Anda di halaman 1dari 98

LM 1

MENGIDENTIFIKASI KEBIJAKAN SISTEM SERTIFIKASI


KOMPETENSI PROFESI NASIONAL

2016
PENTING
Untuk mendemonstrasikan unit ini, peserta harus
dapat memberikan bukti: Mengidentifikasi
sistem sertifikasi kompetensi profesi nasional
yang diterapkan BNSP
Learning Topic

I. Landasan hukum;
II. Istilah dan definisi penting;
III.Tujuan Sertifikasi
IV. Sistem Sertifikasi Kompetensi
Profesi Nasional
1. Undang-Undang No.13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan.
LANDASAN HUKUM
2. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional.
3. Undang-Undang No.12 Tahun 2012
tentang Pendidikan Tinggi
4. Peraturan Pemerintah No.23 Tahun 2004
tentang Badan Nasional Sertifikasi
Profesi (BNSP).
5. Peraturan Pemerintah No.31 Tahun 2006
tentang Sistem Pelatihan Kerja Nasional.
6. Peraturan Presiden No.8 Tahun 2012
tentang Kerangka Kualifikasi Nasional
Indonesia
UU No.13 Tahun 2003
Pasal 1
Kompetensi kerja adalah kemampuan kerja setiap
individu yang mencakup aspek pengetahuan,
keterampilan, dan sikap kerja yang sesuai dengan
standar yang ditetapkan.
Pasal 9
Pelatihan kerja diselenggarakan dan diarahkan untuk
membekali, meningkatkan, dan mengembangkan
kompetensi kerja guna meningkatkan kemampuan,
produktivitas, dan kesejahteraan.
Pasal 11
Setiap tenaga kerja berhak untuk memperoleh dan/atau
meningkatkan dan/atau mengembangkan kompetensi
kerja sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya
melalui pelatihan kerja.
UU No.13 Tahun 2003
Pasal 18
1) Tenaga kerja berhak memperoleh pengakuan
kompetensi kerja setelah mengikuti pelatihan kerja
yang di selenggarakan lembaga pelatihan kerja
pemerintah, lembaga pelatihan kerja swasta, atau
pelatihan di tempat kerja.
2) Pengakuan kompetensi kerja sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) dilakukan melalui sertifikasi
kompetensi kerja.
3) Sertifikasi kompetensi kerja sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2) dapat pula diikuti oleh
tenaga kerja yang telah berpengalaman.
4) Untuk melaksanakan sertifikasi kompetensi kerja
dibentuk badan nasional sertifikasi profesi yang
independen.
5) Pembentukan badan nasional sertifikasi profesi
yang independen sebagaimana dimaksud dalam ayat
(4) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
UU No. 20 Tahun 2003
Pasal 61
(1) Sertifikat berbentuk ijazah dan sertifikat kompetensi.
(2) Ijazah diberikan kepada peserta didik sebagai penga-
kuan terhadap prestasi belajar dan / atau
penyelesaian suatu jenjang pendidikan setelah lulus
ujian yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan yang
terakreditasi.
(3) Sertifikat kompetensi diberikan oleh penyelenggara
pendi-dikan kepada peserta didik dan warga masyarakat
sebagai pengakuan terhadap kompetensi untuk
melakukan pekerjaan tertentu setelah lulus uji
kompetensi yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan
yang terakreditasi atau lembaga sertifikasi.
(4) Ketentuan mengenai sertifikasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur lebih lanjut
dengan peraturan pemerintah.
UU No. 12 Tahun 2012
Pasal 16
(1)Pendidikan vokasi merupakan Pendidikan Tinggi program
diploma yang menyiapkan Mahasiswa untuk memilki
pekerjaan dengan keahlian terapan tertentu sampai
program sarjana terapan.
Penjelasan:
 Yang dimaksud dengan “ pendidikan vokasi ” adalah
pendidikan yang menyiapkan Mahasiswa menjadi
profesional dengan keterampilan/kemampuan kerja
tinggi.
 Kurikulum pendidikan vokasi disiapkan bersama dengan
Masyarakat profesi dan organisasi profesi yang
bertanggung jawab atas mutu layanan profesinya agar
memenuhi syarat kompetensi profesinya.
 Dengan demikian pendidikan vokasi telah mencakup
pendidikan profesinya.
Pasal 42
(1) Ijazah diberikan kepada lulusan pendidikan akademik
dan pendidikan vokasi sebagai pengakuan terhadap
prestasi belajar dan/atau penyelesaian suatu
program studi terakreditasi yang diselenggarakan
oleh Perguruan Tinggi.
Pasal 44
(1) Sertifikat kompetensi merupakan pengakuan kompetensi
atas prestasi lulusan yang sesuai dengan keahlian dalam
cabang ilmunya dan/atau memiliki prestasi di luar program
studinya.
(2) Serifikat kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diterbitkan oleh Perguruan Tinggi bekerja sama dengan
organisasi profesi, lembaga pelatihan, atau lembaga ser-
ifikasi yang terakreditasi kepada lulusan yang lulus uji
kompetensi.
(3) Sertifikat kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dapat digunakan sebagai syarat untuk memperoleh peker-
jaan tertentu.
(4) Perseorangan, organisasi, atau penyelenggara Pendidikan
Tinggi yang tanpa hak dilarang memberikan sertifikat
kompetensi.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai sertifikat kompetensi
diatur dalam Peraturan Menteri.
PP No.23 Tahun 2004
Pasal 1
1. Sertifikasi kompetensi kerja adalah proses
pemberian sertifikat kompetensi yang dilakukan
secara sistematis dan obyektif melalui uji
kompetensi yang mengacu kepada standar
kompetensi kerja nasional Indonesia dan/atau
internasional.
2. Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia
adalah rumusan kemampuan kerja yang mencakup
aspek pengetahuan, keterampilan dan/atau
keahlian serta sikap kerja yang relevan dengan
pelaksanaan tugas dan syarat jabatan yang
ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
PP No.23 Tahun 2004
Pasal 2
1. Membentuk Badan Nasional Sertifikasi Profesi
yang selanjutnya dalam Peraturan Pemerintah ini
disebut dengan BNSP.
2. BNSP merupakan lembaga yang independen dalam
melaksanakan tugasnya, dan bertanggung jawab
kepada Presiden.
PP No.23 Tahun 2004
Pasal 3
BNSP mempunyai tugas melaksanakan sertifikasi
kompetensi kerja.
Pasal 4
1. Guna terlaksananya tugas sertifikasi kompetensi
kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, BNSP
dapat memberikan lisensi kepada lembaga sertifikasi
profesi yang memenuhi persyaratan yang ditetapkan
untuk melaksanakan sertifikasi kompetensi kerja.
2. Ketentuan mengenai persyaratan dan tata cara
pemberian lisensi lembaga sertifikasi profesi
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan
lebih lanjut oleh BNSP.
PP No.31 Tahun 2006
Pasal 14
1.Peserta pelatihan yang telah menyelesaikan
program latihan berhak mendapatkan sertifikat
pelatihan dan/atau sertifikat kompetensi kerja.
2.Sertifikat pelatihan kerja diberikan oleh
lembaga pelatihan kerja kepada peserta
pelatihan yang dinyatakan lulus sesuai dengan
program pelatihan kerja yang diikuti.
3.Sertifikat kompetensi kerja diberikan oleh
BNSP kepada lulusan pelatihan dan/atau tenaga
kerja berpengalaman setelah lulus uji
kompetensi.
4. Dalam hal lembaga sertifikasi profesi tertentu
belum terbentuk maka pelaksanaan sertifikasi
kompetensi kerja sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) dilakukan oleh BNSP.
5. Pelaksanaan sertifikasi kompetensi kerja
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan ayat
(5) harus mengacu kepada pedoman sertifikasi
kompetensi kerja yang ditetapkan oleh BNSP.
6. Sertifikat pelatihan kerja diberikan oleh
lembaga Peserta pelatihan yang telah
menyelesaikan program latihan berhak
mendapatkan sertifikat pelatihan dan/atau
sertifikat kompetensi kerja.
PP No.31 Tahun 2006
Pasal 4
1. Program pelatihan kerja disusun berdasarkan
SKKNI, Standar Internasional dan/atau
Standar Khusus.
2. Program pelatihan kerja sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dapat disusun secara berjenjang
atau tidak berjenjang.
3. Program pelatihan kerja yang disusun secara
berjenjang mengacu pada jenjang Kerangka
Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI).
4. Program pelatihan kerja yang tidak berjenjang
disusun berdasarkan unit kompetensi atau
kelompok unit kompetensi.
PerPres No. 8 Tahun 2012
KKNI adalah kerangka penjenjangan kualifikasi
kompetensi yang dapat menyandingkan, menyetarakan, dan
mengintegrasikan antara bidang pendidikan dan bidang
pelatihan kerja serta pengalaman kerja dalam rangka
pemberian pengakuan kompetensi kerja sesuai dengan
struktur pekerjaan di berbagai sektor (Perpres
No.8/2012 Pasal 1(1).
 Kualifikasi adalah penguasaan capaian pembelajar-an
yang menyatakan kedudukannya dalam KKNI
(Perpres No.8/2012 Pasal 1(4).
 Capaian pembelajaran adalah kemampuan yang
diperoleh melalui internalisasi pengetahuan, sikap,
ketrampilan, kompetensi, dan akumulasi pengalam-an
kerja (Perpres No.8/2012 Pasal 1(2).
 JENJANG
KKNI KANDUNGAN UNSUR KANDUNGAN UNSUR
KUALIFIKASI KOMPETENSI EDUCATIONAL KOMPETENSI OCCUPATIONAL

S3 S3 (Terapan) Spesialis IX
9 STRATEGIKAL
S2 S2 (Terapan) VIII AHLI
KOGNITIF K
8
Profesi VII
7
S1 D IV VI MANAJERIAL
6
D III V TEKNISI /
ANALIS
5
D II IV
4
DI III SUPERVISIONAL
3 PSIKO
SMA Sekolah Menengah Kejuruan II MOTORIK
(3) (3) OPERATOR
2I
9 Tahun Pendidikan Dasar (6+3) TEKNIKAL
Pendidikan Pra Sekolah (1-2) 1
PENGEMBANGAN KARIR
(DUDI, LATKER, MASY)
JENJANG DAN PENYETARAAN
1) KKNI terdiri dari 9 jenjang kualifikasi
(jenjang 1 terendah sampai 9 tertinggi).
2) Jenjang kualifikasi dikelompokan kedalam 3
kelompok jabatan yaitu Operator, Teknisi/
Analis dan Ahli.
3) Setiap jenjang dideskripsikan dalam 3
paremater yaitu kemampuan di bidang
pekerjaan, kemampuan pengetahuan yang
harus dimiliki, dan kemampuan manajerial.
 Proses Sertifikasi
Kegiatan dimana badan atau lembaga sertifikasi
menentukan bahwa seseorang memenuhi
persyaratan sertifikasi (3.3), yang mencakup
pendaftaran, penilaian, keputusan sertifikasi,
pemeliharaan sertifikasi, sertifikasi ulang, dan
penggunaan sertifikat (3.5) maupun logo atau
penanda (mark).

 Skema Sertifikasi
Paket kompetensi (3.11) dan persyaratan spesifik
(lihat 8.3 dan 8.4) yang berkaitan dengan
kategori jabatan atau keterampilan tertentu dari
seseorang.
 Kompetensi
Kemampuan kerja setiap individu yang
mencakup aspek pengetahuan, keteram-
pilan, dan sikap kerja yang sesuai dengan
standar yang ditetapkan.

 Asesmen
Proses penilaian kepada seseorang
terhadap pemenuhan persyaratan yang
ditetapkan dalam skema sertifikasi (3.7)
untuk pengambilan keputusan sertifikasi.
 Uji Kompetensi
Tatacara yang merupakan bagian esesmen
untuk mengukur kompetensi calon peserta
sertifikasi menggunakan satu atau
beberapa cara seperti tertulis, lisan,
praktek, dan pengamatan, sebagaimana
ditetapkan dalam skema sertifikasi (3.7).

 Sertifikat Kompetensi Kerja


Proses pemberian sertifikat kompetensi yang
dilakukan secara sistematis dan obyektif
melalui uji kompetensi yang mengacu kepada
standar kompetensi kerja nasional Indonesia,
standar internasional dan/atau standar
khusus.
 Standar Kompetensi Kerja Nasional
Indonesia
Rumusan kemampuan kerja yang mencakup
aspek pengetahuan, keterampilan dan/atau
keahlian serta sikap kerja yang relevan
dengan pelaksanaan tugas dan syarat
jabatan yang ditetapkan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
 Standar Kompetensi Kerja Interna-
sional
Standar kompetensi kerja yang dikembangkan dan
ditetapkan oleh suatu organisasi multinasional dan
digunakan secara internasional

 Standar Kompetensi Kerja Khusus


Standar kompetensi kerja yang dikembangkan dan
digunakan oleh organisasi untuk memenuhi tujuan
organisasinya sendiri dan/atau untuk memenuhi
kebutuhan organisasi lain yang memiliki ikatan
kerja sama dengan organisasi yang bersangkutan
atau organisasi lain yang memerlukan
Untuk Industri/Institusi:
1. Membantu industri/institusi meyakinkan kepada
kliennya bahwa produk/jasanya telah dibuat oleh
tenaga yang kompeten.
2. Membantu industri/institusi dalam rekruitmen dan
mengembangkan tenaga berbasis kompetensi 
meningkatkan efisiensi pengembangan SDM
efisiensi nasional.
3. Memastikan industri/institusi mendapatkan tenaga
yang kompeten.
4. Membantu industri/institusi dalam sistem
pengembangan karir dan renumerasi tenaga
berbasis kompetensi.
5. Memastikan dan meningkatkan produktivitas.
Untuk tenaga kerja:
• Membantu tenaga kerja meyakinkan kepada organisasi/
industri/institusi/kliennya bahwa dirinya kompeten dalam
bekerja untuk menghasilkan produk barang dan/atau jasa.
• Membantu tenaga kerja dalam merencanakan karirnya.
• Membantu tenaga kerja dalam mengukur tingkat pencapaian
kompetensi dalam proses belajar di lembaga formal maupun
secara mandiri.
• Membantu tenaga kerja dalam memenuhi persyaratan regulasi.
• Membantu pengakuan kompetensi lintas sektor dan lintas
negara
• Membantu tenaga kerja dalam promosi profesinya dipasar
tenaga kerja
Untuk LEMDIKLAT:
• Membantu memastikan link and match antara kompetensi
lulusan dengan tuntutan kompetensi dunia industri/ institusi.
• Membantu memastikan pencapain hasil diklat yang tinggi.
• Membantu Lemdiklat dalam sistem asesmen baik formatif,
sumatif maupun holistik yang dapat memastikan dan
memelihara kompetensi peserta didiknya selama proses diklat.
Untuk Pemerintah:
• Membantu memastikan pencapaian program
pengembangan SDM pada sektornya/lapangan
usaha.
• Membantu memastikan kesesuaian sistem
pembinaan dan pengendalian SDM dalam sek-
tornya/lapangan usaha.
• Membantu memastikan sasaran perencanaan
program pembangunan pada sektornya/lapangan
usaha.
Sistem sertifikasi kompetensi profesi nasional
adalah kumpulan prosedur dan sumber daya
untuk melakukan proses sertifikasi sesuai
dengan skema sertifikasinya, untuk menerbit-
kan sertifikat kompetensi kerja termasuk
pemeliharaannya.
SISTEM SERTIFIKASI KOMPETENSI PROFESI NASIONAL
5. INFORMASI SERTIFIKASI
ASOSIASI PROFESI

ASOSIASI INDUSTRI
4. HARMONISASI MRA
BKSP SERTIFIKASI
K/L

SDM SDM
TERLATIH &/ KOMPETEN
PENGALAMAN C 3. PELAKSANAAN SERTIFIKASI KOMPETENSI PROFESIONAL,
DAN DIAKUI
SKKNI

1. KELEMBAGAAN LSP P1,


2. LISENSI BNSP
LSP P2,
LSP P3
KEPADA LSP

CLSP
TUK
SDM

6. PENGENDALIAN MUTU SERTIFIKASI


1. Subsistem Pembentukan
Kelembagaan
Komponen subsistem pembentukan kelembagaan

Fasilitasi
Lembaga
Pembentuk
LSP Koordinasi
Pembentukan sertifikasi
dengan
TUK kelembagaan
daerah

Pemben- Koordinasi
Pengembangan dukungan
SDM-LSP tukan instansi teknis
LSP terkait

MENUJU LISENSI
1.LSP pihak ketiga
LSP yang didirikan oleh asosiasi industri dan/atau
asosiasi profesi dengan tujuan melaksanakan
sertifikasi kompetensi kerja untuk sektor dan atau
profesi tertentu sesuai ruang lingkup yang diberikan
oleh BNSP.

2.LSP pihak kedua


LSP yang didirikan oleh industri atau instansi
dengan tujuan utama melaksanakan sertifikasi
kompetensi kerja terhadap sumber daya manusia
lembaga induknya, sumber daya manusia dari
pemasoknya dan /atau sumber daya manusia dari
jejaring kerjanya, sesuai ruang lingkup yang
diberikan oleh BNSP.
3.LSP pihak kesatu industri
LSP yang didirikan oleh industri atau instansi
dengan tujuan utama melaksanakan sertifikasi
kompetensi kerja terhadap sumber daya manusia
lembaga induknya, sesuai ruang lingkup yang
diberikan oleh BNSP.

4.LSP pihak kesatu lembaga pendidikan dan /atau


pelatihan
LSP yang didirikan oleh lembaga pendidikan dan atau
pelatihan dengan tujuan utama melaksanakan sertifikasi
kompetensi kerja terhadap peserta
pendidikan/pelatihan berbasis kompetensi dan /atau
sumber daya manusia dari jejaring kerja lembaga
induknya, sesuai ruang lingkup yang diberikan oleh BNSP.
Menyiapkan SDM LSP yang Kompeten

1) Unsur Pengarah LSP


2) Unsur Pelaksana LSP
3) Pengembang Dokumen SMM-LSP
4) Asesor kompetensi
5) Auditor SMM
6) Pengembang skema sertifikasi
7) Pengembang TUK
Memiliki TUK (PBNSP 206: 2014)
TUK-TEMP KERJA (4.3) TUK – SEWAKTU (4.4) TUK – MANDIRI (4.5)
TUK yang merupakan TUK bukan di tempat TUK bukan di tempat
bagian dari industri kerja yang digunakan kerja yang bermitra
dimana proses produksi sebagai tempat uji secara dengan LSP untuk
dilakukan. insidentil. (3.11) digunakan sebagai tempat
Catatan: Pelaksanaan uji Catatan: uji secara berkelanjutan.
di tempat kerja dilakukan TUK sewaktu dapat (3.12)
pada saat peserta berupa, namun tidak Catatan:
sertifikasi bekerja dalam terbatas pada, ruang 1.TUK mandiri umumnya
proses produksi (3.10) pertemuan yang dimiliki oleh lembaga
dilengkapi dan ditata pendidikan dan pelatihan,
sesuai persyaratan yang kemudian menjalin
tempat uji, fasilitas kemitraan dengan LSP
pendidikan dan pelatihan pihak ketiga.
yang memenuhi 2. TUK yang digunakan
persyaratan tempat uji oleh LSP pihak kesatu
atau fasilitas produksi atau LSP pihak kedua
yang sedang tidak yang mempunyai hubungan
digunakan untuk proses kesamaan kepemilikan
produksi. tidak termasuk dalam
kelompok TUK mandiri.
1. Pastikan dukungan dan Fasilitasi

Kementerian/Instansi Teksnis 5. Susun Dokumen


SMM-LSP
(PBNSP 201 & 202)
Asosiasi Asosiasi
Industri Profesi

6. Siapkan Sarana dan


2. Perangkat Kerja LSP
Komitmen
Stakeholder

3. Bentuk
Panitia Kerja
LSP
4. Pastikan Legalitas LSP
melalui Notaris dan/atau
SK Pimpinan Lembaga
1. Pastikan dukungan dan Fasilitasi

Kementerian/Instansi Teksnis 5. Susun Dokumen


SMM-LSP
(PBNSP 201 & 202)
Pimpinan
Pihak pihak
Satuan
Terkait
Pendidikan

6. Siapkan Sarana dan


2. Perangkat Kerja LSP
Komitmen
Stakeholder

3. Bentuk
Panitia Kerja LSP
4. Pastikan Legalitas LSP
( SK Pimpinan LDP)
2. Subsistem Lisensi LSP
Komponen Subsistem Lisensi LSP

Pengelolaan
Lisensi LSP

Asesmen
Surveilan dan Re-
asesmen

Witness
PENGELOLAAN LISENSI LSP
Pengakuan formal dan pemberian
lisensi lembaga-lembaga sertifi-
P kasi profesi melalui proses
lisesnsi oleh BNSP yang menya-
takan bahwa LSP telah memenuhi
persyaratan untuk melakukan
kegiatan sertifikasi profesi
PROSES LISENSI LSP

MEMBENTUK

5

REKOMENDASI
6
MENUNJUK
ASESOR LAPORAN 4
ASESMEN
PANITIA TEKNIK* 7
2

TIM ASESOR LISENSI


1

MENGAJUKAN
ASESMEN/
PERMOHONAN SURVAILEN 8
RE-ASESMEN

LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI


3. Subsistem pelaksanaan sertifikasi
kompetensi
KOMPONEN SUBSISTEM PELAKSANAAN SERTIFIKASI KOMPETENSI

PENGEMBAN
GAN SKEMA
SERTIFIKASI

ASEMEN
KAJI ULANG
SKEMA KOMPETEN
VERIFIKASI SI
SKKNI/STANDAR
KOMPETENSI
INTERNASIONAL/
STANDAR KHUSUS

RE-
SERTIFIKASI SURVEILAN
- RCC
Verifikasi Standar Kompetensi ?
Standar Kompetensi adalah pernyataan
yang menguraikan keterampilan dan/
atau keahlian, pengetahuan dan sikap
yang harus dilakukan saat bekerja
serta penerapannya, sesuai dengan
persyaratan yang ditetapkan oleh
tempat kerja (industri).
STANDAR KOMPETENSI SKKNI
 Dibuat oleh industri/instansi
 Menggambarkan pengetahuan,
keterampilan maupun sikap yang
disyaratkan dalam pekerjaan di
industri
 Merupakan pedoman dasar
pelatihan, untuk menentukan
kualifikasi maupun penilaian
 Merupakan pedoman bagi pelatih
maupun evaluator terhadap
penyelenggaraan dan penilaian
pelatihan
KOMPONEN-KOMPONEN STD KOMPETENSI KERJA

ASPEK
KRITIS

PENGETAHUAN

KOMPETENSI KERJA

KEAHLIAN SIKAP KERJA

ASPEK ASPEK
KRITIS KRITIS

ASPEK = INDIKATOR KUAT UNTUK DAPAT MELAKUKAN SUATU PEKERJAAN


KRITIS
AGAR BERHASIL
Cakupan pengetahuan dalam kompetensi
 Pendidikan formal yang
sesuai dengan profesi;

 Pelatihan yang sesuai


dengan profesinya;

 Pengetahuan yang didapat


dari pengalaman kerja.
Cakupan keahlian/keterampilan dalam kompetensi
 Keterampilan melaksanakan
pekerjaan (Task Skill),
 keterampilan mengelola pekerjaan
(Task Management Skill),
 keterampilan mengantisipasi
Kemungkinan (Contingency
Management Skill),
 keterampilan mengelola lingkungan
kerja (Job/Role Environment
Skill),
 keterampilan beradaptasi
(Transfer Skills)  skill for
employability)
Cakupan sikap kerja dalam kompetensi
 Kemampuan manajerial dan
tingkat tanggung jawab sesuai
tingkat yang ada dalam rumusan
generik KKNI (seuai levelnya).

 Memiliki sikap (soft skill) khusus


untuk melakukan perannya dalam
Du/Di atau sikap yang harus
dimiliki untuk bisa menjalankan
tugas dengan baik.
Format Unit Kompetensi RMCS
KODE UNIT : KBLUI

JUDUL UNIT : Dibuat dalam kalimat aktif


DESKRIPSI UNIT :
ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA

1. …… ( Kalimat Aktif ) Memuat KSA( Pengetahuan, Keterampilan/


keahliah dan Sikap Kerja ) dengan
menggunakan kalimat Pasif

2. ……( Kalimat Aktif ) ……..Kalimat pasif

3. dstnya……………. Dst ……………….

RENTANG VARIABEL ( Konteks variabel, tugas yang harus dilaksanakn,


perlengkapan, & peraturn )
PANDUAN PENILAIAN ;( Prosedr & Unit komp terkait, Kondsi pengujian,
K, S & A )
Judul Unit Kompetensi : Membuat Fillet Ikan
Kode Unit Kompetensi : PBL.PP02.008.01
Deskripsi Unit Kompetensi : Unit ini berhubungan dengan pengetahuan, keteram-
pilan/ keahlian dan sikap kerja yang dibutuhkan dalam
membuat Fillet Ikan pada industri pengolahan dan
pengawetan ikan dan biota perairan lainnya.
Elemen Kompetensi Kriteria Unjuk Kerja
1. Menyiapkan alat dan 1. Alat dan bahan diidentifikasi
bahan 2. Alat dan bahan disiapkan
2. Memfilet Ikan 1. Ikan difillet
2. Fillet ikan ditentukan nilai
tambahnya
3. Fillet ikan dibekukan
4. Fillet ikan dikemas
5. Fillet ikan disimpan.
Tugas–tugas
utk
menghasilkan
produk/jasa
Kinerja yang
Rincian kegiatan berupa terukur dan dpt
Unit – unit langkah – langkah / prosedur. diobservasi
Dapat berupa proses
kompetensi manajemen atau proses
produksi Barang / Jasa

Elemen
Kompetensi Kontekstual di
tempat kerja
Kriteria
Unjuk Deskripsi aspek
Kerja kritis pengetahuan
dan ketrampilan
penting untuk
Batasan asesmen
Variabel

Panduan
Penilaian
Pengembangan skema
sertifikasi
STATUS PENERAPAN
• COMPULSARY (Wajib): Pemerintah dapat
menerapkan apabila berkaitan dengan
keselamatan, keamanan dan mempunyai
potensi perselisihan besar di masyarakat)
• ADVISORY (Disarankan): Biasanya dilaku-
kan pemerintah sebagai masa transisi
menuju wajib.
• VOLUNTARY (Sukarela)
Jenis-jenis Skema Sertifkasi

Skema Sertifikasi Kerangka


Kualifikasi Nasional Indonesia

Skema Sertifikasi Okupasi Nasional

Skema Sertifikasi Klaster


(1) Skema Sertifikasi KKNI
JENJANG KANDUNGAN UNSUR KANDUNGAN UNSUR
KUALIFIKASI KOMPETENSI EDUCATIONAL KOMPETENSI OCCUPATIONAL

S3 S3 (Terapan) Spesialis IX
9 STRATEGIKAL
S2 S2 (Terapan) VIII AHLI
KOGNITIF K
8
Profesi VII
7
S1 D IV VI MANAJERIAL
6
D III V TEKNISI /
ANALIS
5
D II IV
4
DI III SUPERVISIONAL
3 PSIKO
SMA Sekolah Menengah Kejuruan II MOTORIK
(3) (3) OPERATOR
2I
9 Tahun Pendidikan Dasar (6+3) TEKNIKAL
Pendidikan Pra Sekolah (1-2) 1
PENGEMBANGAN KARIR
(DUDI, LATKER, MASY)
Skema sertifikasi KKNI
9

8 SKKNI SKKNI
6 6
7

6 Sertifikat 6
SKKNI SKKNI
5 6 5
4

SKKNI + Pre-
3 requisites
5
2

1
KUALIFIKASI : Level II
JABATAN : TEKNISI AKUTANSI YUNIOR
NO KODE UNIT JUDUL UNIT
1 M.692000.001.02 Menerapkan Prinsip Praktik Profesional
dalam Bekerja
2 M.692000.002.02 Menerapkan Praktik - praktik Kesahatan
dan Keselamatan di Tempat kerja
3 M.692000.007.02 Memproses Entry Jurnal
4 M.692000.008.02 Memproses Buku Besar
5 M.692000.013.02 Menyusun laporan Keuangan
6 M.692000.022.02 Mengoperasikan Paket Program Pengolah
Angka /Spreadsheet
7 M.692000.023.02 Mengoperasisikan Aplikasi Komputer
Akutansi
(2) Skema sertifikasi OKUPASI

Skema SKKNI SKKNI


3 6
Sertifikasi
Kualifikasi
Okupasi SKKNI
SKKNI
Nasional 7 4

SKKNI + Pre-
requisit
6 es
SKEMA SERTIFIKASI OKUPASI NASIONAL

 Jabatan Fungsional
Contoh
• Dibuat oleh Otoritas
 Asesor
nasional
 Analis • Berlaku nasional dan
 Jabatan Struktural harmonis dengan
Contoh: skema sertifikasi
 Manager internasional
 Direktur
 Supervisor
 Team Leader
(3) Skema sertifikasi Klaster

SKKNI SKKNI 2
3

Skema
sertifikasi SKKNI 5
SKKNI
4
klaster

SKKNI + Pre-
6 requisites
SKEMA SERTIFIKASI KLASTER

 Dikembangkan sesuai kebutuh-


an industri.
 Dibuat oleh Komite Skema LSP
yang mewakili para pemangku
kepentingan (stakeholders).
A.KLASTER : PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN BERBASIS SAK ETAP

NO KODE UNIT JUDUL UNIT


1 M.692000.001.02 Menerapkan Prinsip Praktik Profesional dalam
Bekerja
2 M.692000.002.02 Menerapkan Praktik - praktik Kesahatan dan
Keselamatan di Tempat kerja
3 M.692000.007.02 Memproses Entry Jurnal
4 M.692000.008.02 Memproses Buku Besar
5 M.692000.013.02 Menyusun laporan Keuangan

B.KLASTER : MENGOPERASIKAN APLIKASI AKUTANSI BERBASIS KOMPUTER

NO KODE UNIT JUDUL UNIT


1 M.692000.022.0 Mengoperasikan Paket Program Pengolah Angka
2 /Spreadsheet
2 M.692000.023.0 Mengoperasisikan Aplikasi Komputer Akutansi
2
KLASTER : ASESOR KOMPETENSI

NO KODE UNIT JUDUL UNIT


1 P.854900.041.01 Merencanakan dan Mengorganisasikan Asesmen
(TAAASS401C)
2 P.854900.042.01 Mengases Kompetensi
(TAAASS402C)
3 P.854900.043.01 Mengembangkan Perangkat Asesmen
(TAAASS403B)
SKEMA SERTIFIKASI
JENIS URAIAN
SKEMA
KKNI 1. Bersifat Nasional
2. Jenjang Kualifikasi terdiri dari 9 Level
3. Setiap Level disusun dengan sejumlah unit kompetensi
berdasarkan Deskripsi KKNI
4. Ditetapkan oleh Otoritas Kompeten
OKUPASI atau 1. Bersifat Nasional
JABATAN 2. Dapat berupa Jabatan Fungsional atau Struktural yang
NASIONAL merujuk pada Standar Jabatan Nasional atau Internasional
3. Setiap Jabatan disusun dengan sejumlah Unit Kompetensi
sesuai dengan Standar Jabatan Nasional atau Internasional
4. Ditetapkan oleh Otoritas Kompeten

KLASTER 1. Bersifat lokal, sesuai kebutuhan khusus pada suatu industri


2. Setiap Klaster disusun dengan sejumlah Unit Kompetensi
yang sesuai dengan kebutuhan Industri
3. Ditetapkan oleh Komite Skema LSP bersama Industri
Pengguna
4. Nama Skema Klaster tidak boleh sama dengan nama skema
okupasi nasional
Asesmen Kompetensi
ASESMEN KOMPETENSI OLEH BNSP

BNSP

Lisensi
Pengujian untuk
bidang yang
LSP belum/tidak ada
Industri/Institusi LSP nya
Penilaian

Peserta Uji Kompetensi


Lembaga Diklat Uji ( TUK )

Lulus Uji
Masyarakat
Memiliki
Sertifikat DPasar Kerja
Kompetensi
Proses sertifikasi ? Apa yang diujikan ?
PESERTA SERTIFIKASI STANDAR KOMPETENSI
KOMPETENSI KERJA KERJA

SKEMA SERTIFIKASI

ASESMEN
KOMPETENSI PERANGKAT/MATERI UJI
KOMPETENSI

PENGUJI TEMPAT UJI


KOMPETENSI
Precision OK, but accuracy O
Near enough Precision & accuracy OK

“Near enough” is responsible for many failures


MIS
MATCH
PENDIDIKAN & DUNIA USAHA &
PELATIHAN INDUSTRI
SDM CERDAS &
BERMARTABAT

DUNIA KERJA

LINK
&
MATCH

DUNIA PENDIDIKAN PELATIHAN KERJA


1. Sertifikasi terhadap
kompetensi profesi: dilakukan
oleh Lembaga Sertifikasi
Personil/Profesi, berlaku
apabila masih kompeten.
2. Sertifikasi untuk mendapat status
profesi: dilakukan organisasi
profesi, biasa disebut juga
lisensi/registrasi profesi.
3. Sertifikat pelatihan: oleh lembaga
pelatihan, biasa disebut juga
Certificate of Attainment, berlaku
selamanya
PROSES GENERIK ASESMEN KOMPETENSI

MEMBENTUK 6
LSP
7 MENUNJUK LAPORAN 5
REKOMENDASI ASESOR ASESMEN
3
KOMITE TEKNIK
TIM ASESOR KOMPETENSI 8

1
ASESMEN
MENGAJUKAN
PERMOHONAN 4

PESERTA di TUK SURVAILEN 9

2
MEMILIH TUK

PESERTA UJI KOMPETENSI


4. Subsistem Harmonisasi
Komponen Subsistem Harmonisasi SERTIFIKASI

Harmonisasi
sertifikasi
lintas negara

Harmonisasi
sertifikasi
lintas sistem
sertifikasi

Harmonisasi
sertifikasi
lintas sektor
HARMONISASI GLOBAL
• Transparansi
• Ekivalensi
• Harmonisasi

MRA
MRA
(Mutual Recognition Arrangement)

• APA ITU ???


Kesepakatan diantara dua pihak atau lebih untuk
saling mengakui atau menerima beberapa atau
keseluruhan (standar atau sistem sertifikasi)

• Tujuan
Memberikan kemudahan perdagangan dan
melancarkan kegiatan ekonomi antar berbagai
pihak melalui keberterimaan kompetensi SDM
dalam hal satu standar, satu pengujian, satu
sertifikasi, dan apabila sesuai, satu penandaan
TIPE PROSES HARMONISASI
1. Kerjasama dengan mitra bisnis (cooperation):
• kerjasama pemerintah bilateral, regional
dan multilateral.
• Kerjasama antar lembaga penilaian
kesesuaian (Conformity Assessment Body).
2. Notifikasi
• Apabila negara menerapkan sertifikasi
wajib (compulsary).
• Seharusnya negara membentuk Notification
Body/National Enquiry Points
Lima Aliran Bebas (Free Flow) Barang dan Jasa Dalam
Implementasi MEA 2015

Bea masuk turun ke 0% pada


2010 (kecuali CLMV pada
Mendorong dan 2015)
melindungi investasi
antar negara ASEAN
atas dasar perlakuan
Nasional.
Mengijinkan saham
asing sampai 70%

Mutual Recognition
Mendorong hubungan
Arrangement (MRA) untuk 8
pasar modal dan
jasa profesi
pengembangan pasar
saham.
Implementasi MEA 2015 Pada Tahap Awal
Di Prioritaskan Pada 12 Sektor
5. Subsistem Informasi
Sertifikasi
KOMPONEN SUBSISTEM PENGEMBANGAN INFORMASI
DAN KOMUNIKASI SERTIFIKASI
6. Subsistem Pengendalian Mutu
Sertifikasi
KOMPONEN SUBSISTEM PENGENDALIAN MUTU SERTIFIKASI

Pengembangan sistem
dan Pedoman
manajemen mutu
sertifikasi

Penerapan sistem
Kaji ulang
manajemen mutu
manajemen sertifikasi

Penanganan Banding
dan keluhan
Audit internal

Monitoring dan
investigasi
Hasil Pengendalian Mutu Sertifikasi
 Memastikan Sistem Manajemen Mutu
terdokumentasi dan diterapkan secara
konsisten.
 Monitoring dan evaluasi pelaksanaan
sistem sertifikasi.
 Kaji ulang sistem sertifikasi.
 Peningkatan berlanjut
Verifikasi Standar Kompetensi
 Identifikasi peluang peningkatan mutu
atau pengembangan ruang lingkup 
revisi standar, penambahan ruang
lingkup standar.
 Verifikasi: standar internasional, dan
standar khusus dalam rangka
pengembangan standar kompetensi
Latihan 1
1. Sebutkan landasan hukum penggelolaan
dan penyelenggaraan sistem sertifikasi
kompetensi kerja nasional ?
2. Apa yang dimaksud dengan kompetensi ? Dan
apa pula asesmen ?
3. Sebutkan secara ringkas apa tujuan dan
manfaat sertifikasi kompetensi kerja oleh
BNSP ?
4. Uraikan secara ringkas langkah–langkah
proses lisensi LSP oleh BNSP ?
5. Uraikan secara ringkas apa yang dimaksud
dengan sistem nasional sertifikasi profesi?
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai