Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN KASUS

TONSILITIS KRONIS EKSASERBASI AKUT

Oleh :
Ida Maryani

Pembimbing :
dr. Hamsu Kadriyan Sp.THT-KL, M sc

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU PENYAKIT TELINGA, HIDUNG DAN TENGGOROK
RUMAH SAKIT UMUM PROVINSI NTB
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
2016
Outline

Pendahuluan

Tinjauan Pustaka

Laporan Kasus

Pembahasan
I. Pendahuluan

Tonsilitis adalah peradangan pada tonsil palatina yang


termasuk dalam cincin waldeyer

Tonsilitis kronis merupakan peradangan pada tonsil yang


biasanya merupakan kelanjutan dari infeksi akut berulang

Berdasarkan data epidemiologi penyakit THT di 7 provinsi


(Indonesia) pada tahun 1994-1996, prevalensi Tonsilitis
Kronis 4,6% tertinggi setelah Nasofaringitis Akut (3,8%).

Secara umum, penatalaksanaan tonsilitis kronis dibagi dua,


yaitu konservatif dan operatif
EMBRIOLOGI TONSIL

Kripta tonsillar pertama terbentuk pada usia


kehamilan 12 minggu
kapsul terbentuk pada usia kehamilan 20 minggu.
Pada sekitar bulan ketiga, tonsil secara gradual
akan diinfiltrasi oleh sel – sel limfatik.
Secara histologi tonsil mengandung 3 unsur
utama yaitu jaringan ikat atau trabekula
(sebagai rangka penunjang pembuluh darah, saraf
dan limfa), folikel germinativum (sebagai pusat
pembentukan sel limfoid muda) serta jaringan
interfolikel
• ANATOMI TONSIL

Tonsil adalah massa yang terdiri dari jaringan limfoid dan ditunjang oleh jaringan ikat
dengan kriptus di dalamnya.
Tonsila Palatina
• jaringan limfoid berbentuk ovoid yang terletak pada
dinding lateral orofaring dalam fossa tonsillaris dan
dibatasi oleh pilar anterior (otot palatoglosus) dan pilar
posterior (otot palatofaringeus)

Tonsil dibatasi oleh:


• Lateral : muskulus konstriktor faring superior
• Medial : ruang orofaring
• Anterior : muskulus palatoglosus
• Posterior : muskulus palatofaringeus
• Superior : palatum mole
• Inferior : tonsil lingual
Vaskularisasi:
- Cabang-cabang a.carotis
eksterna.
- Melalui polus caudalis : a.
tonsillaris a. dorsalis
linguae, a. palatina
ascendens dan a. facialis.
- Melalui polus cranialis : a.
tonsillaris a. pharyngica
ascendens dan a. palatina
minor
- Darah venous dari tonsil
terutama dibawa oleh a.
tonsillaris v. lingualis dan
di sekitar kapsula
tonsillaris membentuk
pleksus venosus
• Cairan limfe dialirkan ke lnn. submaxillaris,
lnn. cervicalis superficialis dan sebagian besar
ke lnn. cervicalis profundus superior, terutama
pada limfonodi yang terdapat di dorsal
angulus mandibular (lnn. tonsillaris)
• Persarafan dari cabang serabut saraf ke IX
(nervus glosofaringeal) dan cabang desenden
lesser palatine nerves
Tonsilitis
• Tonsillitis adalah peradangan tonsila palatina yang
merupakan bagian dari cincin Waldeyer.

• Tonsilitis kronis adalah peradangan tonsil yang


menetap sebagai akibat infeksi akut atau subklinis yang
berulang

• Penyebaran infeksinya melalui udara (air borne


droplets), tangan dan ciuman.

• Dapat terjadi pada semua umur, terutama pada anak.


Faktor predisposisi

• merokok,
• beberapa jenis makanan,
• higiene mulut yang buruk,
• pengaruh cuaca,
• kelelahan fisik,
• pengobatan tonsilitis akut yang tidak adekuat
Etiologi
• Grup A Streptococcus ß hemoliticus,
• pneumokokus,
• Streptococcus viridan,
• Streptococcus piogenes,
Patofisiologi
Epitel mukosa
Peradangan terganti oleh
jaringan limfoid
berulang jaringan parut
terkikis

Melekatnya detritus
Mengerut dan (kumpulan leukosit, Menembus kapsul
kripte melebar bakteri yang mati tonsil
dan epitel )

Perlekatan dengan
jaringan di sekitar
fossa tonsilaris
Gejala Klinik

Tonsilitis kronis
Tonsilitis akut
• Anamnesis
• Anamnesis - • rasa mengganjal di tenggorok
nyeri tenggorok dan nyeri waktu • rasa kering di tenggorok
menelan, Demam ,rasa lesu
• napas berbau.
-rasa nyeri di sendi-sendi
-tidak nafsu makan, otalgia • Pemeriksaan fisik
tampak tonsil membesar dengan
• Pemeriksaan fisik permukaan yang tidak rata, kriptus
edema, hiperemis dan terdapat melebar dan beberapa kripti terisi oleh
detritus berbentuk folikel, lakuna detritus
atau tertutup oleh membran
semu, kelenjar submandibula
membengkak dan nyeri tekan
Tonsilitis Kronis
Tonsilitis Akut Tonsilitis Kronis
Eksaserbasi akut
Hiperemis dan Hiperemis dan edema Memebesar/
edema mengecil tapi tidak
hiperemis
Kripte tak Kripte melebar Kripte melebar
melebar
Detritus (+ / -) Detritus (+) Detritus (+)
Perlengketan (-) Perlengketan (+) Perlengketan (+)

Antibiotika, Sembuhkan radangnya, Jika Bila mengganggu


analgetika, perlu lakukan tonsilektomi 2 lakukan
obat kumur – 6 minggu setelah Tonsilektomi
peradangan tenang
Diagnosis

• Berdasarkan ratio tonsil terhadap orofaring


antara pilar anterior kanan dan kiri:
T0: Tonsil terletak pada fossa tonsil
T1: <25%
T2: >25% - <50%
T3:>50% - <75%
T4: >75%
• Menurut Thane dan
Cody:
T1: batas medial tonsil
melewati pilar anterior
sampai ¼ jarak pilar
anterior uvula
T2: batas medial tonsil
sampai ½ jarak pilar
anterior-uvula
T3: batas medial tonsil
sampai ¾ jarak pilar
anterior-uvula
T4: batas medial tonsil
sampai uvula atau lebih
Terapi
• Tonsilitis akut: diberikan antibiotika spektrum l
seperti penisilin dan eritomisin

• Tonsilektomi dilakukan bila terjadi infeksi yang


berulang atau kronik, gejala sumbatan serta
kecurigaan neoplasma
ABSOLUT INDIKASI TONSILEKTOMI

Relatif
• Serangan tonsilitis berulang
• Timbulnya kor pulmonal yang tercatat
karena obstruksi jalan nafas • Tonsilitis yang berhubungan
yang kronis dengan biakan
• Hipertropi tonsil atau adenoid streptokokusmenetap dan
dengan sindrom apnea waktu patogenik
tidur • Hiperplasia tonsil dengan
• Hipertropi berlebihan yang obstruksi fungisional
menyebabkan disfagia dengan • Hiperplasia dan obstruksi yang
penurunan berat badan menetap 6 bulan setelah infeksi
penyerta • Riwayat demam reumatikyang
• Biopsi eksisi yang dicurigai dengan kerusakan jantung
keganasan berbubungan dengan tonsilitis
• Abses peritonsilar berulang rekuren
atau abses yang meluas pada • Radang tonsil kronik tidak
jaringan sekitarnya memberikan respon terhadap
pengobatan
Kontraindikasi:
•Infeksi pernapasan bagian atas berulang,
•Infeksi sistemik atau kronis,
•Demam yang tidak diketahui penyebabnya,
•Pembesaran tonsil tanpa gejala-gejala obstruksi,
•Rhinitis alergika,
•Asma,
•Diskrasia darah,
•Ketidakmampuan yang umum atau kegagalan untuk tumbuh,
•Tonus otot yang lemah,
•Sinusitis.
Komplikasi

Komplikasi Tonsilitis
• otitis media akut,
• sinusitis,
• abses peritonsil (Quincy throat),
• abses parafaring,
• bronkitis,
• glomerulonefritis akut,
• miokarditis,
• artritis serta septikemia akibat v. jugularis interna
(sindrom Lemierre)
Laporan kasus
Identitas Pasien

• Nama : N
• Umur : 19 tahun
• Jenis kelamin : Laki-laki
• Alamat : Lombok Barat
• Pekerjaan : Mahasiswa
• RM : 129734
Anamnesis
Keluhan utama: Nyeri menelan
Riwayat penyakit sekarang :
• Pasien datang ke poliklinik THT RSU Provinsi NTB dengan keluhan nyeri saat
menelan dan rasa tidak nyaman pada tenggorok sejak 3 tahun yang lalu
yang terus berulang. Selama 3 tahun ini keluhan bisa kambuh 3-5 kali/tahun.
Nyeri makin memberat terutama saat menelan makanan dan baru dimulai
sejak 2 minggu yang lalu. Pasien mengaku nyeri sering muncul ketika pasien
mengonsumsi gorengan dan minum es soda tetapi atas pengakuan pasien
biasanya nyeri hilang dengan sendirinya, akan tetapi dalam 2 minggu terakhir
nyeri tetap dirasakan pasien dan semakin lama semakin memberat. Selain
itu, pasien kadang tampak sesak ketika tidur dan sering mengorok ketika
tidur. Saat ini pasien tidak dikeluhkan demam, pilek ataupun sesak. Keluhan
demam (-), batuk (-), pilek (-), hidung tersumbat (-) disangkal. Pasien
menyangkal pendengaran telinga menurun, keluar cairan dari telinga (-).
• Riwayat penyakit dahulu:
• Pasien mengaku sebelumnya memang sering
nyeri pada tenggorokan dan sudah dimulai sejak
3 tahun yang lalu. Pasien sebelumnya sudah
pernah ke dokter ketika sakit tetapi selama
pengobatan pasien tetap mengonsumsi minuman
dingin. Riwayat batuk lama (-), asma (-).
• Riwayat penyakit keluarga:
• Dikeluarga pasien kakak kandung pasien
menderita amandel dan sudah dioperasi. Riwayat
batuk lama(-), asma (-), hipertensi (-), DM (-).
• Riwayat pengobatan:
– Untuk gejala 2 minggu terakhir pasien tidak
pernah mengobatinya
Riwayat alergi:
• Pasien mengaku tidak memiliki riwayat alergi
makanan dan obat-obatan. Riwayat alergi
debu dan bersin-bersin di pagi hari (-).
Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
• Keadaan umum : sedang
• Kesadaran : Compos mentis
• Tekanan darah : 110/80 mmHg
• Nadi : 80 x/menit
• Respirasi : x/menit
• Suhu : 36,5 ⁰C
Status lokalis
Telinga
No. Pemeriksaan Telinga kanan Telinga kiri
1. Tragus Nyeri tekan (-), edema (-) Nyeri tekan (-), edema (-)
2. Daun telinga Bentuk dan ukuran dalam batas Bentuk dan ukuran dalam
normal, hematoma (-), nyeri tarik batas normal, hematoma (-),
aurikula (-) nyeri tarik aurikula (-)
3. Liang telinga Serumen (+) minimal, hiperemis Serumen (+) minimal,
(-), furunkel (-), edema (-), hiperemis (-), furunkel (-),
otorhea (-) edema (-), otorhea (-)
4. Membran Retraksi (-), bulging (-), hiperemi Retraksi (-), bulging (-),
timpani (-), edema (-), perforasi (-), cone hiperemi (-), edema (-),
of light (+) perforasi (-), cone of light (+)
Hidung
Pemeriksaan Hidung kanan Hidung kiri
Hidung
Hidung luar Bentuk (normal), hiperemi (-), Bentuk (normal), hiperemi (-),
nyeri tekan (-), deformitas (-) nyeri tekan (+), deformitas (-)
Rinoskopi anterior
Vestibulum nasi Normal, ulkus (-) Normal, ulkus (-)
Cavum nasi Massa (-), hiperemia (-), bekuan Massa (-) hiperemia (-), darah (-)
darah (-)
Konka nasi Edema (-), mukosa hiperemi (-) Edema (+), mukosa hiperemi (+)
inferior
Septum nasi Deviasi (-), perdarahan (-), ulkus Deviasi (-), perdarahan (-), ulkus
(-) (-)
Tenggorokan
Bibir Mukosa bibir kering, berwarna pucat (anemis)
Mukosa Bukal berwarna merah muda pucat, hiperemia (-)
Lidah Normal. Paresis N XII (-)
Uvula Normal
Palatum mole Ulkus (-), hiperemi (-)
Faring Mukosa hiperemi (-), membran (-), granul (-)
Tonsila palatina Hiperemia (-), ukuran T3-T3, Kripte melebar (-), detritus (+)
Nervus IX/X Posisi arkus faring di tengah, Refleks menelan/muntah (+),
disartria (-)
Gambar
• Diagnosis
Tonsilitis kronis

• Planning Diagnosis :
- Pemeriksaan Laboratorium
- Foto Rontgen Thorax
Planning Terapi :
• - Analgetik : Parasetamol 3 x 500 mg
• - Antibiotika : Cefadroxil 2 x 500 mg
• - Pro tonsilektomi
KIE
KIE Pasien
• Untuk saat ini tonsil atau amandel pasien tidak dalam keadaan
meradang sehingga untuk mencegah kekambuhan, sementara
hindari makanan yang berminyak, minuman atau makanan dingin,
serta makanan yang bersifat iritatif terhadap tenggorokan.
• Menjaga higiene mulut agar tidak terjadi tonsilitis berulang.
• Menjelaskan kepada pasien bahwa tindakan terapi yang paling baik
adalah dengan tindakan operatif. Hal ini dilakukan karena adanya
beberapa indikasi yang menjadi dasar untuk dilakukan tindakan
operasi pada pasien yaitu berupa adanya riwayat kekambuhan
keluhan sulit menelan, nafas berbau serta gangguan ketika tidur
berupa mengorok.
Con;t
• Edukasi kepada pasien untuk mengambil
keputusan tindakan operatif untuk mencegah
kekambuhan dan apabila setuju akan dilakukan
pemeriksaan yang lengkap untuk persiapan
operasi.
• Menjelaskan kepada pasien bahwa apabila tidak
dilakukan operasi maka resiko kekambuhan akan
tinggi, terutama jika tidak menjaga higienitas
rongga mulut, dan dapat menimbulkan infeksi ke
daerah sekitar mulut apabila tidak ditangani
dengan baik.
Prognosis
• Dubia Ad Bonam
Daftar Pustaka
• Rusmarjono, Soepardi EA. Faringitis, Tonsilitis, dan Hipertrofi Adenoid. Dalam : Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD,
editor. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi Keenam. Cetakan Keempat. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI. 2010 : hlm 224-225.
• Rubin MA, Gonzales R, Sande MA. 2005. Infections of the Upper Respiratory Tract. Harrison’s Principle of Internal Medicine. 16thed.
New York, NY: McGraw Hill.
• Rusmarjono, Soepardi EA. Penyakitdankelainan tonsil dan Faring. Dalam :Soepardi EA, Iskandar N. (Ed). BukuAjarIlmu THT. Edisi 6.
Jakarta :BalaiPenerbit FKUI ; 2007. Hal 221-5.
• Adams LG, Boies RL, Higler AP, BOIES Fundamentals of Otalaryngology. 6th Ed. Edisi Bahasa Indonesia, EGC, Jakarta, 2001;263-368
• Brodsky L, Poje Ch. Tonsillitis, tonsilectomy andadenoidectomy. In: Bailey BJ, Johnson JT, NewlandsSD editors. Ototlaryngology Head
and Neck Surgery,4th Ed Vol 1. Philadelphia: Lippincott Williams &Wilkins, 2006:p.1183-98.
• Bluestone CD. Controversies in tonsillectomy,adenoidectomy, and tympanostomy tubes. In: BaileyBJ, Johnson JT, Newlands SD
editors.Ototlaryngology Head and Neck Surgery, 4th Ed Vol1. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins,2006:p.1199-208.
• Amarudin, Tolkha et Anton Christanto. 2005. Kajian Manfaat Tonsilektomi, Cermin Dunia Kedokteran. [Available from :
http://www.cerminduniakedoteran.com]
• Norhidayah. Gambaran Indikasi Tonsilektomi di RSUP Haji Adam Malik dari Tahun 2008-2010. Medan: Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara. 2010.
• Moore KL, Anne MR. Neck.In :Essential Clinical Anatomy. USA : Lippincott Williams and Wilkins. 2002: hlm 439-445.
• Sakka I, Sedjawidada R, Kodrat L, Rahardjo SP.2010.Kadar imunoglobulin A sekretori pada penderita tonsilitis kronik sebelum dan
setelah tonsilektomi. Makassar: Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Fakultas Kedokteran Universitas hasanuddin: hlm 1-7.
• Nurjanna Z, 2011. Karakteristik Penderita Tonsilitis Kronis di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2007-2010. USU Institutonal Repository.
[Accessed from: http://repository.usu.ac.id/]
• Barnes, Harry W.1922.Contraindication Tonsilectomy. Journal for National Medical Association.Philadelphia:USA Available from:
http//www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/article
• Wanri A. Tonsilektomi. Palembang: Departemen Telinga, Hidung Dan Tenggorok Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. 2007: hlm 1-
8.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai