KALIMANTAN_BARAT

0
JAWA_BARAT
1

SULAWESI_TENGAH

0
JAWA_TENGAH
1

SULAWESI_SELATAN
DI_YOGYAKARTA 0
1

PAPUA
0
KALIMANTAN_BARAT
0

ACEH
0

KALIMANTAN_TENGAH
0

KEPULAUAN_RIAU
0

KALIMANTAN_TIMUR
0
Rubella Outbreak in 2015

Rubella Outbreak in 2016

BANGKA_BELITUNG
0

KALIMANTAN_UTARA
0

DKI_JAKARTA
0

GORONTALO
0

KALIMANTAN_TENGAH
0

SULAWESI_TENGAH
0

KALIMANTAN_TIMUR
0

SULAWESI_SELATAN
0

KALIMANTAN_UTARA
0

SULAWESI_BARAT
0

GORONTALO
0

SULAWESI_TENGGARA
0

SULAWESI_BARAT
0

BALI
0

SULAWESI_TENGGARA
0
0

NUSA_TENGGARA_BARAT BALI
0
0

NUSA_TENGGARA_TIMUR NUSA_TENGGARA_BARAT
0
0

MALUKU NUSA_TENGGARA_TIMUR
0
0

MALUKU_UTARA MALUKU
Data s/d 18 Juli 2017
0
0

PAPUA MALUKU_UTARA
0
0

PAPUA_BARAT PAPUA_BARAT
Bagaimana caranya agar kita terlindung
dari Campak dan Rubella???
IMUNISASI, JAWABANNYA....
Imunisasi dengan vaksin MR merupakan
pencegahan terbaik terhadap penyakit Campak
dan Rubella serta pencegahan terhadap
dampak berbahaya yang diakibatkan kedua
penyakit tersebut
Satu vaksin mencegah dua penyakit
sekaligus
Mulai tahun ini, Pemerintah akan
memasukkan vaksin Rubella, dalam bentuk
kombinasi dengan vaksin Campak, ke dalam
Program Imunisasi Nasional
Bagaimana proses pengenalan vaksin MR
ke dalam Program Imunisasi Nasional?
 Pengenalan vaksin MR ini akan didahului
dengan kegiatan Kampanye Imunisasi MR,
yaitu berupa pemberian imunisasi MR
secara massal. Gratis, tidak dipungut
biaya.

 Pelaksanaan kampanye imunisasi MR dibagi


ke dalam 2 fase

 Fase pertama dilaksanakan pada bulan


Agustus - September 2017 di seluruh Jawa,
fase kedua dilaksanakan pada bulan Agustus -
September 2018 di seluruh Sumatera,
Kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara,
Maluku dan Papua
Mengapa harus dilakukan kampanye
imunisasi massal MR?
Rekomendasi WHO dan ITAGI
Lakukan catch up campaign dan penggantian
vaksin campak dengan MR
Target cakupan:
≥ 95%
Tujuan:
• Meningkatkan kekebalan masyarakat terhadap campak dan
rubella secara cepat
• Memutuskan transmisi virus campak dan rubella
• Menurunkan angka kesakitan akibat penyakit campak dan
rubella
• Menurunkan angka kejadian CRS
Siapa saja yang harus
mendapatkan
imunisasi MR?
• Imunisasi MR diberikan kepada seluruh
anak usia 9 bulan sampai dengan
kurang dari 15 tahun selama masa
kampanye
• Selanjutnya, imunisasi MR akan masuk ke
dalam jadwal imunisasi rutin dan diberikan
pada anak usia
-9 bulan,
-18 bulan dan
-kelas 1 SD/sederajat melalui
program Bulan Imunisasi Anak
Sekolah atau BIAS
Measles Rubella SIA Plan (2017-2018)
- Indonesia

Phase 1 (Java island)


August – September 2017
Target : 34.9 million (9 months to <15 years)

Phase 2 (outside Java island)


August – September 2018
Target : 31.8 million (9 months to <15 years)
Dimana anak-anak yang
menjadi sasaran kampanye ini
mendapatkan Imunisasi MR?
 Selama kampanye, imunisasi MR diberikan
di sekolah dan fasilitas kesehatan
 Pada bulan Agustus, pemberian imunisasi
MR dilaksanakan di sekolah-sekolah
(SD/MI/ Sederajat, SMP/MTS/sederajat)
 Pada bulan September, Imunisasi MR
dilaksanakan di pos-pos pelayanan
imunisasi seperti :
 Posyandu,
 Polindes,
 Poskesdes,
 Puskesmas,
 Puskesmas pembantu,
 Rumah Sakit dan
 Fasilitas kesehatan lainnya
• Vaksin yang mengandung virus hidup yang
dilemahkan (live attenuated)

• Berupa serbuk kering dengan pelarut.


Dapat digunakan sampai 6 jam setelah
dilarutkan selama tetap disimpan pada
suhu 2 – 8 derajat C

• Kemasan vaksin adalah 10 dosis per vial.

• Setiap dosis vaksin MR mengandung:


1000 CCID50 virus campak
1000 CCID50 virus rubella

• Sensitif panas, disimpan pada suhu 2 – 8 C

• VE M 93% R 976% Vaksin MR


Satu-satunya vaksin
MR yang telah
mendapat
rekomendasi Badan
Kesehatan Dunia dan
sudah digunakan di
lebih dari 140 negara
untuk eliminasi
penyakit Campak dan
Rubella
Negara-negara Islam yang menggunakan vaksin
MR/MMR
Country Doses primary
Vaccine Manufacturer Measles intro Rubella intro
name container
Afghanistan Measles 10 Serum Institute of India Pvt. Ltd. 1978 None
Bahrain MMR 1 GlaxoSmithKline Biologicals SA 1974 1974
Dijibouti Measles ? Data not available 1984 none
Egypt MMR 10 Serum Institute of India Pvt. Ltd. 1978 1999
Iran (Islamic
MMR 2&5 Serum Institute India 1984 2004
Republic of)
Iraq MMR and Measles 10 Serum Institute of India Pvt. Ltd. 1985 prior to 1995
Jordan Measles and MMR 1 GlaxoSmithKline Biologicals SA 1982 2000
Kuwait MMR ? ? Prior to 1995 prior to 1995
Measles-10 & MMR-1
Lebanon Measles and MMR Serum Institute of India Pvt. Ltd. 1978 1995
&10
Libya MMR Presentation Sanofi Pasteur SA Prior to 1995 prior to 1995
Morocco MR ? Data not available 1980 2014
Oman MMR 1 GlaxoSmithKline Biologicals SA 1980 1994
Pakistan Measles 10 Serum Institute of India Pvt. Ltd. 1978 none
GlaxoSmithKline Biologicals SA and Merck
Qatar MMR 1 1982 1992
Sharpe and Dohme
Measles Sanofi, MMR GSK
Saudi Arabia Measles and MMR ? 1974 1991

Somalia Measles ? Data not available 1978 none


PT Bio Farma (Persero) and Serum Institute of
Sudan (the) Measles 10 1985 none
India Pvt. Ltd.
Syrian Arab
MMR 10 Serum Institute of India Pvt. Ltd. 1978 1999
Republic (the)
Tunisia MR ? ? 1983 2004
United Arab
MMR ? MMR GSK 1980 1985
Emirates
Yemen MR 10 Serum Institute of India Pvt. Ltd. 1977 2015
MMR Vaccine Controversy
• 1998 publikasi di Lancet Medical journal
• Andrew Wakefield, UK, colitis and autism spectrum disorders linked to the combined measles, mumps,
and rubella (MMR) vaccine
• Investigations by Sunday Times journalist Brian Deer; conflicts of interest, manipulated evidence, broken
ethical codes.
• The Lancet paper partially retracted in 2004, fully retracted in 2010. The Lancet's editor-in-chief Richard
Horton: the journal had been "deceived".
• General Medical Council [5] Wakefield was found guilty, serious professional misconduct in May 2010.
• Andrew Wakefield struck off the Medical Register, he could no longer practice as a doctor in the UK.
• 2011, scientific consensus; MMR vaccine has no link to the development of autism
• Impact: multiple large epidemiological studies were undertaken. Reviews of the evidence by the Centers
for Disease Control and Prevention, the American Academy of Pediatrics, the Institute of Medicine of
the US National Academy of Sciences, the UK National Health Service,and the Cochrane Library all
found no link between the MMR vaccine and autism. Cochrane review using improved design and
reporting of safety outcomes in MMR vaccine studies concluded that the evidence of the safety and
effectiveness of MMR justified its global use, and that the lack of confidence in the vaccine had damaged
public health.
• Special court convened in the United States to review claims under the National Vaccine Injury
Compensation Program rejected compensation claims from parents of autistic children
• The claims in Wakefield's 1998 The Lancet article were widely reported; vaccination rates in the UK and
Ireland dropped sharply, followed by significant increased incidence of measles and mumps, resulting in
deaths and severe and permanent injuries
• Vaccine–autism connection as "perhaps the most damaging medical hoax of the last 100 years".
DR.Soewarta Koesen, Badan
Litbangkes (2015):
COST BENEFIT
• Kerugian makro ekonomi
ANALYSIS
akibat campak dan rubella
STUDY RUBELLA
diperkirakan mencapai
DI INDONESIA
Rp1.09 triliun
• Estimasi kerugian berupa
kehilangan hari-hari potensial
untuk bekerja/produktif dalam
hitungan tahun (DALY) akibat
penyakit campak dan rubella
adalah sebesar Rp 26.598.238
Kesimpulan:
Imunisasi MR sangat cost
effective
Dukungan2
Dukungan2
Dukungan2
Mikroplanning
• Perhitungan dan pendataan sasaran
– Estimasi sasaran dihitung berdasarkan data Penduduk Sasaran
Program Pembangunan Kesehatan tahun 2015-2019
(Kepmenkes Nomor HK.02.02/Menkes/117/2015) kelompok
umur 0-14 tahun dikurangi 75% dari Surviving Infant tahun
pelaksanaan kampanye
• Perhitungan kebutuhan vaksin dan logistik
– IP vaksin 8
• Perhitungan tenaga pelaksana
– 1 tenaga kesehatan diperkirakan mampu memberikan
pelayanan suntikan imunisasi MR pada maksimal 100 - 125
sasaran per hari
• Pemetaan dan penyusunan jadwal kegiatan
• Pelatihan
• Pembentukan POKJA
• Promosi Kesehatan  Advokasi, Sosmob
Bagaimana mikroplaning disusun?
Disusun bersama oleh :
 Pengelola program imunisasi
 Penanggungjawab kegiatan kampanye imunisasi MR
 Pengelola program dan sektor lain yang terkait
Dikbud
Imunisasi
Kanwil
Surveilans Kemenag

KIA/Kesga PKK
Humas
Kesling Pemprov

Promkes Bappeda

Yankes Dinas Sosial


Mikroplaning :
Data apa saja yang dibutuhkan?
Jumlah sasaran Jumlah vaksinator
Peta wilayah kerja Jumlah supervisor
Prioritas wilayah Jumlah tenaga guru
Inventarisasi cold Jumlah tenaga kader
chain Jumlah tenaga medis
Daftar sekolah untuk penanganan KIPI
Jumlah pos pelayanan Jumlah RS rujukan
imunisasi untuk penanganan KIPI
Komda/Pokja KIPI
Hal-hal yang perlu disepakati dalam penyusunan
mikroplanning

Penetapan jumlah dan lokasi pos pelayanan imunisasi yang akan dibuka

Jumlah vaksinator dan supervisor yang tersedia dan yang dibutuhkan

Jumlah guru dan tenaga kader yang tersedia dan yang dibutuhkan

Rencana waktu pelaksanaan pelayanan imunisasi

Rencana khusus untuk menjangkau anak-anak yang tdk datang

Waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan pelatihan

Estimasi kebutuhan vaksin dan logistik lainnya serta rencana pendistribusiannya

Rencana pengolahan limbah medis

Rencana penanganan dan penatalaksanaan kasus KIPI


Peran Tenaga Pelaksana
Tenaga Kesehatan:
Memberikan imunisasi MR kepada sasaran dengan tepat dan aman

Kader/ Guru:
o Menggerakkan sasaran/ orang tua untuk datang ke pos pelayanan
imunisasi
o Mengatur alur pelayanan imunisasi di pos pelayanan
o Mencatat hasil imunisasi
o Memberi tanda/ marker pada kuku jari kelingking kiri anak yang
sudah mendapat imunisasi

Supervisor:
Memastikan pelaksanaan kampanye imunisasi MR berjalan dengan baik,
termasuk :
o Memantau kecukupan logistik
o Memantau KIPI
Pemetaan dan Penyusunan Jadwal

 Peta Wilayah Kerja


o Daerah sulit geografis/ sosial ekonimi
o Lokasi pos pelayanan imunisasi, seperti sekolah, posyandu, RS, dll

 Buat Prioritas Wilayah dengan penentuan wilayah/ desa risti, dengan


kriteria:
o Sasaran besar
o Ada kasus PD3I tahun lalu
o Cakupan imunisasi rendah, maka biasanya campak rendah
o Drop out tinggi karena takut panas/ takut suntik
o Sulit geografis maupun sosial ekonomi (padat, kumuh, elit)
o Mobilitas penduduk tinggi
o Banyak UPS
o Posyandu tidak aktif/ tidak ada
o Daerah yang tidak ada petugasnya
o Daerah yang banyak penolakan, dll
Anak-Anak Tinggal di Daerah Resiko Tinggi yang
Mungkin Lolos Imunisasi
Advokasi dan Sosialisasi
 Pertemuan Advokasi dan Sosialisasi tingkat Kab/Kota
dan Kecamatan  Menginformasikan tentang tujuan,
manfaat dan pentingnya kampanye imunisasi MR, serta
fokus daerah risti.
o Dukungan konkrit dan partisipasi aktif dari pemimpin daerah Bupati/
Walikota
o Lintas sektor terkait, seperti Diknas, Kemenag, Dinas Sosial,
Organisasi Profesi, Organisasi Keagamaan, Organisas Masyarakat,
Toga, Toma, Babinsa, Kapolsek, dll

 Sosialisasi sederhana kepada Guru TK, SD, dan SMP


 Sosialisasi sederhana kepada murid-murid SD dan SMP
dengan melibatkan dokter kecil/ UKS sekolah
Advokasi dan Sosialisasi
 Penggerakan masyarakat
o Pengajian/ majelis taklim, arisan, pertemuan
komite sekolah
o Media KIE
o Pengumuman melalui tempat ibadah
o Media elektronik, media sosial, media cetak
o Pemasangan spanduk dan backdrop di tempat-
tempat strategis, siaran keliling
o Videotron
o Radiospot
Advokasi dan Sosialisasi
 Pembentukan POKJA di
Kabupaten/Kota

Pokja terbagi dalam 5 bidang


1. Bidang Perencanaan
2. Bidang Logistik Memanfaatkan
3. Bidang Pelaksanaan POKJA yang sudah
ada, misal “POKJA
4. Bidang Komunikasi ERAPO”
5. Bidang Monev
Pencanangan Kampanye dan Introduksi
vaksin MR

• 1 Agustus 2017
• Dicanangkan Oleh :
- Bapak Presiden
beserta Ibu di
MTSN 10 Sleman
Yogyakarta
T H A N K Y O U

Anda mungkin juga menyukai