Anda di halaman 1dari 8

DI SUSUN OLEH KELOMPOK 3:

Muhammad Irawan :170801072


Salimmudin :170801075
Trio Panuntun :170801082
Muhajir :170801083
Rafika Della :170801085
Zarmiati :170801086
Cut Roza Novianita :170801087
Asraf Rahmatul Hadi :170801100
Bayhaqi :170801103
Egi Suhelfi :170801104
Rio Ardian :170801105
Reformasi bergulir di Indonesia dengan di motori oleh mahasiswa
dan tokoh-tokoh bangsa ini yang merasa bahwa krisis yang
melanda negara ini di awali dari krisis ekonomi ternyata telah
membawa kita pada krisis yang lebih besar seperti krisis politik,
kepemimpinan dan akhirnya pada suksesi atau pergantian
kepemimpinan secara nasional. Tentu telah banyak korban yang
berguguran dalam proses reformasi tersebut semisal contoh
mahasiswa trisakti yang menjadi korban dalam tragedi semanggi
I-II, kerusuhan masa yang anakis dan rutal dengan melakukan
penjarahan, pemerkosaan, pengerusakan fasilitas-fasilitas umum
di Jakarta, Solo, Medan, dan kota-kota lain di Indonesia. Semangat
dan jiwa reformasi yang digulirkan menjadi kacau dan tidak tentu
arah dan justru malah menodai nilai dan tujuannya sendiri. Tentu
ini menjadi tanda tanya besar ketika semangat untuk meluruskan
dan mengembalikan tatanan negara ini menjadi lebih baik justru
di lapangan justru kita temui hal yang kontraproduktif.
Salah satu tujuan reformasi dibidang politik dan
hukum adalah mengembalikan UUD 1945 dan
pancasila sebagai falsafah dasar kehidupan bangsa
dan bernegara. Kita dapat mengetahui dengan
seksama bahwa dalam pelaksanaan UUD 1945 dan
pancasila dalam masa orma dan orba terjadi
penyimpangan oleh oknum-oknum penyelenggara
pemerintah. Sehingga dalam pelaksanaan berpolitik
dan berpemerintahan hanya menjadi senjata dan
dalil pembenaran dari semua tujuan penguasa untuk
melanggengkan dan menikmati kekuasaan sehingga
muncul pemerintahan yang lalu seperti otoriter
absolut, terpimpin, dan KKN dalam kekuasaan.
Reformasi merupakan suatu perubahan yang bertujuan untuk memperbaiki kerusakan-
kerusakan yang diwariskan oleh Orde Baru atau merombak segala tatanan politi, ekonomi,
social dan budaya yang berbau Orde baru. Atau membangun kembali, menyusun kembali.
Dalam rangka menanggapi tuntutan reformasi dari masyarakat dan agar dapat mewujudkan
tujuan dari reformasi tersebut maka B.J.Habibie mengeluarkan beberapa kebijakan, antaranya:
1. Kebijakan dalam bidang politik dan hukum.
2. Membentuk kabinet reformasi pembangunan.
3. Mengatasi masalah dwifungsi ABRI.
4. Mengadakan sidang istimewa.
5. Kebijakan dalam bidang ekonomi.
6. Kebebasan berpendapat dalam pers.
7. Pelaksanaan pemilu
 Periode reformasi bermula ketika presiden Soeharto turun dari kekuasaan 21 mei 1998.
Sejak itu hari demi hari ada tekanan atau desakan agar diadakan pembaharuan kehidupan
politik kearah yang lebih demokratis.
 Pemerintah yang dipimpin oleh Bj. Habibie dan parlemen mengeluarkan UU No 2/1999
tentang partai politik, perubahan yang didambakan adalah mendirikan sistem partai-
partai politik yang tidak memberi peluang kepada eksekutif untuk menjadi terlalu kuat.
Sebaliknya, kekuatan eksekutif dan legislatif diharapkan menjadi setara sebagaimana
diamanatkan dalam UUD 1945.
 Partai politik yang mendaftarkan diri ke departemen kehakiman berjumlah 141. tetapi
setelah diseleksi tidak semua dapat mengikuti pemilihan umum 1999. Partai politik yang
memenuhi syarat hanya 48 saja. Hasil pemilihan umum 1999 menunjukkan bahwa tidak
ada partai yg secara tunggal mendominasi pemerintahan yang memegang posisi
mayoritas mutlak yg dapat mengendalikan pemerintahan.
 PDIP memperoleh suara dan kursi paling banyak (35.689.073 suara dan 153 kursi)
ternyata tidak dapat menjadikan Megawati Soekarnoputri sebagai presiden RI yang ke 4.
dengan adanya partai islam dalam beberapa partai baru menjadi kubu tersendiri di
DPR, posisi PDIP menjadi kalah kuat dan akibatnya yang dipilih oleh MPR menjadi
presiden adalah pendiri PKB, partai yg di DPR hanya memperoleh 51 kursi yaitu KH
Abdurrahman Wahid.
Nama partai Perolehan Persentase Perolehan persentase
suara kursi
PDIP 35.689.073 33,74 153 33,11
Golkar 23.741.749 22,44 120 25,97
PPP 11.329.905 10,71 58 11,55
PKB 13.336.982 12,61 51 11,03
PAN 7.528.956 7,12 34 7,35
PBB 2.049.708 1,93 13 2,81
Keenam partai yang disebutkan diatas dengan sendirinya dapat mengikuti pemilihan umum 2004,
tanpa diverivikasi lagi.
Menjelang pemilihan umum 2004 juga bermunculan lagi partai-partai baru, bertambah lagi sampai
237 partai yang terdaftar didapertemen kehakiman dan Hak Asasi Manusia.
Dalam usaha mengurangi jumlah partai, ditentukan juga persyaratan yang dinamakan Electoral
Threshold yang berarti keadaan yang harus dipenuhi oleh partai politik atau gabungan partai
politik yang boleh mengajukan calon presiden dan wakil presiden . Ada dua tahap yang harus
mereka lalui untuk dapat menjadi peserta pemilihan umum 2004 yaitu ;
* Seleksi yang dilakukan oleh dapertemen kehakiman dan HAM
* Seleksi yang dilakukan oleh komisi pemilihan umum
Selain kuantitas ada hal lain yang patut dicatat dari kehidupan kepartaian di indonesia
pada masa ini, yaitu ; hal pertama, yang berkenaan dengan konsolidasi internal. Kedua,
berkenaan dengan adanya kebebasan dalam hal asas. Ketiga, berkenaan dengan hubungan sipil-
militer. Keempat, berkenaan dengan masuknya orang-orang yang bukan berlatar belakang politik
menjadi elit partai politik .
Pemilihan umum yang dilaksanakan 7 juni 1999 itu juga memunculkan hasil yang
polanya mirip dengan pemilihan umum 1955, yaitu hanya ada sejumlah kecil partai politik yang
memperoleh dukungan besar. Seperti 5 partai tersebut yaitu Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan (PDIP), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Partai Golkar, Partai Persatuan Pembangunan
(PPP), dan Partai Amanat Nasional (PAN).
Seperti pemilihan umum 1999, hasil pemilihan umum 2004 juga mengeliminasi sejumlah partai
dan memunculkan beberapa partai besar. Ada 7 partai yang sama sekali tidak memperoleh kursi,
dan 10 partai lainnya memperoleh kursi tetapi tidak memenuhi electoral threshold . 7 dan 10
partai yang tidak memenuhi electoral threshold tersebut jelas tidak dapat mengikuti pemilihan
umum 2009 kecuali harus memenuhi ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh undang-undang.
Tahun Pemilihan penduduk Pemilih Yang Gunakan % Terhadap Suara Sah %Terh adap % Sah
Terdaftar Hak Pemilih Pemilih Terhadap Yang
Gunakan Hak

1955 77,9 43,1 39,4 91 37,9 88 96

1971 114 58,6 58,2 99 54,7 93 94

1977 128 70,4 68,0 97 64,0 91 94

1982 146,5 82,1 78,2 95 75,1 92 96

1987 162,9 94,0 90,4 96 85,8 91 95

1992 177,6 107,6 102,3 95 97,8 91 96

1997 196,3 124,7 117,5 94 113 90 96

1999 209,4 118,2 116,3 98,4 105,8 89 90,2

2004(legislatif) 216 148 124,42 84 113,49 76 91

20049(pilpres I) 216 150,5 119,5 79,4 118,7 78,3 99,3

2004(pilpres II) 216 150,6 116,6 77,4 114,3 75,9 98

Anda mungkin juga menyukai