12. Folow Up
Hari/Tanggal Monitoring Pasien
S : os mengatakan anggota gerak sebelah kiri
terasa lemah, sakit kepala
O : os tampak sakit sedang
Rabu, 17 Januari 2018 TD :170/90 mmhg, HR: 80x/I, RR: 20x/I T :36,5
C,
A : Stroke Non Hemoragik
P :R/ - IVFD RL 20 gtt/i
- Inj Neurobat 1ampl/ 12 jam
- Inj IV Pyracetam 3mg 2x1
- Clopidogrel 1x1
- Captopril 25 mg 3x1
- Amlodipin 10 mg 1x1
- Candesartan 8 mg 1x1
Kamis, 18 Januari 2018 S : os mengatakan anggota gerak sebelah
kiri masih terasa lemah, sakit kepala terasa
pusing
O : os tampak sakit sedang
TD :170/80 mmhg, HR: 80x/I, RR: 20x/I T
:36,5 C,
A : Stroke Non Hemoragik
P :R/ - IVFD RL 20 gtt/i
- Inj Neurobat 1ampl/ 12 jam
- Inj Ranitidin 1ampl/ 12 jam
- Inj Citicoline 500 mg/ 12 jam
- Captopril 25 mg 3x1
- Amlodipin 10 mg 1x1
- Candesartan 8 mg 1x1
- Betahistin
Jumat, 19 Januari 2018 S : os mengatakan anggota gerak sebelah kiri
masih terasa lemah, susah tidur
O : os tampak sakit sedang
TD :160/80 mmhg, HR: 80x/I, RR: 20x/I T :36,5
C,
A : Stroke Non Hemoragik
P :R/ - IVFD RL 20 gtt/i
- Inj Neurobat 1ampl/ 12 jam
- Inj IV Pyracetam 3mg 2x1
- Clopidogrel 1x1
- Captopril 25 mg 3x1
- Amlodipin 10mg 1x1
- Alprazolam o,5mg 1x1 (malam)
- Glimepirid 1x1
- Metformin 3x1
Definisi
Stroke adalah suatu keadaan defisit neurologi fokal (hemiparese, afasia, disatria,
hemihipestesia) maupun global (penurunan kesadaran) yang terjadi secara mendadak atau
tiba-tiba dalam waktu 24 jam atau berakhir dengan kematian yang semata-mata adalah karena
gangguan vaskuler di otak serta mempunyai pola gejala yang berhubungan dengan waktu
(temporal profile).
Klasifikasi
a. Stroke Perdarahan
1. Perdarahan Intra Serebral
a) Perdarahan Intra Serebral Hipertensi
b) Perdarahan Intra Serebral Non Hipertensi
2. Perdarahan Sub Arahnoid / Sub Arahnoid Bleeding (SAB 50%)
a) SAB Primer
b) SAB Sekunder
b. Penyumbatan/Infark/Ischemik
1. Trombus
a) Aterotrombotik (AT)
2. Emboli
a) Emboli Jantung/ Kardio Emboli
b) Tromboemboli
Klasifikasi Stroke
Faktor Risiko
1. Stroke Hemoragik
a. PIS
Tekanan darah tinggi adalah penyebab paling umum dari jenis stroke
hemoragik. Seiring waktu, tekanan darah tinggi dapat menyebabkan arteri kecil di
dalam otak menjadi rapuh dan rentan terhadap retak dan pecah. Hipertensi kronik
akan menyebabkan perubahan patologis pada pembuluh darah otak, terjadi robekan
pada tunika intima sehingga timbul perdarahan dan masuk ke jaringan otak. Jika
volume perdarahan besar dapat terjadi destruksi massa otak, ↑ TIK atau bahkan
herniasi otak pada falk serebri atau foramen magnum. Kematian dapat disebabkan
oleh kompresi batang otak, hemisfer otak, dan perdarahan batang otak sekunder atau
ekstensi perdarahan ke batang otak.
Hipertensi yg lama Penebalan Hialin pada dinding arteriole
Lipohialinosis & nekrosis Fibrinoid Dinding vaskuler jadi lemah Kerusakan
pada tunika intima Pasase darah kedalam dinding vaskuler Mikroaneurisma
pada vaskuler yang kecil Aneurisma Charcot Bouchard Ruptur Mikroaneurisma
Perdarahan.
b. Subarachnoid Hemoragik
Dalam jenis stroke ini, pendarahan dimulai dalam arteri yang terdapat atau
dekat permukaan otak dan tumpahan ke dalam ruang antara permukaan otak dan
tengkorak. Perdarahan ini sering ditandai oleh perasaan sakit kepala tiba-tiba yang
parah. Jenis stroke ini biasanya disebabkan oleh pecahnya aneurisma, yang dapat
timbul seiring dengan usia atau hadir sejak lahir. Dimana akibat suatu gangguan
perkembangan kongenital/trauma terjadi kelemahan pada dinding tunika intima arteri
sehingga terbentuk aneurisma kongenital. Aneurisma merupakan suatu lokus minoris
resistensiae. Akibat suatu lonjakan tekanan darah atau tekanan intraabdominal
aneurisma dapat pecah sehingga timbul perdarahan akibat pecahnya aneurisma
masuk ke dalam ruang subarachnoid dan timbul gejala atau tanda rangsangan
meningeal.
Diagnosis Stroke
Biasanya secara klinis kita sudah dapat membedakan antara stroke iskemik dan stroke
hemoragik. Tetapi kadang-kadang sebagian penderita (hampir 20 %), diagnosis klinis tidak
sesuai dengan pemeriksaan radiologis. Perbedaan kedua kelainan itu menjadi sangat penting
karena terapi yang tidak sama, tatalaksana faktor risiko yang juga berbeda. Peranan CT Scan
sangat besar sehingga dapat dikatakan menjadi golden standard penderita stroke.
Mengingat bahwa alat tersebut saat ini hanya dijumpai di kota tertentu, maka dalam
menghadapi kasus dengan kecurigaan stroke, langkah pertama yang ditempuh adalah
menentukan lebih dahulu apakah benar kasus tersebut kasus stroke, karena abses otak, tumor
otak, infeksi otak, trauma kepala, juga dapat memberikan kelainan neurologis yang sama,
kemudian menentukan jenis stroke yang dialaminya. Dengan perjalanan waktu, gejala klinis
stroke dapat mengalami perubahan. Untuk membedakan stroke tersebut termasuk jenis
hemoragik atau non hemoragik atau keduanya, dapat ditentukan berdasarkan pemeriksaan
berikut:
1. Anamnesis
Pada anamnesa yang perlu diketahui terutama mengenai gejala awal, waktu awitan,
aktifitas penderita saat serangan, gejala lain seperti nyeri kepala, mual, muntah, rasa
berputar, kejang, cegukan (hiccup), gangguan visual, penurunan kesadaran, serta faktor
resiko stroke (hipertensi, diabetes dan lain-lain).
Beberapa gejala atau tanda yang mengarah kepada diagnosis stroke antara lain
hemiparesis, gangguan sensorik satu sisi tubuh, hemianopia atau buta mendadak, diplopia,
vertigo, afasia, disfagia, disartria, ataksia, kejang atau penurunan kesadaran yang
kesemuanya terjadi secara mendadak. Untuk memudahkan digunakan istilah FAST (Facial
movement, Arm movement, Speech, Test all three).
a. Stroke Hemoragik
- Penurunan kesadaran langsung dan lama fokal neurologi tidak sesuai vaskular
yang terkena
- Kaku kuduk (SAH), perdarahan retina
- Gejala sakit kepala, muntah (tanda TIK meningkat)
- Umumnya saat beraktifitas
b. Stroke Non Hemoragik
- Perburukan gejala dan tanda bertahap fokal neurologi sesuai pola vaskular
yang kena
- Tanda kearah kortikal atau subkortikal umumnya saat istirahat (trombus) bisa
saat aktifitas (emboli)
-
2. Pemeriksaan Fisik
3. Pemeriksaan Neurologis
Pada pemeriksaan ini dicari tanda-tanda (sign) yang muncul, bila dibandingkan antara
keduanya akan didapatkan hasil sebagai berikut:
Tes Brudzinski I
Tes Brudzinski II
d. Tes Kernig
4. Pemeriksaan Laboratorium
Pada pasien yang diduga mengalami stroke perlu dilakukan pemeriksaan
laboratorium. Parameter yang diperiksa meliputi kadar glukosa darah, elektrolit, analisa
gas darah, hematologi lengkap, kadar ureum, kreatinin.
Pada Kasus:
Penatalaksanaan
1. Farmakologi
Pengelolaan umum 5B :
B1 (Breathing)
Jalan nafas harus terbuka lebar dan leluasa. O2 sesuai kebutuhan. (1-2L)
B2 (Blood)
O Kasus
Pada Pada Kasus : Kaptopril
: Kaptopril 25 mg25 mg
B3 (Brain)
Bila terjadi peningkatan TIK berikan (Manitol 20% 1 – 1,5 mg/kgBB), bila terjadi
kejang berikan ( diazepam 0,3-0,5 i.v )
B4 (Bladder)
Hindarai infeksi saluran kemih bila terjadi retensio urine lakukan dengan cara
memasang kateter.
B5 (Bowel)
0,9 mg/Kg/BB.
Pada stroke hemoragik di bagi dua :
-Mengatasi perdarahan :Vit K 10-40 mg/hari dan plasma beku Protamin Asam traneksamat1-
1,5 atau 15-25 mg/kg 2-3 kali sehari.
Non Farmakologi
Teraphy
Komplikasi
- Hipertensi
- Hiperglikemi reaktive
Edukasi
Mengontrol hipertensi dan faktor resiko lain agar tidak terjadi stroke kedua kalinya.
Prognosis
1. Sanam (sembuh)
2. Bonam (baik)
3. Malam (buruk/jelek)
4. Dubia (tidak tentu/ragu-ragu) :
Prognosis pada kasus ini: Dubia ad bonam karna keadaan pasien membaik