Anda di halaman 1dari 39

PROFESIONALISME

DAN POLITISASI BIROKRASI

Dalam
Seminar Isu Strategis Aktual Jawa Timur
Diselenggarakan oleh
Dewan Riset Daerah Provinsi Jawa Timur
Tangal 14 Februari 2018

OLEH: TASDIK KINANTO, SH, MH


Komisi Aparatur Sipil Negara
OUTLINE

I. TUGAS DAN FUNGSI PEMERINTAH


II. KONDISI DAN TANTANGAN NASIONAL
MENGHADAPI ASIA 2050
III. KONDISI ASN SAAT INI
IV. STRATEGI MEWUJUDKAN PROFESIONALISME ASN
V. STRATEGI PENCEGAHAN POLITISASI BIROKRASI
(NETRALITAS)
VI. PENUTUP
2
2
I. TUGAS DAN FUNGSI PEMERINTAH
• RPJP
• UUD 1945
• RPJMN
• Peraturan Perundang-
• Renstra Instansi
Undangan
• Program

TUGAS DAN FUNGSI PEMERINTAH PROSES DAN HASIL


Tujuan Negara Terwujudnya
Sesuai Tujuan Negara
Konstitusi / Sesuai UUD
1. Menetapkan 1. Benar, Jelas, Pasti, Adil, Bermanfaat
UUD 1945 2. Cepat, Mudah, Murah, Pasti, Adil, 1945
Belum
Kebijakan/Regulasi (Masyarakat
2. Melayani, Melindungi dan Aman, dan Nyaman
Terwujud 3. Memperhatikan Kapasitas dan Sejahtera,
Mengayomi Masyarakat Potensi Sumber Daya Masyarakat Adil, Makmur,
3. Memberdayakan Untuk Ditingkatkan Tangguh, dan
Masyarakat 4. Bersih, Transparan, Akuntabel, Bermartabat)
4. Mengelola Aset Negara Kemanfaatan Umum / Negara /
Masyarakat

Birokrasi yang Efektif,


Efisien, dan SDM ASN
Perubahan Lingkungan
Reformasi Birokrasi yang Berintegritas,
Strategis:
• Good Kompeten/Profesional,
• Global
Bersih, dan Melayani
• Regional Governance serta Bebas Dari
• National • Clean Intervensi Politik
(Di bidang POLEKSOSBUD Government
Termasuk IPTEK)
3 3
1. Tantangan Nasional Menghadapi Asia 2050 Dibidang
The Asian Century
Ekonomi, Pendapatan Dan Daya Beli

Asia by 2050:
• GNI in $ PPP 6X of European countries
today;
• 3 billion middle class dg GNI USD $
6.000 GNI (Gross National Income)
• Share of Global GDP, 52% PPP (Purchasing Power Parity)
GDP (Gross Domestic Product)
4
2. Tantangan Nasional Menghadapi Asia 2050
Dibidang Perekonomian
Menurut Laporan PCW (2017), pada 2016 Indonesia
adalah Ekonomi ke 8 Dunia. Kalau bangsa ini mampu
tingkatkan pertumbuhan ekonomi nasional menjadi 6-
7 persen per tahun, Indonesia akan menjadi Ekonomi
ke 4 Dunia lebih cepat dari 2050 (Laporan PcW, 2017).

Source: Price, Cooper, and Waterhouse, 2017

Dituntut kemampuan birokrasi untuk menetapkan berbagai kebijakan/regulasi guna


menciptakan iklim dan kondisi yang kondusif bagi peningkatan investasi di dalam negeri,
sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. 5
3. Kondisi Kualitas Tata Kelola Sektor Publik
PERINGKAT PERINGKAT DAYA SAING PERINGKAT INDEKS PERINGKAT INDEKS
KEMUDAHAN NASIONAL (2016-2017) PERSEPSI KORUPSI EFFEKTIVITAS
BERUSAHA (2016) (2015) PEMERINTAH 2015
NEGARA RANK SKOR NEGARA RANK SKOR NEGARA RANK SKOR NEGARA RANK SKOR
SING 2 85,05 SING 2 5,72 SING 8 85 SING 1 100

MALY 23 78,11 MALY 25 5,16 MALY 54 50 MALY 32 77

THAI 46 72,53 THAI 34 4,64 THAI 76 38 THAI 78 66

VIET 82 63,83 INDO 41 4,52 INDO 88 36 PHIL 96 58

INDO 91 61,52 PHIL 57 4,36 PHIL 95 35 VIET 100 55

PHIL 99 60,40 VIET 60 4,31 VIET 112 31 INDO 121 46

Kualitas Tata Kelola Sektor Publik Indonesia masih tertinggal diantara Negara ASEAN,
dan perlu transformasi mendasar untuk mendukung penyelenggaraan pemerintahan
yang efektif dan efisien, serta pencapaian sasaran pembangunan

6
IEP INDONESIA NAIK 23 TINGKAT

2016/2017 2017/2018 PERUBAHAN


EOBI 61,5/91 66,47/72 Naik 19 tingkat
GCI 4,52/41 4,65/36 Naik 5 tingkat
CPI 36/88 37/90 Turun 2 tingkat
IEP 46/121 53/98 Naik 23 tingkat

Sumber: WEF, Global Competitiveness Index 2017


• Upaya pemerintah mewujudkan ASN profesional berintegritas, imparsial, dan
berkinerja tinggi yang mampu menyelenggarakan layanan publik dan
melaksanakan tugas pemerintahan negara mulai menunjukkan hasil positif.
• Antara 2016/2017 dan 2017/2018 Indeks Daya Saing Nasional Indonesia naik
5 tingkat.
• Dalam kurun waktu tersebut Indeks Kemudahan Berusaha naik 19 tingkat,
Indeks Persepsi Korupsi turun 2 tingkat.
• Indeks Efektivitas Pemerintah mencapai kenaikan tertingi yaitu 23 tingkat.
Kalau tingkat kenaikan IEP 2017 bertahan selama 6 tahun, pada 2023 ASN
Indonesia dapat mencapai status ASN Kelas Dunia.
7
IEP DAN GNI PERCAPITA BEBERAPA NEGARA

TAHUN 2016 Singapura


100
NewZeland
UPPER Swedia
90 MIDDLE
INCOME South
80 Malaysia Korea
Thailand
70 China
HIGH INCOME
60 Indonesia

50 Vietnam
Philipina
40
IEP Indonesia unggul dari Filipina dan
30 Vietnam
20

10
$ 12235
$3956
0
0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000 40000 45000 50000 55000 60000
Sumber:
databank.worldbank.org,
8
III. KONDISI ASN SAAT INI

1. Postur ASN:
1) Rasio ASN dengan jumlah penduduk dibawah
tingkat minimal;
2) Penuaan usia Pegawai ASN;
3) Mutu/Profesionalisme ASN belum memadai;
4) Distribusi Pegawai ASN belum proporsional;
5) Ketimpangan komposisi pegawai ASN;
6) Kinerja belum optimal;
7) Kompetensi formulasi dan implementasi
Kebijakan belum optimal;
8) Praktek pelanggaran sistem merit dalam
penyelenggaraan manajemen ASN.
9
2. Komposisi ASN

❖ Perbandingan jumlah PNS terhadap


jumlah penduduk masih rendah, yaitu
1 : 78

❖ Keberadaan tenaga administrasi jauh


lebih besar dari pada tenaga teknis
pelayan publik

❖ Fungsional tertentu terdiri dari


✓ Tenaga Pendidik/Guru 1.712.848
(74,1%),
✓ Tenaga Kesehatan 193.000 (17,49%)
Administrasi Struktural
Fungsional ✓ Tenaga Teknis Lainnya 404.095
Tertentu
(8,36%)
10 10
Sumber: BKN, 2016 diolah oleh KASN
3. Penuaan PNS

Sumber: BKN, 2016 diolah oleh KASN


Mesin Birokrasi saat ini sebagian besar digerakkan oleh PNS dengan profil usia 51-65 tahun (sejumlah 1,6
juta orang) dengan latar belakang pendidikan SMA-Diploma dan kategori jabatan fungsional umum
(administratif) sebesar 40%. Profil ini menguatkan dugaan bahwa produktivitas birokrasi sudah jauh
menurun, dengan kompetensi PNS yang tidak mengarah langsung kepada penyediaan layanan publik
berkualitas. 11 11
4. Persentase Persebaran PNS serta Rasio Belanja Pegawai 2016
terhadap Jumlah Penduduk yang harus terlayani
42 Kabupaten/Kota belanja 3 Kabupaten/Kota belanja
pegawai di atas 50% pegawai di atas 50% 12 Kabupaten/Kota belanja
Jumlah Pdd 55.273ribu Jumlah Pdd 15.343ribu pegawai di atas 50%
Jumlah Pdd 18724ribu

Jumlah Pdd 6870ribu

65 Kabupaten/Kota
belanja pegawai di
atas 50% 12 Kabupaten/Kota
Jumlah Pdd 145.144ribu belanja pegawai di Jumlah Pdd 55273ribu
atas 50%
Sumber: Kementerian Keuangan 2016 diolah oleh KemenPAN ,KSP, KASN dan BPS
12
5. ASN yang Memiliki Kompetensi (48 %)

13
6. Praktek Jual Beli Jabatan
(salah satu bentuk pelanggaran sistem merit)

Klaten dan 10 kabupaten lain


yang sedang diperiksa KPK
merupakan puncak Gunung Es.
Menurut perkiraan sementara, di
sebagian besar daerah (34
provinsi dan 508 daerah) ada
praktek jual beli jabatan, atau 90
% dari 29.113 jabatan telah di
“lelang” di pasar kerja.
Praktek “jual jabatan” telah
berjalan puluhan tahun, yang
telah merugikan rakyat karena
terjadi penyunatan dana proyek
yang berguna bagi masyarakat.

14
IV. STRATEGI MEWUJUDKAN PROFESIONALISME ASN

1. Penguatan Arah Kebijakan Reformasi Birokrasi Nasional

> Penguatan > Restrukturisasi


AGENDA NAWACITA

RPJM 2015-2019

YANG PROFESIONAL, BERINTEGRITAS

PRAKTEK KKN
TERWUJUDNYA BIROKRASI PUBLIK

TINGGI, KINERJA TINGGI, BEBAS DARI


INTERVENSI POLIIK, DAN BERSIH DARI
SASARAN RB 2019
payung hukum RB kelembagaan
> Restrukturisasi pemerintahan yang
kelembagaan efektif, efisien, dan
pemerintah sinergi
> Menjalankan UU > Penguatan
ASN secara kapasitas reformasi
konsisten birokrasi nasional
> Memberantas > Penerapan
korupsi dalam manajemen Aparatur
tubuh ASN Sipil Negara
berbasis merit dan
> Peningkatan profesional
kualitas layanan
publik > Peningkatan
kualitas pelayanan
publik

15
2. Peningkatan Outcomes RB Nasional:

TARGET
2019
4,52 Indeks Daya Saing 6,78

Indeks Kemudahan
61,5 Berusaha
77

37 Indeks Persepsi Korupsi 57

Indeks Efektivitas
46 Pemerintah 69

16
Sumber: World Bank, Global Governonce Index, Transparency International,2016
3. Transformasi / Reformasi Manajemen ASN

Arah transformasi birokrasi dan


pengelolaan SDM Aparatur BIROKRASI
2025 BERSIH,
KOMPETEN
DAN
2018 MELAYANI
DYNAMIC
GOVERNANCE
PERFORMANCE BASED PENGEMBANGAN
2013 BUREAUCRACY POTENSI HUMAN
MANAJEMEN CAPITAL
SDM
RULE BASED
BUREAUCRACY
ADMINISTRASI
KEPEGAWAIAN
17
4. Sinergitas Lembaga Yang Menangani Kebijakan Dan
Manajemen ASN

FUNGSI
PRESIDEN Memegang kekuasaan tertinggi pembinaan
dan manajemen ASN KASN berfungsi
mengawasi pelaksanaan
norma dasar, kode etik
dan kode perilaku ASN,
serta penerapan Sistem
Merit dalam kebijakan
dan Manajemen ASN
LPNK KEMENTERIAN LNS pada Instansi Pemerintah
(Pasal 30 UU ASN).

LAN BKN KEMEN PANRB KASN


TUGAS
Melaksanakan Mengelola a. menjaga netralitas
Kajian dan Merumuskan kebijakan Pegawai ASN;
pegawai ASN 1. Menjaga merit
diklat b. melakukan
system
pengawasan atas
2. Monev Seleksi JPT pembinaan profesi
3. Menjamin Netralitas ASN; dan
ASN c. melaporkan
4. Laporan ke Presiden pelaksanaan tugas
kepada Presiden (Pasal
31 UU ASN). 18
18
5. Pelaksanaan UU Nomor 5 Tahun 2014 Tentang
ASN Secara Konsisten
1. PENGUATAN ASN SEBAGAI PROFESI.
KONSEKUENSI SEBAGAI PROFESI, MAKA ASN HARUS MEMILIKI:
A. NILAI DASAR, KODE ETIK, KODE PERILAKU PROFESI
B. MEMILIKI STANDARISASI / SERTIFIKASI PROFESI
C. PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PROFESI
D. ORGANISASI PROFESI
E. DEWAN KEHORMATAN PROFESI

2. PENERAPAN SISTEM MERIT SECARA KONSISTEN DALAM KEBIJAKAN DAN


MANAJEMEN ASN
A. PENGERTIAN SISTEM MERIT:
KEBIJAKAN DAN MANAJEMEN ASN YANG BERDASARKAN PADA KUALIFIKASI,
KOMPETENSI, DAN KINERJA, YANG DIBERLAKUKAN SECARA ADIL DAN WAJAR DENGAN
TANPA DISKRIMINASI.

B. TUJUAN SISTEM MERIT:


1. MEREKRUT ASN YANG PROFESIONAL DAN BERINTEGRITAS DAN MENEMPATKAN
MEREKA PADA JABATAN-JABATAN BIROKRASI PEMERINTAH SESUAI KOMPETENSINYA;
2. MEMPERTAHANKAN ASN MELALUI PEMBERIAN KOMPENSASI YANG ADIL DAN LAYAK;
3. MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN ASN MELALUI BIMBINGAN DAN DIKLAT;
4. MELINDUNGI KARIER ASN DARI POLITISASI DAN KEBIJAKAN YANG BERTENTANGAN
DENGAN PRINSIP MERIT (NEPOTISME, PRIMORDIALISME, DLL). 19
C. Indikator Penerapan Sistem Merit:
1. Seluruh Jabatan Sudah Memiliki Standar Kompetensi
Jabatan;
2. Perencanaan Kebutuhan Pegawai Sesuai Dengan Beban
Kerja;
3. Pelaksanaan Seleksi dan Promosi Dilakukan Secara Terbuka;
4. Memiliki Manajemen Karir yang Terdiri Dari Perencanaan,
Pengembangan / Diklat, Pola Karir, dan Kelompok Rencana
Suksesi yang Diperoleh Dari Manajemen Talenta;
5. Memberikan Penghargaan dan Mengenakan Sanksi
Berdasarkan Pada Penilaian Kinerja yang Objektif dan
Transparan;
6. Menerapkan Kode Etik dan Kode Perilaku Pegawai ASN;
7. Merencanakan dan Memberikan Kesempatan
Pengembangan Kompetensi Sesuai Hasil Penilaian Kinerja;
8. Memberikan Perlindungan Kepada Pegawai ASN Dari
Tindakan Penyalahgunaan Wewenang; dan
9. Memiliki Sistem Informasi Berbasis Kompetensi yang
Terintegrasi dan Dapat Diakses Oleh Seluruh Pegawai ASN. 20
V. STRATEGI PENCEGAHAN POLITISASI BIROKRASI
(NETRALITAS)
1. Mandat KASN Dalam Menjaga Netralitas ASN
Unsur pemerintah dan/atau non- Mewujudkan:
pemerintah, yang terdiri:  Sistem Merit
 1 orang Ketua merangkap  ASN yg profesional
anggota.  Pemerintahan yg efektif,
 1 orang Wakil Ketua merangkap efisien, terbuka, & bebas KKN;
anggota  ASN yg netral;
 5 orang anggota  Profesi ASN yg dihormati;
 ASN dinamis & berbudaya.

Tugas: menjaga
 Mengawasi proses netralitas; melakukan
pengisian JPT; pengawasan atas
 Penerapan asas, nilai pembinaan profesi; dan
dasar, serta kode etik dan kode perilaku melaporkan hasilnya
(mengawasi dan mengevaluasi serta kepada Presiden
meminta informasi, memeriksa dan
klarifikasi laporan pelanggaran) Fungsi: mengawasi norma dasar,
kode etik dan kode perilaku ASN,
serta penerapan Sistem Merit 21
2. DAMPAK POLITISASI BIROKRASI

BIROKRASI TIDAK NETRAL DAN BERDAMPAK :


a. Jabatan di Birokrasi diisi oleh PNS yang tidak kompeten / profesional
karena penempatan dalam jabatan cenderung berdasarkan
kepentingan / dukungan politik Pejabat yang Berwenang
b. Pelayanan publik / kinerja ASN tidak optimal
c. Kepentingan masyarakat terdistorsi
d. Berpotensi menimbulkan pengelompokan atau perpecahan antara
sesama ASN berdasarkan perbedaan pilihan politik

MOTIF PELANGGARAN NETRALITAS ASN (Hasil Kajian Bawaslu)


a. Terpaksa (70%)
b. Niat pribadi (20%)
c. Keberuntungan (10%)
22
3. PENGERTIAN NETRALITAS

Yang dimaksud dengan asas netralitas adalah bahwa


setiap pegawai ASN tidak berpihak dari segala
bentuk pengaruh manapun dan tidak memihak
kepada kepentingan siapapun.

(Pasal 2 UU Nomor 5 Tahun 2014)

23
4. PELANGGARAN NETRALITAS
P
I
L
K
A
D
A

CALON
KEPALA DAERAH X ASN / PNS

NETRALITAS
I
FAKTOR / MOTIF N FAKTOR / MOTIF
T P
• Tidak komitmen; O • Tidak komitmen;
E
• Tidak konsisten; R L • Tidak konsisten;
• Mencari dukungan; V I • Takut kehilangan jabatan;
• Mendapat akses atas E T • Mengharap dapat jabatan /
kedudukan dan peran ASN; N I promosi, bertahan pada
• Menang dalam Pilkada. S k jabatan;
I • Tidak profesional/ kompeten.
24
5. DASAR HUKUM NETRALITAS ASN

1. UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara


• Tujuan utama UU-ASN antara lain mewujudkan independensi dan
netralitas ASN:
• UU-ASN antara lain berasaskan Netralitas;
• Salah satu bentuk kode etik dan kode perilaku ASN adalah
menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam menjalankan
tugasnya;
• Kedudukan ASN sebagai unsur aparatur negara dan harus bebas
dari pengaruh intervensi semua golongan dan Partai Politik;

25
5. DASAR HUKUM NETRALITAS ASN

(Lanjutan):
• PNS diberhentikan dengan tidak hormat apabila menjadi anggota
dan/atau pengurus Partai Politik;
• PNS yang mencalonkan diri atau dicalonkan menjadi
Gubernur/Wakil Gubernur, Bupati/Wakil Bupati, Walikota/Wakil
Walikota wajib menyatakan pengunduran diri secara tertulis
sebagai PNS sejak mendaftar sebagai calon peserta Pemilihan
Gubernur/Wakil Gubernur, Bupati/Wakil Bupati, Walikota/Wakil
Walikota (dan berdasarkan Keputusan MK dimaknai sejak
ditetapkan sebagai calon peserta Pemilihan Gubernur/Wakil
Gubernur, Bupati/Wakil Bupati, Walikota/Wakil Walikota;

26
5. DASAR HUKUM NETRALITAS ASN

2. UU Nomor 10 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Atas UU


Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti UU Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Pemilihan Gubernur,
Bupati, dan Walikota Menjadi UU.
• Pasangan calon dilarang melibatkan ASN, anggota Kepolisian RI,
dan anggota TNI, serta melibatkan Kepala Desa atau sebutan lain /
Lurah dan Perangkat Desa atau sebutan lain/Perangkat
Kelurahan;
• Pejabat Negara, Pejabat Daerah, Pejabat Aparatur Sipil Negara,
Anggota Polri/TNI, dan Kepala Desa atau sebutan lain/Lurah
dilarang membuat keputusan dan/atau tindakan yang
menguntungkan atau merugikan pasangan calon;

27
5. DASAR HUKUM NETRALITAS ASN

(Lanjutan):
• Gubernur atau Wakil Gubernur, Bupati atau Wakil Bupati, Walikota
atau Wakil Walikota dilarang melakukan penggantian pejabat 6
bulan sebelum tanggal penetapan calon sampai dengan akhir
masa jabatan kecuali mendapat persetujuan tertulis dari Menteri;
• Gubernur atau Wakil Gubernur, Bupati atau Wakil Bupati, Walikota
atau Wakil Walikota dilarang menggunakan kewenangan program
dan kegiatan yang menguntungkan atau merugikan salah satu
pasangan calon, baik di daerah sendiri atau di daerah lain dalam
waktu 6 bulan sebelum tanggal penetapan pasangan calon sampai
dengan penetapan pasangan calon terpilih;
• Ketentuan tersebut berlaku juga untuk Penjabat Gubernur,
Penjabat Bupati dan Penjabat Walikota;
28
5. DASAR HUKUM NETRALITAS ASN

3. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004 tentang Pembinaan


Jiwa Korps dan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil.
• Setiap Pegawai ASN tidak berpihak dari segala bentuk pengaruh
manapun dan tidak berpihak kepada kepentingan siapapun;
• PNS diberhentikan dengan tidak hormat dengan menjadi anggota
dan/atau pengurus Partai Politik;
• PNS wajib menghindari konflik kepentingan pribadi, kelompok atau
golongan, sehingga PNS dilarang melakukan perbuatan yang
mengarah pada keberpihakan salah satu calon atau perbuatan
yang mengindikasikan terlibat dalam politik praktis sebagai bentuk
pelanggaran kode etik dan kode perilaku ASN.

29
5. DASAR HUKUM NETRALITAS ASN

Contoh :
1) melakukan pendekatan kepada Partai Politik terkait dengan rencana
pengusulan dirinya atau orang lain sebagai bakal calon Kepala Daerah /
Wakil Kepala Daerah;
2) memasang spanduk / baliho yang mempromosikan dirinya atau orang lain
sebagai bakal calon Kepala Daerah / Wakil Kepala Daerah;
3) mendeklarasikan dirinya sebagai calon Kepala Daerah / Wakil Kepala
Daerah;
4) mengunggah, menanggapi atau menyebarluaskan gambar/foto bakal
calon Kepala Daerah / Wakil Kepala Daerah, visi dan misi bakal calon
melalui media online atau media sosial;
5) melakukan foto bersama dengan bakal calon Kepala Daerah / Wakil
Kepala Daerah dengan mengikuti simbol tangan / gerakan yang
digunakan sebagai bentuk keberpihakan;
6) menjadi pembicara / narasumber pada kegiatan pertemuan Partai Politik
30
5. DASAR HUKUM NETRALITAS ASN

4. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin


Pegawai Negeri Sipil.
a. Hukuman Dispilin Tingkat Sedang
• Bagi PNS yang memberikan dukungan kepada calon Kepala
Daerah / Wakil Kepala Daerah dengan memberikan surat
dukungan disertai fotokopi KTP atau Surat Keterangan Surat
Tanda Penduduk sesuai dengan Perundang-undangan;
• Memberikan dukungan kepada calon Kepala Daerah / Wakil
Kepala Daerah dengan cara terlibat dalam kegiatan kampanye
serta mengadakan kegiatan yang mengarah kepada
keberpihakan terhadap pasangan calon peserta Pemilu
sebelum, selama dan sesudah masa kampanye.

31
5. DASAR HUKUM NETRALITAS ASN

b. Hukuman Dispilin Tingkat Berat


• Bagi PNS yang memberikan dukungan kepada calon Kepala
Daerah / Wakil Kepala Daerah dengan menggunakan fasilitas
yang terkait dengan jabatan dalam kegiatan kampanye;
• Membuat keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan
atau merugikan salah satu pasangan calon selama masa
kampanye.
c. Tata Cara Penjatuhan Hukuman Disiplin oleh Pejabat yang
Berwenang
• Penjatuhan hukuman dilaksanakan sesuai dengan tata cara
yang diatur dalam PP 53 Tahun 2010

32
6. PENGAWASAN

1. Terhadap PNS yang diduga melakukan pelanggaran kode etik


dilaporkan kepada Majelis Kode Etik Instansi Pemerintah PNS yang
bersangkutan untuk diperiksa.
2. Majelis Kode Etik melakukan pemeriksaan atas pengaduan
pelanggaran kode etik paling lambat 7 hari kerja sejak diterima
laporan pengaduan.
3. Majelis Kode Etik wajib mengambil keputusan paling lambat 7 hari
sejak dilakukan pemeriksaan.
4. Dalam hal Majelis Kode Etik memberikan rekomendasi untuk
menjatuhkan tindakan administratif bagi PNS yang melanggar kode
etik, pemeriksaan dilakukan oleh tim pemeriksa pelanggaran
disipliln sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan.
5. Keputusan Majelis Kode Etik bersifat final. 33
6. PENGAWASAN

6. PNS yang diduga melakukan pelanggaran disiplin netralitas


dilaporkan baik kepada unsur Pengawas Pemilu di masing-
masing daerah, maupun kepada unsur Pengawas Instansi
Pemerintah PNS yang bersangkutan untuk diperiksa /
diproses.
7. Terhadap hasil pemeriksaan oleh unsur Pengawas Pemilu
maupun unsur pengawasan di Instansi Pemerintah PNS yang
bersangkutan, diteruskan kepada Komisi Aparatur Sipil
Negara.
8. Terhadap hasil pemeriksaan dan pengawasan tersebut,
Komisi Aparatur Sipil Negara memberikan rekomendasi hasil
pengawasan kepada Pejabat Pembina Kepegawaian yang
34
bersifat mengikat dan wajib dilaksanakan.
6. PENGAWASAN

9. Apabila rekomendasi KASN tidak dilaksanakan, maka


Menteri PANRB berwenang untuk menjatuhkan sanksi
kepada Pejabat Pembina Kepegawaian, baik di tingkat
Provinsi maupun Kabupaten/Kota sesuai dengan
ketentuan Pasal 33 UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang
Aparatur Sipil Negara.

35
7. STRATEGI PENCEGAHAN POLITISASI
BIROKRASI (NETRALITAS)

1) Peningkatan pengawasan dan penerapan sanksi yang tegas


terhadap pelanggaran netralitas ASN;
2) Penerapan sistem merit yang ketat, terutama dalam
pengisian JPT;
3) Sosialiasi netralitas ASN yang berkelanjutan;
4) Pemisahan antara Jabatan Politik dan Jabatan Karir;
5) Revisi Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang ASN,
terutama terkait dengan ketentuan mengenai kewenangan
Pejabat Pembina Kepegawaian dan penguatan
Kelembagaan dan Kewenangan KASN.
36
IV. KESIMPULAN

1. Kriteria ASN yang Profesional :

1) Memiliki Disiplin, Integritas dan Moralitas yang Tinggi;

2) Memiliki Visi dan Misi Serta Responsif Terhadap Perubahan


Lingkungan Strategis;

3) Profesional / Kompeten dan Berkinerja Tinggi di bidang


Tugasnya;

4) Memiliki Wawasan, Kemampuan dan Networking yang


Luas;

5) Memahami Serta Mampu Mengoperasionalkan Teknologi


Informasi dan Kemampuan Berbahasa Internasional
37
IV. KESIMPULAN
2. Profesionalisme ASN Akan Terwujud, Apabila:
1) Tercapainya Tujuan Reformasi Birokrasi Melalui Penerapan
Sistem Merit Secara Konsisten Sesuai Dengan UU-ASN
2) Sinergitas dan Efektivitas Peran Masing-masing Lembaga Yang
Menangani Kebijakan Dan Manajemen ASN
3) Komitmen Dari Semua Pimpinan Instansi Pemerintah dan ASN
Untuk Menerapkan Sistem Merit Dalam Manajemen ASN dan
Menjaga Netralitas ASN
4) Pengawasan KASN yang Efektif Terhadap Penerapan dan
Pelanggaran Sistem Merit Serta Penegakan Netralitas,
Penerapan Nilai Dasar, Kode Etik dan Kode Perilaku ASN
5) Profesionalisme ASN Tidak Akan Terwujud Apabila Terjadi
Politisasi Birokrasi / Intervensi Politik 38
TERIMA KASIH
39

Anda mungkin juga menyukai