Anda di halaman 1dari 25

PARKINSON DESEASE

(Referat)

Oleh:
EKTI JUWITA
16360286

Pembimbing:
dr. Joyce Kambodji, Sp.S.

KEPANITRAAN KLINIK SENIOR ILMU PENYAKIT SARAF


UNIVERSITAS MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG
RSUD KABANJAHE
TAHUN 2018
Pendahuluan
• Penyakit Parkinson adalah penyakit neurodegeneratif yang bersifat
kronis progresif, merupakan penyakit terbanyak kedua setelah
demensia Alzheimer. Penyakit ini memiliki dimensi gejala yang sangat
luas sehingga baik langsung maupun tidak langsung mempengaruhi
kualitas hidup penderita maupun keluarga.

• Penyakit Parkinson pertama kali diuraikan dalam sebuah monograf oleh


James Parkinson seorang dokter di London, Inggris, pada tahun 1817. Di
dalam tulisannya, James Parkinson mengatakan bahwa penyakit (yang
akhirnya dinamakan sesuai dengan namanya) tersebut memiliki
karakteristik yang khas yakni tremor, kekakuan dan gangguan dalam
cara berjalan (gait difficulty).
Anatomi otak
Definisi
• Penyakit Parkinson
Merupakan bagian dari parkinsonisme yang secara patologis
ditandai dengan degenerasi ganglia basalis terutama di substansia
nigra pars kompakta (SNc) yang disertai dengan adanya inklusi
sitoplasmik eosinofilik (lewy bodies). Disebut juga Parkinsonisme
idiopatik atau primer.

• Parkinsonisme
Adalah sindrom yang ditandai dengan adanya tremor waktu
istirahat, rigiditas, bradikinesia dan hilangnya reflex postural akibat
penurunan kadar dopamine oleh berbagai macam sebab. Disebut juga
dengan sindrom Parkinson
Penyakit Parkinson terjadi di seluruh
AMERIKA SERIKAT dunia. 5 – 10 % orang yang terjangkit
500.000 penduduk penyakit parkinson, gejala awalnya
muncul sebelum usia 40 tahun, tapi
menderita parkinson
rata-rata menyerang penderita pada
usia 65 tahun.
EROPA Perbandingan laki-laki dan wanita 3:2

0,6 % pada usia 60 – 64 tahun

3,5 % pada usia 85 – 89 tahun Epidemiologi

INDONESIA
dengan jumlah penduduk 210 juta orang,
diperkirakan ada sekitar 200.000-400.000
penderita

Rata-rata usia penderita di atas 50 tahun


KLASIFIKASI

Primer/Idiopatik/Paralisis Agitans/Shaking Palsy


• Bentuk sindrom parkinson yang kronis yang paling sering dijumpai
yang disebut juga paralisi agitans. penyebab tidak diketahui (idiopatik)

Sekunder/simptomatik
• post infeksi ( ensepalitis, sifilis meningovaskular, tuberkulosis ), post
trauma ( sering pada petinju ), drug induce( sering obat-obatan psikosis
misalnya : Chlorpromazin, Petidin, Fenotiazin, Reserfin, Tetrabenazin ),
Toksik(misalnya CO, mangan, karbon disulfida ).

Parkinson Plus (disebut juga sebagai Paraparkinson)


• Gejala parkinson hanya merupakan sebagian dari gambaran penyakit
keseluruhan.
Etiologi
• Insiden meningkat dari 10 per 10.000
penduduk pada usia 50 sampai 200 dari
10.000 penduduk pada usia 80 tahun. Hal ini
berkaitan dengan reaksi mikrogilial yang
mempengaruhi kerusakan neuronal, terutama
Usia pada substansia nigra, pada penyakit
parkinson..

• Faktor resiko yang mempengaruhi


perbedaan angka secara geografis ini
termasuk adanya perbedaaan genetik,
kekebalan terhadap penyakit dan paparan
Geografi terhadap faktor lingkungan.
• Penelitian menunjukkan adanya mutasi genetik
yang berperan pada penyakit Parkinson yaitu
mutasi pada gen a-sinuklein pada lengan panjang
kromosom 4 (PARK1) pada pasien dengan
Parkinsonism autosomal dominan. Pada pasien
Genetik dengan autosomal resesif parkinson, ditemukan
delesi dan mutasi point pada gen parkin (PARK2)
di kromosom 6.

• Xenobiotik, pekerjaan, infeksi, diet, trauma kepala,


Faktor stres dan depresi
Lingkungan
PATOFISIOLOGI

Patofisiologi parkinson juga dapat digambarkan berupa


meningkatnya jalur Indirect pada basal ganglia. Diketahui bahwa
ada 2 jalur pada basal ganglia yaitu direct pathway dan indirect
pathways. Dopamine bekerja untuk mengaktivasi direct pathway
dan menghambat indirect pathway, sedangkan pada parkinson
tidak terjadi mekanisme tersebut. Kelainan utama pada penyakit
Parkinson yang idiopatik maupun pada postensefalitik adalah
hilangnya sel-sel berpigmen di substansia nigra dan nukleus
berpigmen lainnya (locus ceruleus, nukleus motorik dorsalis vagus).
Dengan berkurang atau hilangnya sel-sel neuron dopaminergik di
substansia nigra, akan mengakibatkan hilangnya neuron
dopaminergik nigro-striatum. Dalam keadaan normal, neuron ini
memproduksi Dopamin. Dopamin merupakan neurotransmitter
yang berperan dalam transmisi sinyal untuk kontrol dan koordinasi
gerakan motorik halus. Kerusakan sel-sel neuron substansia nigra
menyebabkan berkurangnya produksi dopamin sehingga akan
mengganggu fungsi motorik.
GEJALA KLINIS

Tremor Rigiditas Akinesia/bradikinesia Postural


instability
Gerakan volunter menjadi
kekakuan (rigiditas). Jika lambat sehingga
tremor (bergetar) kepalan tangan yang tremor berkurangnya gerak Tidak stabil saat
jika sedang tersebut digerakkan (oleh asosiatif, misalnya sulit berdiri atau
beristirahat. orang lain) secara perlahan untuk bangun dari kursi,
ke atas bertumpu pada
gangguan
Namun, jika orang sulit memulai berjalan,
itu diminta pergelangan tangan, terasa lambat mengambil suatu keseimbangan
melakukan sesuatu, ada tahanan seperti obyek, bila berbicara gerak dan koordinasi
melewati suatu roda yang lidah dan bibir menjadi
getaran tersebut bergigi sehingga gerakannya lambat. Bradikinesia
tidak terlihat lagi. menjadi terpatah- mengakibatkan
Itu yang disebut patah/putus-putus. Selain di berkurangnya ekspresi muka
resting tremor. tangan maupun di kaki, serta mimik dan gerakan
kekakuan itu bisa juga spontan yang berkurang,
terjadi di leher. Akibat misalnya wajah seperti
kekakuan itu, gerakannya topeng, kedipan mata
menjadi tidak halus lagi berkurang, berkurangnya
seperti break-dance. gerak menelan ludah
sehingga ludah suka keluar
dari mulut.
Gejala non-motorik

• Disfungsi otonom
• Gangguan suasana hati, penderita sering mengalami depresi
• Ganguan kognitif, menanggapi rangsangan lambat
• Gangguan tidur, penderita mengalami kesulitan tidur
(insomnia)
• Gangguan sensasi
Skala Hoehn dan Yahr
Stadium Hoehn dan Yahrn (1967) yaitu

Stadium1: Gejala dan tanda pada satu sisi,terdapat gejala yang ringan,terdapat gejala
yang mengganggu tetapi menimbulkan kecacatan, biasanya terdapat tremor pada
satu anggota gerak, gejala yang timbul dapat dikenali orang terdekat (teman)

Stadium2 : Terdapat gejala bilateral,terdapat kecacatan minimal


sikap/cara berjalan terganggu

Stadium3: Gerak tubuhnya melambat keseimbangan mulai terganggu saat


berjalan/berdiri, disfungsi umum sedang

Stadium4: Terdapat gejala yang berat,masih dapat berjalan hanya untuk jarak
tertentu,rigiditas dan bradikinesia, tidak mampu berdiri sendiri, tremor dapat
berkurang dibandingkan stadium sebelumnya

Stadium 5: Stadium kakhetik(cachacticstage),kecacatan total,tidak mampu berdiri


dan berjalan walaupun dibantu.
DIAGNOSIS

1. Secara klinis
Didapatkan 2 dari 3 tanda kardinal gangguan motorik :
tremor, rigiditas, bradikinesia atau
3 dari 4 tanda motorik : tremor, rigiditas, bradikinesia dan
ketidakstabilan postural.

2. Krieteria Koller
Didapati 2 dari 3 tanda cardinal gangguan motorik : tremor
saat istirahat atau gangguan refleks postural, rigiditas,
bradikinesia yang berlangsung 1 tahun atau lebih.
Respons terhadap terapi levodopa yang diberikan sampai
perbaikan sedang (minimal 1.000 mg/hari selama 1 bulan) dan
lama perbaikan 1 tahun atau lebih.
PEMERIKSAAN
PENUNJANG

Pemeriksaan penunjang meliputi :


Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium hanya bersifat dukungan pada hasil klinis,
karena tidak memiliki sensitifitas dan spesifitas yang tinggi untuk
penyakit Parkinson.
EEG (biasanya terjadi perlambatan yang progresif)
CT Scan kepala (biasanya terjadi atropi kortikal difus,
sulki melebar, hidrosefalua eks vakuo)
Neuroimaging :
Magnetik Resonance Imaging (MRI)
Baru-baru ini dalam sebuah artikel tentang MRI, didapati
bahwa hanya pasien yang dianggap mempunyai atropi
multi sistem memperlihatkan signal di striatum.14,15
Positron Emission Tomography (PET)
Ini merupakan teknik imaging yang masih relatif baru
dan telah memberi kontribusi yang signifikan untuk
melihat kedalam sistem dopamine nigrostriatal dan
peranannya dalam patofisiologi penyakit Parkinson.
Penurunan karakteristik pada pengambilan fluorodopa,
khususnya di putamen, dapat diperlihatkan hampir pada
semua penderita penyakit Parkinson, bahkan pada tahap
dini
Hasil pencitraan PET (positron emission tomography)
Tujuan : meminimalkan kecacatan dan efek samping, serta
meningkatkan kualitas hidup semaksimal mungkin
Medikamentosa Penatalaksanaan
obat dopaminergik
• Prekursor dopamin
Non Medikamentosa
• Dopa dekarboksilase
inhibitor • Deep Brain Stimulation
• Dopamin agonis (DBS)
Obat non-dopaminergik • Terapi fisik
• Antikolinergik • Terapi suara
• Amantadin • Terapi Gen
• Pencangkokan syaraf
Pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam
menangani penyakit Parkinson stadium dini
adalah :
Tingkat disabilitas pasien
Bila pasien mengalami hambatan yang signifikan dalam aktivitas kesehariannya, atau
kemampuan kerjanya terganggu, maka levodopa diindikasikan.

Prevensi fluktuasi
Penggunaan agonis dopamin sebagai obat inisiasi atau pemula dapat mengurangi resiko timbulnya
diskinesia, wearing off dan on-fluctuations.

Usia pasien
Pasien penyakit Parkinson usia muda (<65 tahun) umumnya lebih mampu
mentoleransi medikasi dan resiko terjadinya efek samping lebih rendah.
[asoen berusia lanjut mengalami kesulitan dengan efek samping kognitif fan
psikiatrik. Pada kelompok usia lanjyt, obat antikolinergik dan amantadin
digunakan secara hati-hati. Agonis dopamin mungkin juga disertai efek
samping yang lebih banyak pada usia lanut.

Profil efek-samping obat


Bila pasien takut akan kemungkinan ia mengantuk dan dapat membahayakan bila ia
mengendarai, atau ia tidak dapat mentolerir gangguan kognisi, maka agonis dopamin
bukanlah pilihan yang baik. Terapi simptomatik didasarkan atas kebutuhan pasien dan
harus direevaluasi secara berkala, sesuai dengan progresivitas penyakit.
medikamentosa
Komplikasi

• Pneumoni Aspirasi
• Demensia
• Trauma
PROGNOSIS

Penyakit Parkinson bukan penyakit yang fatal,tetapi berkembang


secara progresif sesuai waktu serta tidak dapat diprediksi.
Dengan terapi yang adekuat, pasien dapat cukup lama hidup
produktif setelah didiagnosis. Pada tahap akhir, penyakit
Parkinson menyebabkan komplikasi seperti aspirasi, demensia ,
dan trauma.
KESIMPULAN

Penyakit Parkinson adalah penyakit neurodegeneratif


yang bersifat kronis progresif, merupakan suatu
penyakit/sindrom karena gangguan pada ganglia basalis
akibat penurunan atau tidak adanya pengiriman
dopamine dari substansia nigra ke globus palidus/
neostriatum(striatal dopamine deficiency). Di Amerika
Serikat, ada sekitar 500.000 penderita parkinson. Di
Indonesia sendiri, dengan jumlah penduduk 210 juta
orang, diperkirakan ada sekitar 200.000-400.000
penderita.

Anda mungkin juga menyukai